Bab 2 | Melepas Masa Lajang

3.6K 177 3
                                    

'Jodoh adalah kehendak Allah, jika kita sudah berusaha dan ternyata dia bukan jodohmu mungkin Allah sudah mentakdirkan kebaikan lainnya untuk kau terima.'

*  *  *

Pagi hari yang begitu indah dengan sinar matahari yang begitu menghangatkan kulit kini berbeda seperti hari-hari lalu yang Aira rasakan, pagi ini begitu spesial karena masa lajangnya telah usia tergantikan dengan statusnya yang baru yaitu menjadi seorang istri. Yang biasanya ia tidur sendirian dengan guling yang senantiasa menemani tidurnya, kini ada seseorang yang menempati sebelah sisi tempat tidurnya yaitu suaminya.

Pipinya menghangat begitu mengingat kembali malam pertama yang ia dan suaminya lalui, bahkan sentuhan lembut dan menenangkan semalam kembali menghantui pikirannya. Begitu lembut suaminya memperlakukannya, ia seperti merasakan kasih sayang yang begitu melimpah dalam sentuhan lembut penuh kedambaan dan pemujaan dari suaminya akan tubuhnya.

Harta berharga yang selama ini ia jaga telah ia serahkan untuk orang yang sangat tepat, Fahri-lah orang yang begitu beruntung mendapatkan gadis secantik dan sebaik Aira. Bahkan wanita itu dapat menjaga mahkotanya dari berbagai macam godaan yang terkadang datang sekedar menguji kekuatan imannya.

Wanita yang sedari tadi termenung dengan pikirannya tersentak ketika sebuah tepukan mendarat dibahunya, dengan refleks ia membalikkan tubuhnya dan mendapati Fahri dengan wajah datarnya. Aira mengikuti arah pandang Fahri, bersegera ia mengucap istighfar dan mengangkat masakannya yang nyaris saja hangus karena keteledorannya yang sibuk memikirkan tentang malam indah itu.

"Memikirkan apa sampai kamu tidak menyadari kalau masakanmu nyaris saja hangus?" Tanya Fahri membuat wajah Aira merah padam, ia begitu malu karena kepergok suaminya disaat ia tengah memikirkan pria itu.

"A-ah bukan apa-apa Mas.." Aira berkilah dengan gugupnya membuat Fahri hanya menggeleng dan mengambil gelas disamping Aira, mengisinya dengan air putih dan meneguknya hingga tandas.

Aira memasukkan masakannya  berupa nasi goreng kedalam mangkuk besar, hidangan simpel untuk sarapan mereka. Ia tau kalau suaminya itu tidak terbiasa memakan makanan khas Mesir, kerap kali ia mendengar cerita dari sang Ayah jika Fahri ada tugas di negara ini ia lebih memilih mencari masakan khas Indonesia yang memang dijual dibeberapa restoran.

Dimeja makan telah ada Ayah Aira dan Fahri yang tengah duduk sambil bercengkrama, Aira menaruh mangkuk nasi goreng diatas meja makan. Wanita itu mengambil piring kosong dan mengisinya nasi goreng kemudian memberikannya kepada sang Ayah, meskipun ia telah menikah kewajibannya untuk melayani Ayahnya tetaplah sama tidak berkurang. Bukankah kita harus memuliakan orang yang lebih tua barulah melayani orang yang lebih muda meskipun itu adalah suaminya sendiri.

"Terimakasih Nak..." Aira membalas senyuman Ayahnya seraya mengangguk kemudian mengambilkan piring kosong, mengisinya dengan nasi goreng dan memberikannya kepada suaminya lalu mengambil untuk dirinya sendiri.

"Terimakasih." Fahri mengulas senyum tipisnya sambil menyuapkan nasi goreng itu kedalam mulutnya.

Ia mematung sejenak merasakan sensasi rasa nasi goreng yang menggoyangkan lidahnya, meskipun nasi goreng ini mungkin sedikit hangus karena terlalu lama dimasak namun tak menghilangkan rasa enak dari nasi goreng yang istirnya masak. Bahkan ia meminta diambilkan lagi nasi goreng oleh Aira membuat wanita itu tersenyum senang karena suaminya yang ternyata menyukai masakannya, ah sungguh bahagia rasanya jika ternyata suami kita menyukai apa yang kita masak.

Meskipun ia tidak mendapatkan pujian itu langsung dari mulut suaminya namun ia mengerti dengan suaminya yang lahap memakan masakannya menandakan bahwa masakannya kali ini sangatlah enak, untung saja masakannya tadi tidak jadi hangus. Jika saja hangus ia harus menelan rasa kecewa karena tidak dapat menghidangkan masakan pertamanya sebagai seorang istri.

Tulusnya Cinta Airaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن