EPILOG

136 12 56
                                        

Hari kemarin telah berakhir. Saat ini, yang tertinggal hanyalah kenangan. Mereka semua akan saling melalui. Tak menganggap semua ini masa lalu, tetapi yang pergi belum tentu akan kembali. Benar, 'kan?

Para peserta sudah berkumpul dan memegang pegangan koper masing-masing. Beberapa provinsi mendapat jadwal terbang pagi. Beberapa mendapat jadwal terbang pagi menjelang siang dan ada yang siang.

Mereka saling memeluk satu sama lain dan menumpahkan tangis. Sedih, karena harus mengakhiri kebersamaan selama ini.

"Aaaa, peluk sini!"

"Jangan lupain gue. Ya, walaupun gue di ujung Indonesia bagian barat." Farhan menepuk-nepuk pundak Dean.

Dean mendengus. "Lo lama-lama kek cewek, Han."

"Solimi banget lo."

Lea melihat laki-lakinya itu dengan tatapan datar. Apa ia tidak sedih jika Lea akan segera berangkat? Seharusnya, ia putuskan saja Dean kemarin saat mereka berada di Pura Tanah Lot. Menyebalkan.

"Sayang, kenapa ditekuk gitu mukanya?" Dean bertanya dengan tidak pekanya terhadap perasaan Lea.

Lea baru melenggang pergi dan akan menghampiri Elie, Caca, Nada, dan Kiera, tetapi ditahan oleh Dean dan ditarik ke dalam pelukannya.

"Dah, jangan ngambek. Kalau ada waktu, aku susul kamu ke sana. Sementara ini, kita LDR dulu, ya, Beb." Dean mengecup pucuk kepala Lea.

Walaupun Lea termasuk ke dalama jajaran cewek galak nan sangar, tetapi jika diperlakukan seperti itu, hatinya luluh juga. Seperti sekarang, air matanya sudah jatuh dan nangis sesenggukkan. Dean bingung harus sedih atau bahagia. Sebab Lea yang sudah luluh membuat dirinya senang, tetapi ia sedih pula karena harus berhubungan jarak jauh.

Di lain sudut, Tio menatap adegan tersebut dan mengalihkan pandangannya ke arah Vio. Vio yang merasa terkoneksi dengan Tio menggeleng cepat dan menunjukkan kepalan tangan di depan wajah Tio.

"Gak usah cheesy." Setelah berkata seperti itu, Vio berlalu dan menghampiri teman-temannya yang akan segera berangkat ke bandara. Tio menatap nanar akan kepergian kekasihnya itu.

Elie yang berada tak jauh dari kerumunan menghampiri satu per satu teman-teman barunya. Hingga sampailah ia di hadapan Farhan dan menyapanya. "Thanks, Han. Udah jadi penengah kalau gue sama Rika cek-cok. Safe flight, yap."

Farhan mengangguk dan mengerling sebelah matanya sambil berkata, "Gue tunggu juga undangan lo sama Aldrich."

Elie tersipu malu dan berpamitan pergi dari sana. Orang terakhir yang ia hampiri adalah Rika. Rika melambaikan tangan kepadanya.

Elie memeluk Rika erat seakan tak ingin lepas. Berbanding terbalik dengan dahulu. Di saat keduanya masih sibuk memperdebatkan hal yang tak seharusnya diperpanjang.

"Rikaa! Nanti kalau ke Jakarta main-main ke sekolah gue. Gue bakalan jadi private guide buat lo."

Rika yang mendengarnya terkekeh. "Iya-iya. Lagian kita gak jauh-jauh amat. Apalagi gue ada waktu liburan, pasti bakalan ke sana."

Elie mengangguk dan melepaskan pelukannya saat mendengar suara guru pendamping mereka memberikan instruksi untuk provinsi yang sudah dijadwalkan pagi untuk segera menaiki bus.

Mereka yang pergi melambaikan tangan. Saling memberikan semangat dan berharap akan segera bertemu kembali. Mengambil resiko dan memulai lembaran baru pasca KSN ini.

"See you guys!"

Lambaian terakhir dari mereka yang pergi dan hilang bersamaan dengan bus yang melaju meninggalkan tempat mereka berpijak.

*****

Provinsi DKI Jakarta mendapat jadwal terakhir. Saat ini, mereka juga sudah berada di pesawat menuju bandara Soekarno-Hatta.

Suasana hanya hening dengan mata yang setia memandang gumpalan awan-awan yang terlihat di bawah mereka.

Aldrich, Elie, dan Devan juga ikut pulang. Kata para tetua, mereka akan mengadakan rapat besar di Jakarta. Hilang satu beban di pundak mereka. Namun, sayangnya, tambah puluhan beban lain yang siap menanti.

Waktu bergerak cepat, mereka sudah sampai di bandara. Tangan-tangan itu menggerek koper menunggu jemputan.

"Aldrich, Elie, dan Devan beda tujuan sama kami, 'kan?" tanya Miss Viore.

Mereka bertiga bersitatap dan mengangguk. Memang benar, mereka akan langsung menuju rumah lima keluarga besar. Sudah banyak anggota keluarga yang menanti mereka.

"Oke, kami duluan, dadah!"

Mereka melambaikan tangan seiring langkah yang berjalan meninggalkan mereka bertiga. Kini, mereka bertiga menghela napas berat. Perjuangan yang sesungguhnya sudah menanti.

"Ready?"

Elie dan Devan mengangguk mantap. "Ready!"

Lembaran perjalanan baru terbuka lebar. Mereka melangkah menuju kehidupan yang jauh dari kata biasa saja. Siapapun yang melihat, pasti akan meringis untuk banyak hal.

Namun, inilah mereka, para raja dan ratu baru yang siap memimpin. Memimpin perjalanan dan kisah untuk selanjutnya.

Okey, kita selesai di sini semuanya! Sampai jumpa di seri kedua✊🏻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Okey, kita selesai di sini semuanya! Sampai jumpa di seri kedua✊🏻

Sebelum ditutup, bisa mampir ke info di sebelah yap😉

HSM 1: OLYMPIADS [END]Where stories live. Discover now