51

1.4K 312 75
                                    

Karena Tante Yoona kayaknya butuh private time sama Mark, akhirnya gue memutuskan buat menyingkir. Gue keluar dari ruangan Mark, tapi ternyata Jeno ngikutin gue.

"Rumah sakit sini ada kantinnya gak Kak?" tanyanya sambil ngesejajarin langkah di samping gue.

"Ada kayaknya, tapi aku gak pernah kesana," jawab gue. "Kamu laper?"

"Enggak, sih. Daripada nunggu di luar ruangan kan mending cari tempat yang bisa dipake agak nyantai," katanya. "Eh, ada gazebo kosong, Kak Sunny mau nemenin aku di sana?"

Gue ngelihat ke arah gazebo yang ditunjuk Jeno, dan setelah mikir-mikir akhirnya gue anggukin.

"Tapi —serius kamu adeknya Mark?" tanya gue setelah sampe di gazebo, duduk bersila menghadap Jeno yang langsung nyandarin punggungnya ke pilar.

"Serius. Gak keliatan, ya?" cengirnya.

"Mm.. gak nyangka aja, sih. Lagian kalian juga gak ada mirip-miripnya," kata gue.

Jeno ketawa. "Semua orang pasti bilangnya gitu, bahkan Siyeon."

"Loh, Siyeon juga gak tau?"

"Tadinya. Dia baru tau kalo aku sama Bang Mark saudaraan pas —kapan, ya? Malem eval projek kolaborasi himpunan itu kayaknya," inget Jeno.

Gue berdecak. Lah pacarnya aja kaga tau apalagi gue??

"Jangan bilang temen-temen kamu yang lain juga gak tau?"

Jeno ngangguk. "Iya."

"Buset.."

Jeno ketawa. "Ya abis mereka tanyanya cuma 'lu deket sama Bang Mark?' gitu, bukan 'lu adeknya Bang Mark?'. Jadi ya taunya cuma aku deket sama Bang Mark kayak kating sama adek tingkat aja," jelas Jeno.

"Tapi masa gak ada yang curiga, sih?"

"Kurang kerjaan kalo mereka curiga sama aku," cengir Jeno.

Y-ya iya, sih.. dengan tampang kayak begitu mana ada yang ragu? Bener-bener kaga ada nyerempet-nyerempetnya barang se-centi.

"Kalo kata orang sih, aku mirip Papa, sedangkan Bang Mark mirip sama Mama."

Gue manggut-manggut dengerin penjelasan Jeno yang sebenernya gak gue minta.

"Terus kan Bang Mark dulu tinggalnya di Kanada sama Mama, sedangkan aku di Jakarta."

"Kok tinggalnya kepisah, kenapa?"

"Mm.. perihal rumah tangga, hehe.."

Gue otimatis ngerapetin bibir. Oh iya, Om Donghae sama Tante Yoona juga pisah. Goblok banget gue!

"Tapi Om Donghae di Surabaya, ya? Jadi kamu dulu di Jakarta sendirian?" tanya gue.

"Iya. Tapi abis gitu Bang Mark pindah, nemenin aku tinggal di Jakarta. Gak lama, sih, karena abis gitu kan dia ikut seleksi PTN, dan keterima di sini," kata Jeno.

"Hmm.." Gue manggut-manggut.

"Papa kan temen Om Taemin juga," kata Jeno setelah beberapa saat berjeda.

Gue ngangguk. "Tante Yoona juga temen mamaku," kata gue. "Tapi aku ketemu cuma sekali kayaknya, waktu itu diajak liburan ke Jakarta. Tapi lupa-lupa inget, soalnya gak seberapa ngeuh juga kan dulu." Gue meringis.

"Ya sama halnya kayak aku sama Kak Sunny gini, kan? Gak sebegitu kenal walaupun bapaknya konco kenthel," timpal Jeno.

"Bener bener," angguk gue. "Tapi kamu gak pengen go public gitu?"

"Hah? Apanya?"

"Soal Mark.."

Jeno ketawa. "Udah kayak back street aja perasaan," katanya. "Enggak, ah. Biar pada tau dengan sendirinya aja. Lagian bukan hal penting juga buat di-koar-in."

[1] Ineffable ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang