7.

1.5K 128 28
                                    

“Who, being loved, is poor?”
-Oscar Wilde
.......................

Don't you tell me that it wasn't meant to be
Call it quits, call it destiny
Just because it won't come easily
Doesn't mean we shouldn't try

Lagu dengan suara senandung lembut dan lirik yang manis berhasil memanjakan telinga setiap orang diruangan. Lampu temaram, suasana tenang berpadu kemewahan membangun citra tempat itu dengan baik.

Beberapa orang terlihat begitu nyaman dengan pasangan masing-masing. Para pria dengan dasi kupu-kupu melangkah cepat dari satu meja kemeja lain setiap kali ada yang mengudarakan tangan mereka.

Ditengah suasana yang tenang, dan menghanyutkan seperti saat itu, beberapa pasang mata masih saja melirik kearah Sehun. Pria yang duduk sendiri sembari menikmati sebotol campagne mahal diatas mejanya. Pria yang baru-baru ini namanya sontar terdengar dikalangan elit karena berhasil membujuk mafia Italia untuk berinvestasi pada pembangunan hotel yang digadang-gadang akan gagal total karena lokasinya kurang menguntungkan. Tatapan-tatapan itu, sudah tidak asing bagi Sehun. Ia sudah dibanjiri tatapan mendewakan dirinya sejak ia kecil dan ia sudah hidup dengan beberapa penjilat ulung dibawah atap yang sama. Jujur, ia bangga akan hal itu. Ia tidak perlu repot meraung seperti singa, menampakkan gigi-gigi kuatnya agar dinobatkan sebagai penguasa. Dengan berdiam diri saja sudah membuatnya berada dikasta yang cukup sulit untuk diraih orang lain.

"Kenapa semua orang melihat pria itu?" Salah seorang pelayan baru yang berdiri disamping rekan kerjanya segera menyikut rekankerjanya itu.

"Dia pelanggan VVIP. Hotel ini miliknya." Jawab rekan kerjanya dengan gigi mengatup sembari menebar senyum.

"Sudah menikah?"

"Sudah, jangan berpikir yang aneh. Lebih baik jauh-jauh darinya. Dia-" Belum selesai rekan kerja wanita itu menuntaskan kalimatnya, ia segera melangkah pergi ketika seorang wanita disalah satu meja mengacungkan tangannya, meminta untuk dilayani.

Sehun kemudian menaikkan tangannya dengan malas, mengharuskan pelayan baru itu menghampiri meja Sehun. Sebeluk ia melangkah, dibukanya satu kancing kemejanya. "Bisa saya bantu?" Dengan tersenyum ramah ia segera menunduk.

Sehun segera disuguhkan pemandangan pribadi wanita itu dan berhasil membuat Sehun mendengus kecil sebelum memberi tatapan menggoda. Wanita itu tersenyum dengan begitu nakal, bangga ketika Sehun masuk perangkapnya.

"Tolong ambilkan campagne lagi." Pinta Sehun setengah suara sedikit serak disertai tone yang rendah. Wanita itu mengangguk kemudian beranjak pergi, meninggalkan Sehun yang berdiam diri memandangi kepergiannya.

Tak lama kemudian wanita itu kembali membawa sebotol campagne yang diminta Sehun. Ia membuka sendiri botol itu sebelum menuangnya kedalam gelas Sehun.

Sehun meneguk minuman dalam gelasnya sembari tidak lepas memandangi wanita dengan seragam pelayannya itu. Wanita itu masih berdiri didepan Sehun, menunggu Sehun memberinya sebuah-aba untuk meninggalkan meja pria itu atau ikut dengannya.

"Jujurlah... kau sedang menggodaku?" Sehun meletakkan gelasnya kemudian memaku pandangan pada pelayan itu.

"Apa kelihatan terlalu jelas tuan?" Wanita itu membalas tanpa menghilangkan nada sopannya.

Sehun mendengus kecim kala ia tersenyum. Tangan kanannya memijat batang hidungnya pelan sebelum berdiri dari duduknya. Didekatinya wanita itu dan berjalan kepunggungnya. Ia mendekat, membuat wanita itu membalik tubuhnya dan terpaksa harus berpegangan pada meja Sehun. Dielus Sehun pipi wanita itu lembut, dan semua mata memandang keduanya. Tangan Sehun yang lain mengambil botol campagne dibelakang tubuh wanita itu dan dengan segera pipi wanita itu ia apit kuat dengan jari-jari tangan kirinya. Dengan kasar Sehun menuang isi campagne itu kedalam mulut sang pelayan hingga pelayan itu mencoba menarik tangan Sehun dari wajahnya tapi tak berhasil.

Right PuppetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang