Bab 17

84 8 0
                                    

"Look what you made me do

Look what you just made me do

Look what you just made me—"


-------------------------------------------------------------------

Aku menatap kamar ini, kamar yang tadinya ditempati oleh seseorang. Seseorang yang aku abaikan, tanpa aku tau apa yang dia rasakan. Banyak foto-fotonya dengan para sahabatnya dengan berbagai macam ekspresi dari tersenyum, tertawa, berangkulan, bahkan menangis bersama pun ada. Tidak hanya foto sahabatnya saja tapi ada juga foto Alex. Melihat fotonya dengan Alex membuat aku merasa bersalah, aku tidak mencintai Alex. Aku hanya tidak ingin melukai perasaannya saja, namun bukan perasaannya saja yang nantinya akan terluka jika tau apa yang kulakukan tapi adikku pun akan terluka juga.

Bodoh kau Bella, sangat bodoh. Aku merutuki diriku sendiri. Setelah melihat kamar Xia, aku keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamarnya. Tak lama, Bik Asih datang menghampiriku.
"Non, di depan ada Den Alex. Katanya mau ketemu sama, non" Ucap Bik Asih dengan menunduk.
"Ya udah bik, bilang tunggu sebentar ya" Ucapku.

Bik Asih hanya mengangguk, lalu berlalu dari hadapanku. Sebelum berlalu aku menatap pintu kamar adikku yang berwarna baby blue. Aku sangat merasa bersalah.

"Kamu kenapa? Dari tadi diem aja. Gak suka ya, aku disini" Tanya seseorang di sebelah ku. Aku menoleh menatapnya dan tersenyum.
"Gak kok, siapa bilang? Aku seneng kok" Ucapku, menatapnya membuat hatiku sakit akan rasa bersalahku.

'Tuhan, apa yang aku lakukan.'

"Nanti malam, keluar yuk. Malam selasa gitu" Ajak seseorang yang masih berada di sampingku dengan tersenyum geli. Aku berfikir sejenak, lalu mengangguk.
"Emangnya mau kemana?" Tanyaku kepadanya. Dia hanya mengedikkan bahunya acuh.
"Kemana aja, gimana kalau ke Xiara kafe. Kata Joe, itu kafenya bagus. Asyik deh. Mau gak?" Ucapnya. Aku hanya mengangguk dan tersenyum.
"Ya udah aku pulang ya nanti aku jemput. Dandan yang cantik ya, bye my lovely" Ucapnya sambil berjalan ke arah mobilnya.
"Bye, alex" Ucapku dengan pelan. Setelahnya, aku masuk ke dalam rumah. Bermaksud untuk bersiap-siap.

Keluar dari kamar mandi dengan memakai bathrobe, aku melangkah kakiku menuju walk in closet ku. Aku mencari pakaian yang cocok untukku pakai malam ini. Dan pilihanku jatuh pada...
Tank top, celana jeans hitam, dan sepatu boat. Biasa saja, namun meninggalkan kesan seksi. Itulah cara pakaianku.
Berjalan keluar kamar aku menemukan papa dan mama sedang menonton tv.
"Ma, pa aku izin keluar ya. Alex ngajak aku jalan" Izinku ke papa dan mama.
"Ya udah sayang, ati-ati ya" Ucap mama dan papa, setelahnya aku berlalu.

Xia, tidak pernah izin saat keluar rumah ataupun kemana ia akan pergi, begitupun juga dengan mama dan papa yang tidak pernah perduli dengan kehadirannya. Dan orang yang patut disalahkan adalah aku.

Suasana di dalam mobil cukup hening, aku menatap jalanan yang lenggang. Aku dan Alex sama-sama tidak ada yang ingin mencoba memulai percakapan. Aku ingin terdiam, terlalu banyak yang aku fikirkan akhir-akhir ini.
"Kenapa?" Tanya Alex. Aku menatapnya dengan pandangan bingung.
"Maksudnya?" Tanyaku balik ke Alex.
"Kamu dari tadi geleng-geleng kepala. Ada masalah?" Tanya Alex. Aku hanya terdiam lalu menggelengkan kepalaku.

Lalu, suasana kembali menjadi seperti awal. Hening.

Sesampainya di kafe, suara merdu terdengar langsung di telingaku. Nada dari lagu yang dia mainkan sangat menyakitkan hati. Namun, saat aku melihat ke arah panggung. Aku terkejut. Xia. Xenia Deli adikku, yang menyanyi di atas panggung dengan mata yang terpejam dan sepertinya dia menikmati nada yang menyakitkan hati ini. Rasa bersalahku menjadi bertambah.
"Xia, dia jadi penyanyi disini?" Aku terkejut akan pertanyaannya itu, melihat siapa yang bertanya dan ternyata Alex. Aku menatapnya bingung, dia bertanya padaku.

Apa dia tidak tau apa yang terjadi pada xia, sebenarnya.

Setelah menyanyikan lagu tadi aku langsung melangkahkan kakiku menuju parkiran. Tidak perduli akan panggilan dari sahabatku. Setelah melihat mobilku yang terparkir aku langsung memasukinya dan menjalankannya menuju apartemen.

Sesampainya di apartemen aku langsung merebahkan tubuhku di kasur. Menatap langit-langit kamar. Aku melihatnya tadi, ya aku tidak salah aku melihatnya tadi. Tepatnya mereka berdua.
Mereka terlihat lebih bahagia, dari yang kuduga. Aku harus bisa melupakan perasaan ini. Bagaimanapun caranya. Aku sudah berjanji dan janji harus ditepati.

Pagi ini aku tidak berangkat sekolah. Karena Jackson, managerku menelfon dan bilang pagi ini aku ada photoshoot dan harus datang. Jadi, aku bolos sekolah, tidak lebih tepatnya izin karena nanti managerku akan mengantarkan surat izin ke sekolah.

Bahagianya hidupku.

Setelah bersiap-siap aku memilih memakai pakaian santai, karena nantinya aku akan didandani disana.
Mengambil kunci mobil, dan berjalan ke parkiran untuk mengambil mobil dan melajukannya ke lokasi.

Let's go

Sesampainya di lokasi photoshoot, Jackson langsung menyeretku ke tenda putih yang berisi pakaian dan penata rias.
"Kau telat, lady" Ucap Jackson dengan sarkasmenya, aku hanya tersenyum geli melihatnya.

Tidak dia bukan lelaki yang seperti banci dan lainnya. Dia hanya lelaki biasa, bahkan dia sangat tampan menurutku. Hanya saja pekerjaannya ini membuat orang memandangnya seperti banci, padahal dia sangat tampan dan jangan lupa dia sangat gentle.
"Tema photoshoot kita hari ini adalah White Glamor. Jadi, nanti kau pakai baju yang sudah aku pilihkan, ok?" Ucap Jackson. Aku mengangguk mengerti dan dia berlalu dariku.

Di rias selama setengah jam membuatku pegal, namun aku sudah biasa. Selesai dirias, aku mengganti pakaian ku dengan pakaian yang diberikan Jackson.

"Nanti, kau akan tiduran di atas pasir dengan mata terpejam dan rasakan aura pantai yang menyerapmu. Ok" Aku mengangguk.
Berjalan ke pantai dan melakukan berbagai arahan photoshoot yang diarahkan oleh Jackson.
"Berganti bajulah, ini adalah photoshoot terakhir" Ucap Jackson, aku pun langsung beranjak ke tenda dan berganti baju.

"Foto ini hanya satu, dan aku tau kau bisa dengan hanya satu kali gerakan Xi. Jadi, lakukan yang terbaik" Ucap Jackson.

Aku menghembuskan nafas, dan melakukan gerakan yang menurutku sangat melampiaskan diriku. Diriku yang baru.
"Perfect. Aku tau kau bisa. Kau sangat perfect, Xia." Ucap Jackson. Aku tersenyum senang. Orang-orang menyukai fotoku.

Berjalan ke tenda mengganti pakaianku dengan bathrobe dan mengambil salad. Oh... Aku sangat lapar. Sangat kelaparan.
"Bahkan seperti itu saja, kau sangat cantik" Ucap Jackson yang baru saja memasuki tenda. Aku yang mendengarnya hanya tertawa. Ada-ada saja dia.

tbc

Feels - Merry Stevany (Event Novelet You&I Publisher)Where stories live. Discover now