Bab 9

71 7 0
                                    

"This Distance is Killing Me..."

---------------------

"Princess..."

Aku yang mendengar panggilan 'Princess' pun menengok kebelakang dan melihat Alex yang berjalan ke arahku dengan tangan yang dimasukkan ke kantong celananya.

'Tuhan... Kenapa dia sangat tampan sekali' Batinku berteriak.

"Kamu dari mana aja, sih. Kok, di sekolah tadi gak ada. Tapi, mobil kamu ada?" Tanyanya sambil menatapku.
Aku pun hanya tersenyum, sambil membuka gerbang. Aku masuk yang diikuti oleh Alex, yang sekarang berada di sampingku.
"Tadi, aku bolos. Soalnya lagi males sekolah aja." Ucapku tanpa menatapnya.
Alex menatapku dengan aneh, lalu Alex menaikkan satu alisnya.
"Kamu... Kamu bolos? Sejak kapan sih, princess ku bolos. Siapa yang ngajarin kamu bolos.. Hah!" Tanyanya dengan menuntut.
"Tenanglah, Lex. Lagian, aku cuma sekali bolos, bukan? Gak ada yang peduli." Ucapku masih tidak menatapnya. Aku mendengar Alex menghela napas.
"Aku peduli" Bisiknya.
"Mungkin sekarang, nanti juga tidak lagi" Ucapku sambil mengangguk dan meninggalkannya yang terdiam dengan ucapanku.

Aku merasa bersalah, namun ini yang harus aku lakukan. Untuk memendam rasa ini dan menghilangkannya. Aku pun masuk ke rumah dan melihat mama dan papa sedang bercanda dengan Bella. Aku pun tidak memperdulikannya dan langsung masuk ke kamar.

Menaruh tas, melepaskan sepatu, dan melangkahkan kakiku ke kamar mandi. Setelah membersihkan diri, aku menyiapkan jadwal pelajaran untuk besok. Tidak lama, handphone-ku bergetar. Aku mengambilnya, dan mendapatkan 10 chat dan 20 panggilan tak terjawab.

Aku membuka 20 panggilan tak terjawab, 5 dari Cara, 5 dari Kris, 6 dari Alex, dan 4 dari oma.
Oma, kenapa menelfonku. Aku pun mengabaikan dan membuka line-ku. Yang pertama aku buka dari Cara.

From : Cara Ma Bitches
Hey, lo dimana
Xiaaaaa....??

Gw dirumah
Ada apa??

Gak ada apa-apa.
Cuman tadi lo ngilang aja.
Lo utang cerita ama gw.

From : Kristina Nuds
Lo dimana? Kok gak masuk.
Tapi, tadi gw liat mobil lo.

Gw dirumah.
Besok aja ya ceritanya.

Iya, tapi jangan lupa ya.

From : Alex
Kamu dimana?
Princess....
Xiaaa... Jangan bikin khawatir
Princess....??

Semua chat line udah aku jawab, hanya saja chat line dari Alex aku abaikan. Aku menaruh handphone-ku, dan melangkahkan kakiku menuju balkon kamar. Aku menatap langit yang cerah, dan ingatanku kembali ke pembicaraanku dengan stefan saat di pantai tadi.

-flashback-
"Kita makan disini aja, ya. Lo suka seafood kan?" Tanya Stefan. Aku pun mengangguk.
Stefan menarik tanganku, lalu matanya mencari tempat duduk. Dapat, Stefan pun langsung menarik tanganku dan duduk.
Tak lama, pelayan resto pun datang dan menanyakan apa yang ingin di pesan.
"Selamat datang di beach resto. Ada yang bisa saya bantu" Ucap pelayan resto sambil memberikan buku menu.

Aku dan stefan mengambilnya.
"Saya pesan, lobster bakar sama orange juice. Lo pesen apaan?" Tanya Stefan ke aku.
"Saya pesen ikan bakar sama jus strawberry ya, mbak" Ucapku ke pelayan resto.
"Apa pakai nasi?" Tanya pelayan resto, aku dan Stefan pun mengangguk.
"Baik, saya ulangi pesanannya ya. 1 lobster bakar, 1 ikan bakar, 2 nasi, 1 orange juice, dan 1 jus strawberry" Ucap pelayan resto. Aku dan Stefan pun hanya mengangguk.

Pelayan itu pun berlalu dari hadapanku dan Stefan. Aku mengalihkan pandanganku ke pantai. Yang menunjukkan matahari hampir terbenam.

"Jadi, sekarang gimana?" Tanya Stefan. Aku yang mendengar Stefan bicara seperti itu, mengalihkan pandanganku dari pantai dan menatapnya dengan satu alis terangkat.
"Maksud lo, apa?" Tanyaku ke Stefan.
"Gw milih berjuang dan menyatakan perasaan gw ke Diane. Sekarang apa yang lo pilih?" Jelas Stefan ke aku. Aku pun hanya mengangguk.
"Mundur" Ucapku sambil menatapnya datar.
"Lo gak mau berjuang?" Tanya Stefan.
"Gw udah berjuang, 5 tahun. Tapi, lo liat kan sia-sia. Jangan samain gw sama Diane. Diane mencintai orang yang Peka. Tapi gw, mencintai orang yang salah. Orang yang seharusnya gak gw cintai." Ucapku sambil menatapnya dan menekankan kata Peka.

Stefan hanya mengangguk, dan menatapku dengan tatapan sendu.
"Jangan tatap gw, dengan tatapan itu. Udah cukup gw dikasihani. Sekarang, gw gak mau dikasihani lagi." Ucapku sambil mengalihkan pandanganku kembali ke pantai.
"Gw bakal bantu lo. Itu juga kalo lo izini. Tapi, lo tau kan. Di setiap pilihan ada resiko." Aku yang mendengar Stefan berbicara seperti itu hanya mengangguk, tanpa mengalihkan pandanganku dari pantai.
"Gw tau" Ucapku.

Aku tau, aku memilih mencintai Alex dengan resiko hatiku hancur.
Aku memilih untuk mencoba mendapatlan perhatian mama dan papa, dengan resiko diacuhkan.
Aku sudah mengalaminya. Lalu, apa yang harus aku takuti.
Tak lama, pesanan yang kami pesan pun datang. Aku dan Stefan, memakannya dalam diam.
-flashback off-

Aku pun menghela napas, mengingat pembicaraanku tadi dengan Stefan.
'Gak, ini gak salah. Stefan cuma bantu gw doang. Buat ngelupain Alex. Iya cuma bantu. Tuhan, bantu aku' Batinku berbicara.

Aku pun mengalihkan pandanganku ke jam dinding, pukul 10 malam. Aku pun masuk dan menutup pintu balkon. Setelah menutup pintu balkon, handphone-ku berbunyi. Aku mengambilnya dan mengernyit.
Oma's Calling
"Oma, ngapain nelfon malam-malan gini ya" Pikirku.

Aku pun mengangkatnya.
"Hallo" Ucapku.
"hallo sayang" Ucap oma di seberang sana.
"Iya, oma. Ada apa nelfon malam-malam gini?" Tanyaku ke oma.
"Besok temuin oma sehabis kamu pulang sekolah ya" Ucap oma.
"Nemuin oma? Emangnya oma ada di Jakarta?" Tanyaku ke oma.
"Besok oma jelasin. Nanti, oma kasih tahu alamatnya ya sayang" Ucap oma.
"Iya oma" ucapku
Setelahnya, telfon terputus. Aku menghela napas. Perasaanku tidak enak. Tuhan, tolong aku.



tbc

Feels - Merry Stevany (Event Novelet You&I Publisher)Where stories live. Discover now