Semua peserta olimpiade asal DKI Jakarta memancarkan senyuman. Bahkan, ada yang berlompat-lompat ria. Hari ini, mereka sampai di Bali dalam rangka memperebutkan medali emas tingkat nasional. Pasukan terbaik telah dikirim. Selama di sini, mereka akan dikarantina selama 2 minggu, sebelum akhirnya bertanding untuk mendapatkan gelar juara.
"Yeay!! Finally, kita sampai juga," sorakkan Nada mengalihkan pandangan yang lain.
"Apaan sih, biasa aja. Kayak gak pernah nginjak Bali aja lo," gerutu Bagas.
"Yaudah sih, biarin aja. Lagian kapan lagi coba bisa bebas dari sekolah," sahut Elie.
"Bebas sekolah terus muter otak buat jawab soal olim? Bahagia banget emang." Devan menatap sinis ke arah mereka.
"Kalian pada bisa diam gak? Di sini kita bukan untuk main-main." Suara Aldrich terdengar sangat kesal dan dia pun segera berlalu dari sana.
"Biasalah, anak Swaeden, dingin. Macam beruang." Celetukan Prima mengundang tawa semua yang mendengarnya.
"Kalau Aldrich mah, bukan beruang. Masih anak beruang, imut banget." Perkataan Rena membuat yang lain menertawakannya.
"Bucin lo!" teriak Tio.
"Yee, biarin. Lagi pula, orang yang gue bucinin masih jomlo," ucap Rena.
"Udah-udah, ayo jalan. Gak lihat kalian, si Beruang udah merah tuh mukanya," kata Elie.
Mereka berjalan ke arah Aldrich. Semuanya terlihat sangat senang dan antusias. Miss Viore merasa pusing melihat mereka. Apalagi pelajar dari LABS(Laboratorium, art, business, and sport), sangat menguji kesabaran setiap orang. Mereka terlalu berisik dan aktif. Terutama yang siswi, benar-benar membuat sakit kepala.
"Anak-anak, naik bus sesuai arahan Miss tadi, jangan nyelip-nyelip atau duduk dengan chairmate orang lain. Yang paling penting, JANGAN MODUS," ucap Miss Viore sambil menekankan kata jangan modusnya.
"Yah, Miss."
"Miss, saya mau duduk di seblah pacar saya aja."
"Miss, mau duduk di samping Aldrich dong." Satu celetukan dari Rena membuat keheningan melanda mereka seketika.
Aldrich yang mendengarnya langsung memelototkan matanya. "GAK. Saya gak mau, Miss."
Jawaban Aldrich mengundang tawa yang lain. Rena mempoutkan bibirnya, lalu berkata, "Yah, lo kok gitu sih. 'Kan kita sehati, sejiwa, semasa depan lagi."
"SARAP LO!" teriak Aldrich.
"Udah-udah, semuanya sesuai arahan saya tadi. Aldrich, kamu jangan terlalu galak, kasihan orang tuamu harus cariin jodoh untuk kamu nantinya," kata Miss Viore.
Mereka semua tergelak. Aldrich hanya mendengus malas dan masuk ke dalam bus. Tawa anak LABS yang paling membahana. Setelah tawa mereka reda, mereka ikut masuk ke dalam bus dan menikmati perjalanan. Bali memang indah. Sayangnya, mereka ke sini untuk berkompetisi, bukan untuk berlibur.
Sesampainya mereka di rumah yang akan menjadi tempat karantina, mereka turun satu persatu dan melihat ke arah rumah tersebut.
"Miss, kenapa tempat karantinanya rumah? Tahun lalu kan, hotel?" tanya Kiera.
"Miss gak tau, cuman ikut arahan dan di sini tempatnya. Tapi, Miss rasa akan ada perubahan di sistem di olimpiade kali ini." Jawaban Miss Viore membuat mata mereka menatap ke arah rumah tersebut dengan saksama.
"Mari kita masuk," lanjutnya.
Mereka semua hanya mengangguk dan melangkahkan kaki ke arah rumah tersebut. Setiap langkah kaki, membawa mereka ke tempat yang akan menjadi perubahan bagi hidup mereka. Menjadi tempat yang akan menciptakan sejarah baru nantinya. Kisah mereka dimulai dari sini.
######
Hai, semua!! Aku bawa cerita baru, lho. Cerita ini, akan mengawali series HIGH SCHOOL MOMENTS. Series ini ada 5 cerita dengan tokoh utama yang berbeda-beda. Jadi, tungguin terus yaa.
Gimana nih sama prolognya? Ada yang tertarik? Ditunggu komentarnya:)
YOU ARE READING
HSM 1: OLYMPIADS [END]
Teen FictionOlimpiade Sains Nasional. Sebuah uji kompetensi seluruh siswa dan siswi Indonesia. Namun, tahun ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, banyak kisah cinta yang terajut. Jati diri mereka terbentuk. Semua yang terlihat nyata terasa palsu...
![HSM 1: OLYMPIADS [END]](https://img.wattpad.com/cover/224086486-64-k943819.jpg)