"Haha, cocok sekali menjadi pelayan," ledek Jesicca dengan tawaan renyahnya. "Jesicca," ucap Christian memperingati. "Sorry," gumam Jesicca, lalu memainkan ponselnya lagi.

"Mengapa kau membantunya?, itu sudah tugas Alexsha sebagai pelayan?" tanya Damietta. "A---aku hanya terbiasa mencuci piring jika setelah makan. Lagipula Alexsha masih sangat muda untuk menjadi seorang pelayan, akhirnya aku membantunya," terang Erlina seraya menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

"Seperti itu, ya. Ah, duduklah, Nak," titah Christian. Ia kagum dengan pemikiran Erlina yang dewasa. "Tidak, Om, sepertinya aku harus pamit pulang. Mamahku pasti kelelahan menjaga si kembar, hehe." Erlina terkekeh mendengar ucapannya sendiri.

"Hehe, iya juga. Kasihan Ameera pasti kelelahan," timpal Damietta. "Look sharp go away!" Cicit Jesicca.

"Sudahlah, Erlina, aku akan mengantarmu pulang. Jangan dengarkan perkataan Jesicca, ia hanya bercanda." Pada akhirnya Amarlic pun mengeluarkan suaranya, ia beranjak dari duduknya dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana hitamnya.

Amarlic langsung melenggang pergi begitu saja. Sedangkan Erlina pamit terdahulu pada Damietta dan Christian. Kedua kaki Erlina menyusul Amarlic yang sudah berada di dalam mobil lebih dahulu. Ia masuk ke dalam mobil Amarlic, membuat Amarlic langsung menjalankan mobilnya menuju mansion Erlina.

"Tadi kau datang dengan siapa?" Suara bariton Amarlic berhasil memecahkan keheningan. Erlina mengerjap-mengerjapkan kedua matanya, ia pun menoleh. "Aku diantar ayahku, ia sekalian berangkat ke kantor," jawab Erlina.

Amarlic mengangguk singkat sebagai jawaban. "Besok kita lanjutkan penataan ulang kamarku," ucap Amarlic. "Baiklah, besok aku akan datang lagi," balas Erlina.

Amarlic pun diam untuk sesaat. Lalu, mengeluarkan suaranya lagi," maafkan ucapan Jessica."

"Tidak, tadi itu aku yang salah. Aku merebut perhatian keluargamu tanpa memikirkan perasaan Jesicca yang lebih membutuhkan itu," balas Erlina dengan cepat.

"Jangan mengungkit yang telah berlalu, Erlina," sarkas Amarlic. "Aku hanya teringat," balas Erlina, berhasil membuat Amarlic terdiam.

Perkataan yang mana, ya? "Kau selalu salah di mataku, Erlina!" Bentak Amarlic. Ya, otak kecil Erlina selalu mengingat perkataan itu.

🗽🗽🗽

"Hai Endless, ralat, Kak Endless maksudku," ledek Erlina ketika melihat Endless berada di mansion Nya. "Hehe, calon adik ipar." Endless pun terkekeh.

Erlina menghampiri Endless yang sedang duduk di sofa bersama Steven. "Kau sudah pulang?, bagaimana?, apakah lancar?" tanya Steven. "Lancar, dan aku baru tahu jika Amarlic memiliki adik perempuan," terang Erlina seraya membaringkan tubuhnya di karpet.

"Benarkah?" tanya Steven terkejut. Erlina pun menganggukkan kepalanya dengan mata terpejam. Ingin rasanya bersama Amarlic selamanya, pikir Erlina. Tanpa ia sadari, kedua sudut bibirnya pun terangkat ketika mengingat kejadian tadi siang. Di mana hidungnya bisa mencium bau khas Amarlic. Memikirkannya saja membuat pipi Erlina memerah.

"Amarlic memang memiliki adik perempuan, namanya Jesicca. Ia melanjutkan SMA nya di Sydney. Aku sudah mengenal Amarlic lama, karena aku tetangganya dahulu," jelas Endless.

Erlina pun membuka matanya, lalu terduduk mendengar penjelasan Endless. "Mengapa kau tidak memberitahuku?" tanya Erlina ketus.

"Karena kau tidak bertanya," jawab Endless dengan santainya. Steven tertawa mendengar jawaban dari Endless. Erlina beranjak dari duduknya.

"Kalian pasangan yang cocok, equally Crazy!!" Sarkas Erlina sebelum melenggang pergi menaiki tangga menuju kamarnya. Dua orang yang mendengar itu pun hanya tertawa terbahak-bahak.

🗽🗽🗽

"Karina, kau sedang apa?" tanya Amarlic pada Karina yang berada di seberang sana.

"Aku sedang berbaring saja, kau sendiri?"

"Aku sedang menata kamarku, apa saja yang harus ku buang. Lusa, kita akan mengambil gaun pengantin mu dan tuxedo untukku."

"Iya, Amarlic, tak terasa hanya tinggal dua minggu lagi kita akan menjadi suami-istri."

"Bersiaplah, Karina." Karina pun terkekeh mendengar ucapan Amarlic.

"I-iya, sudah dahulu ya, Amarlic. Aku ingin membeli keperluanku ke mini market."

"Ah, baiklah hati-hati." Amarlic pun mematikan panggilannya dengan Karina. "Akhirnya aku bisa bersamamu lagi untuk selamanya, Karina," gumam Amarlic seraya membaringkan tubuhnya di ranjang.

"Kita lihat saja, Amarlic, apakah pernikahanmu akan terjadi dengan Karina? Aku tak sabar," ucap seseorang dari balik pintu seraya melihat ponselnya yang berisi foto Amarlic dan Erlina. Ia pun menyeringai licik.

My Conglomerate Husband (Completed✔)Where stories live. Discover now