BAB XXVI: Toksin Klasik

1.7K 379 247
                                    

°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°

_______________

SENANDUNG
USANG.       |

BAB XXVI:

Toksin Klasik

|                     

______________

Sejak pagi, Mina sudah mengangkat satu alis penasaran begitu mendapati Bima dan Rena sampai di lantai 2. Memang satu kantor tahu bahwasanya dua anak itu sangat akrab seperti anak ayam bergandengan tangan. Akan tetapi Mina baru pertama kali melihat keduanya datang bersama namun tidak mengeluarkan sepatah kata pun kepada satu sama lain.

Tidak ada yang salah dengan suasana hati Bima hari ini. Sama seperti hari-hari biasanya, cowok itu berkelakar, usil, dan cerewet kepada yang lainㅡterkecuali Rena. Begitu juga dengan Rena. Gadis itu murah senyum dan hidungnya mengerut lucu ketika terkekeh, anak itu juga tampak ceria seperti biasanya. 

Lantas, jika semuanya memang berjalan seperti biasanya, mengapa dua orang itu pura-pura menutup mata ketika berpapasan di pantry? Padahal satu kantor juga tahu keduanya seperti dua anak ayam yang selalu bertengkar dan menempel akrab bersama-sama.

Saat Bima sudah pergi merokok di bawah, kini Mina dengan secangkir cappucino yang dikaitkan pada jemarinya, merapatkan sisi tubuh pada Rena yang tengah membuat minuman serupa.

"Rena." Ketika gadis yang dipanggil itu menoleh dengan senyum manis, Mina melanjutkan, "Kamu berangkat sama Bima?"

"Eh? Iya, Min. Tapi bukan apa-apa, kok." Rena berusaha menjelaskan karena takut disalah pahami tapi Mina malah tertawa geli.

"Bukan, bukan. Aku teh bukan cemburu apa gimana. Nggak perlu lah dijelaskan ke aku."

Mina menyadari kalau gadis di hadapannya merasa tidak nyaman tatkala Rena menjentik-jentikkan jari tanpa suara di bawah sana. Lantas, Mina buru-buru menambahkan, "Bima udah cerita sama kamu?"

"Eh? Apanya? Kenapa?" Rena ini super buruk dalam berbohong. Sungguh.

Menyelipkan sejumput rambut berpotongan pendeknya ke belakang telinga, Mina kini mendekatkan diri, tanpa sadar sedikit mengirim aura mengintimidasi yang tak ia rencanakan. "Kalian nggak bicara seharian, padahal berangkat bareng. Ada sesuatu yang terjadi?"

Rena berdeham kaku. Mulutnya terasa kering.

"Atau Bima udah kasih tahu kamu soal itu?"

Kening Rena mengernyit, tapi dia akhirnya mengangguk. "Iya, Mbim kasih tahu aku kenapa dia di-dropout."

✔ Senandung Usang | salicelee.Where stories live. Discover now