Part 6

14.4K 355 31
                                    

Pencet bintangnya dulu baru baca 🌟

Aku pernah merasakan perasaan ini. Aku menghirup nafas dalam lalu menghembusnya. Hmm ... nyaman. Aku merasa bebas.

Perlahan aku mulai membuka mataku. Mataku langsung bertemu dengan pelangi yang terbentang indah menghiasi langit.

Aku mengukir senyumku. Perasaan ini sungguh menyenangkan. Rasanya, tidak ada lagi beban yang kutanggung. Tidak terasa lagi sakit di batinku.

Tapi tunggu, pelangi? Langit? Aku segera bangkit duduk lalu mengedarkan pandanganku. Sepertinya tempat ini tidak asing. Tapi ini dimana?

Pohon rindang, semilir angin, perasaan nyaman dan bebas. Aha! Aku tau tempat ini! Bukankah tempat ini adalah taman saat aku bertemu dengan gadis mungil itu? Ya, benar!

Aku mengedarkan pandangaku ke arah tubuhku. Wow! aku menggunakan gaun yang sangat cantik. Berwarna putih satin tanpa lengan dan panjangnya mencapai
mata kaki. Tapi, tanpa alas kaki?

Sudahlah.

Tapi, dimana gadis mungil itu? Kulangkakan kaki disekitar taman ini.

Saat sedang menikmati keindahannya, tiba-tiba aku mendengar langkah kaki disertai tawa anak kecil dari belakang.

Aku pun membalikan badanku untuk memastikan jika aku tidak salah dengar. Segera aku tersenyum setelah mengetahui pelaku tawa itu.

Ya, itu gadis mungil yang kutemui tempo hari. Ia terlihat menuju ke mari. Segera aku merentangkan tanganku ingin menyambutnya.

Aku tidak percaya ini. Ia menembusku?

Tapi, aku lebih tidak percayai pada yang satu ini. Sohena adalah alasan gadis mungil itu tertawa? A-apa ia ibu dari gadis mungil itu?
Aku tidak tau ....

"Sudah sayang. Mama capek."

"Hihi, mama payah. Ayo kejal aku."

Ternyata benar ia anak dari Sohena. Aku yakin mereka tidak bisa melihatku, jadi aku mengikuti mereka.

"Papa, tolong aku!" seru gadis mungil itu pada pria yang sedang duduk di batang pohon yang telah tumbang.

Aku tidak bisa melihat wajah dari pria itu. Karena pria itu duduk menghadap ke depan. Aku hanya bisa melihat punggungnya saja. Tapi aku sangat familiar dengan postur badan pria itu.

"Ahh, cemen pake lapor-laporan sama papa," ujar Sohena saat gadis mungil itu memeluk sang pria dari belakang.

"Oh, jadi anak papa lagi main ya sama mama, kok gak ngajak papa, hmm?"

Deg

Setetes air mata jatuh di pipiku. Bukankah itu Christian? J-jadi, pada akhirnya aku yang harus mengalah?

"Upsi." Gadis mungil itu menutup mulutnya seraya menatap Sohena.

"Nggak, mama gak mau bantuin kamu, blee," ujar Sohena dengan jahil.

Kenapa ia di sini terlihat sangat baik?

"Oh, jadi kamu nggak sayang papa lagi, ya? Terima hukuman ini sayang, Hahaha."

Christian menggendong gadis mungil itu, lalu menggelitiknya.

"Ahh, papa stop. Mama tolongin aku, hahaha."

"Haha, mama nggak ikut campur sayang."

Gadis mungil itu merontah-rontah sambil meminta pertolongan Sohena.

Mereka terlihat keluarga yang sangat bahagia. Apakah aku harus pergi? Apakah aku harus merelahkan Christian? A-ku tidak mungkin merusak kebahagiaan mereka.

Dua Istri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang