26

1.7K 321 49
                                    

"Kiw!"

Gue nengok, mendapati Mark berjalan ke arah gue dan gerombolan sambil senyum aneh dan alis yang naik turun.

"Muka lu kenapa?" tanya gue.

"Ganteng ya?" katanya, alisnya naik turun lagi.

"Copot gih, muka lu ngeselin," kata gue.

"Aset ini mah, gak bisa sembarangan diperlakukan," katanya sambil duduk di samping gue.

"Jureeeeeg," celetuk Yohan yang duduk di depan gue.

"Matamu," tawa Mark. Gak paham dikatain dia yang penting ketawa.

By the way, sekarang ini kita lagi ngumpul buat ngerjain tugas kelompok di gazebo perpusat. Lagi nunggu Sian yang lagi beli sarapan di kafet dan Hangyul yang tumben telat. Doyeon sih kayaknya gak dateng, dia bilang sakit tadi di grup kerkel. Gue tanya sakit apa, di read doang dong. Asli ini anak mencurigakan banget.

Dan agenda kerja kelompok ini yakin gak bakal mulai sebelum Hangyul dateng. Ya iyalah, kan dia otaknya. Ini semua yang di sini manusia gak berguna —kecuali gue sih. Kan gue juga ikut mikir dikit-dikit. Sian juga deh. Dia bener mulutnya kayak petasan tapi lumayan otaknya lebih encer daripada Mark.

Gak berapa lama, Hangyul dateng, Sian juga pas banget balik sambil bawa-bawa nampan berisi soto ayam sama es teh. Dimulailah sesi kerkel.

Kayak biasa, yang lebih banyak nyumbang pikiran buat kerjaan ini adalah Hangyul, dibantu Sian dan gue. Mark sama Yohan gak usah diwaro, mereka malah suap-suapan soto yang dibawa Sian tadi.

Sebenernya yang mau sarapan siapa, sih?

"Tapi gue gak bisa lama-lama ini," kata Hangyul tiba-tiba.

"Lah, kenapa?" tanya Sian.

"Gue mau pulang."

"Ke kosan?"

"Enggak, ke Pasuruan."

"Sekarang banget?"

"Iya, gue bolos tiga hari ke depan."

"Ngapain?"

"Tanya tanya emang lu mau nganterin?" celetuk Yohan.

Hangyul ketawa. "Posesif paduka," ledeknya.

"Ya udah ya udah gak tanya lagi," dengus Sian. "Bayar sotonya! Gue belom makan udah dihabisin."

Mark sama Yohan cengengesan, abis gitu senggol senggolan.

Elu yang bayar!

Elu!

Elu!

Hadehhhhhh

Karena Hangyul pergi, akhirnya ppt gue ambil alih. Belum selesai sih, nunggu Hangyul balik aja, daripada tar salah. Sedangkan Sian ribut lagi sama Mark dan Yohan. Perkara soto ramenya udah kayak bentrok perselingkuhan.

"Eh, gue lihat kemaren anak-anak SMA yang jadi peserta lomba prokernya himpunan," kata Yohan.

"Kenapa?"

"Emang semakin maju jamannya, semakin bening mukanya, ya?" Yohan cengengesan. "Gue inget Sian jaman SMA —duh nyesel, kasian mata gue."

"Apa? Mau bilang gue jelek?" sengit Sian.

"Buluk doang, sih," kata Yohan, kena geplak sama Sian.

"Tapi rata, Sian," celetuk Mark.

"Apanya yang rata??" sahut Sian —makin galak. "Belom pernah dicolok ya mata lo?"

[1] Ineffable ✔Where stories live. Discover now