Dyba diam, sadar tidak sadar Dyba memajukan wajahnya dan menempelkan wajahnya di dada bidang Sam. "Aku ngantuk, mau tidur dulu."

"Iya, sayang. Nanti aku yang bakalan kabarin bunda. Sleep tight, Beb."

Tangan Sam memeluk pinggang Dyba dan ia terus menciumi puncak kepala Dyba. Tangan Dyba melingkari leher Sam. "Sleep tight, Bae. Semoga penjelasan kamu gak buat aku kecewa."

***

"Kalau cuma temen kenapa fotonya gak kamu hapus? Selama ini perasaan kamu bukan tipikel orang yang mau nyimpen foto gitu, apalagi sama cewek."

"Dy...."

Dyba menggelengkan kepalanya. "Aku bener-bener gak habis pikir, dia sepenting itu sampai kamu gak mau ngehapus foto itu?"

Sam mengelus tangan Dyba, ia sekarang berjongkok di depan Dyba. "Sayang, percaya aku, aku sibuk sampe gak sempat ngehapus foto itu. Aku sibuk kuliah, habis itu langsung nyari oleh-oleh untuk kamu. Yang aku buka cuma WhatsApp sama Instagram aja, gak sempat-sempat aku buka galeri, Dy."

Melihat Dyba yang tidak mau menatapnya membuat Sam langsung memegang dagu Dyba. "Tatap aku, kamu ada lihat apa di mataku?"

Dyba menyelami tatapan itu, tatapannya masih sama, penuh cinta dan rasa rindu. Tetapi, kenapa secuil hati Dyba merasa ada sesuatu yang di sembunyikan Sam dari tatapan itu. "Kamu gak bisa bohongin aku gitu aja, tatapanmu memang masih sama, tapi ada yang kamu sembunyikan."

Sam berdiri dari jongkoknya, ia memandang Dyba dengan lelah. "Dyba! Jangan buat masalah deh! Cuma gara-gara foto aja kamu sampe permasalahin kayak gini! Aku lagi capek, niatku pulang untuk ngasih suprise ke kamu, tapi kamu malah kayak gini!"

Dyba menggelengkan kepalanya mendengar bentakan Sam itu. Ia langsung mendorong Sam supaya tidak berada di depannya lagi. Ia dengan cepat berlari dari apartemen Sam. Tidak memperdulikan tas, ponsel, bahkan dompetnya yang masih ada di dalam apartemen Sam.

Baru sadar setelah pintu tertutup dengan keras, Sam menjambak rambutnya sendiri. "Gue salah!"

***

Dyba turun dari taxi itu setelah membayarnya dengan uang yang dipinjam dari pak Udin-- Satpam rumahnya.

"Dy, Sam mana? Katanya tadi kamu di apartemen dia." Dyba tidak menjawab pertanyaan mamanya itu, dia dengan cepat lari ke kamarnya.

"Nda, Dy kenapa?" Nia menaikkan kedua bahunya. "Gak tau, dia langsung lari gitu aja."

Gean mengerutkan keningnya, ia yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan adiknya itu. "Gean ke kamar Dy dulu, Nda."

Gean mengetuk pintu kamar itu, tidak ada jawaban membuat Gean langsung membukanya saja. Ia menghela nafas kasar saat melihat bahu adiknya yang naik turun itu. Ia menghampiri Dyba dan mengelus rambut Dyba. "Sayang, kenapa?"

"Abang." Dyba bangun dari tubuhnya dan langsung menubruk tubuh Gean, membuat Gean langsung terjatuh begitu saja dan Dyba yang menangis di dadanya.

Gean mengelus punggung yang bergetar itu. "Kenapa sayang? Ada masalah sama Sam? Kan Sam baru pulang kenapa malah ada masalah?"

"Kepercayaan Dy sama Sam berkurang. Dy lihat ada foto cewek di hp Sam. Foto mereka bukan foto biasa, Bang. Di foto itu pipi Sam di cium sama cewek itu. Dy takut Sam di sana udah dapat pengganti Dy."

Gean masih mengelus-elus punggung Dyba. Ia menghela nafas kasar. "Udah nanya sama Sam itu siapa?"

Dyba mengangguk. "Kata Sam itu cuma temennya Sam."

"Sayang, budaya kita sama mereka beda. Di luar ciuman pipi bahkan ciuman bibir itu tanda pertemanan, mereka udah biasa kayak gitu."

Dyba memukul dada Gean yang membuat Gean meringis. "Tapi, kenapa kalau cuma temenan sampe di foto, bahkan fotonya gak di hapus-hapus. Foto itu Dy lihat udah dari dua minggu yang lalu, masa sampai sekarang gak Sam hapus juga?"

"Dyba, hubungan jarak jauh perlu kepercayaan yang cukup tinggi. Abang tau rasanya susah, tapi harus dicoba. Masa hubungan kalian yang udah berjalan tiga tahun lebih harus hilang cuma gara-gara foto itu? Hubungan jarak jauh mengajarkan kalian untuk saling percaya, saling sabar dalam menanti kabar, dan intinya jangan sampe kalian sama-sama saling curiga. Percayain hatimu, tapi jangan sepenuhnya, manusia bisa khilaf dan melakukan kesalahan. Jangan juga kamu hanya sedikit percaya sama dia, yang ada kamu yang khilaf."

Gean mengangkat wajah Dyba dari dadanya, ia menghapus jejak air mata yang ada di pipi Dyba. "Perbaiki hubungan, jangan langsung nyimpulin sendiri gini. Semua hubungan yang dilandasi rasa egois dan nyimpulin sendiri gak bakalan bertahan lama lagi."

Dyba mengangguk. Ia memeluk Gean lagi. "Makasih abang."

"Dah, bobok ya? Abang temenin deh sampe kamu tidur." Dyba mengangguk dan tidak lama nafasnya sudah mulai teratur.

Gean memindahkan tubuh Dyba ke tengah kasur dengan hati-hati. "Have a nice dream, sayang. Semoga hubungan kamu sama Sam gak bakalan berantakan."

***

TBC....
Warning! Typo bertebaran....
Jangan lupa vote and comment ceritaku....
Terima kasih yang udah mau baca, vote, and comment ceritaku....

02 Juni 2020

Possessive Samudera [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang