Eps. 19

32 12 17
                                    

+

"..."

Kupikir aku akan mandi 2x untuk hari ini.

Lihat saja, tas ku ada di tengah kolam kumuh di taman samping sekolah.

Banyak ilalang mengelilingi kolam ini dan daun-daun kotor di dalam kolam itu.

Belum lagi lumut nya yang menghiasi seluruh kolam itu.

Airnya pun berwarna coklat pekat, membuat siapapun akan takut kalau-kalau ada buaya didalamnya.

Bahkan percobaan ku menggapai tas dengan ranting pohon tidak manjur.

Tas ku terlalu mengambang ditengah.

Mereka benar-benar tidak setengah niat melempar tas ku.

Aku mengumpulkan niat untuk masuk ke dalam air.

itu satu-satunya cara yang bisa menyelamatkan tas ku.

Dengan perlahan aku masuk ke dalam air.

Tubuhku tenggelam hingga dada.

Kurentangkan tanganku ke depan berusaha mengambil tas ku.

Aku bisa merasakan lumut yang sangat tebal di dasar kolam.

Sekali saja aku salah pijakan maka bisa di pastikan aku akan terpleset dan tercebur.



"dikit lagi..."





Suasana menegangkan ini membuatku sedikit panik. Aku melangkah sekali lagi, tapi sialnya aku menginjak lumut.

Dan seketika badanku tenggelam sepenuhnya ke dalam kolam.

Aku panik.

Aku berusaha berdiri tapi malah membuatku makin ter pleset dan terus tercebur.

Tidak ada pegangan yang bisa membuatku berdiri.

Tiba-tiba ada seseorang menarik tubuhku keatas.

Aku terus memberontak sambil menutup mata dan menahan nafas.

Orang itu terus menyeretku ke pinggiran kolam.

Setelah aku dipinggir kolam dan oksigen sudah masuk sepenuhnya ke dalam otak ku. Aku pun berhenti memberontak.

Hal pertama di pikiranku adalah tas.

Apa aku berhasil mendapatkan tas ku?

Dan aku menemukan tas ku sedang di pegang oleh seorang lelaki.

Dia adalah laki-laki yang sama di lapangan tadi saat mau membantuku.

Aku langsung merebut tas ku dari genggamannya.

Lalu berdiri.

"gak bilang makasih nih?"

"makasih."

"lu mau bunuh diri?"

"siapa yang mau bunuh diri anjir."

"jelas-jelas tadi lu mau duduk di tengah kolam."

"idih, orang gua ke pleset."

"ah, gua aja gak kepleset."

Aku hanya diam dan pergi meninggalkan nya.

Dia menarik tanganku, aku melepasnya.

"harusnya ada yang ngevideoin tadi. Biar satu dunia tau kalo gua tadi nyelametin lu tanpa pikir panjang langsung lompat ke kolam." ucapnya mengkhayal.

"..."

"siapa sih yang mau nyebur ke kolam itu? Pasti mikir-mikir dulu, tapi dengan gagah nya, seorang pangeran Ryno nyebur kesana tanpa rasa takut sedikit pun. Hoho."

Ryno?

"dih, gua aja nyebur tanpa rasa takut."

"iya lah tanpa rasa takut. Orang mau bundir yekan."

"ck, siapa yang mau bunuh diri sih astaga."

Aku berjalan ke kursi taman. Menaruh tas ku dikursi lalu membersihkan diriku yang ditempeli banyak dedaunan dan ranting.

"terus ngapain?"

Haa... Gua ngomong juga gak guna.

Btw, dia Ryno yang ngenalin diri pas gua lagi nangis kejer di rs?

Kalo aja dia tau waktu itu adalah hari terburuk bagi ku. Kenyataan baru yang harus kutelan pahit-pahit.

Aku menghembuskan nafas. "nyatanya hidup itu menyakitkan. Kalo begitu, kenapa manusia harus hidup?"

"..."

"hidup gua gak bakal bener sampe matahari terbit dari barat."

Ryno tiba-tiba memegang tanganku dari belakang. Cengkramannya kali ini lebih kuat dan aku gak bisa melepaskannya.

Ia menatapku serius, Ryno seakan tahu apa perkataan ku tadi dan apa yang membuatku sedih.

"emang..." dia mengantung kalimat nya.

Aku menunggu kata selanjutnya.

"sepenting itu ya seragam baru sampe idup lo ancur? Wkwkwkwk." Ryno cengegesan.

"anjirlah." aku menghempas tanganku dan pergi meninggalkannya.

"eh eh, nama gua Ryno! R-"

"r-y-n-o gak pake e ato ey!" lanjutku karna sudah tahu.

"oh, ternyata inget andaa wkwk."

Aku terus berjalan meninggalkannya.

"oiya, besok lu berani bolos gak?!"

Aku hanya menghiraukannya lalu pergi menghilang dari pandangan Ryno.

+

[noun]

'576 words detected.

• YUZANO-NA! •Where stories live. Discover now