BAB II: Kembali Setelah Delapan Tahun

2.6K 595 252
                                    

_______________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_______________

SENANDUNG
USANG.       |

BAB II:

Kembali Setelah
Delapan Tahun

|                       

______________

°


"Lama tak jumpa, Rena. Sehat?"

Kak Tara menuntun anak perempuannya masuk ke dalam mobil, sebelum kembali menyahut takjub menghadap perubahan yang ia saksikan. "Wah, wah. Udah dewasa ya, Rena."

"Kalau balik jadi bayi lagi, serem dong?" Gadis itu mengerling ramah. "Kakak sekarang tinggal di Bandung?"

Dirgantara mengangguk. "Kamu kenapa bisa berada di sini?"

Ah, ini percakapan yang klise sekali.

Tapi bisa berbuat apa? Sebelum terasingkan begini, Rena dan Dirgantara hanya pernah dekat—meski bukan dalam konteks romantis. Barangkali di mata Kak Tara pun, Neira Irena itu cuman sekadar murid bimbingan saja.

Rena menunjuk mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sini. "Aku sama temen-temen lagi liburan aja, Kak. Aku baru lulus sidang kemarin."

"Loh, kamu teh bisa lulus?"

"Ya bisa, Kak." Rena mengerucutkan bibir. "Huuu, ngeremehin."

"Jadi bangga. Dulu kamu menyelesaikan satu tajuk bacaan bahasa Inggris aja bisa 20 menit, loh."

Fakta bahwa Kak Tara masih mengingat Rena sepaket dengan detil sederhana itu cukup membuatnya tersenyum kembang. "Maaf, deh. Aku tahu, dulu aku nyusahin."

Kak Tara menggeleng pasrah. "Terlambat banget sadarnya. Dasar."

"Iya, iya, saking telatnya Kak Tara jadi pergi ninggalin Rena tanpa pamit, ya?"

Kak Tara di hadapannya sekarang tampak kikuk. Dia berdiri saja tanpa banyak bergerak. Ah, Dirgantara kanebo kering.

Rena sebal karena entah kenapa lidahnya malah membelot, mengatakan hal-hal yang seharusnya tidak perlu. Dia tidak pernah seperti ini jika bukan dengan Dirgantara.

Duh, kenapa ya dia malah bicara begitu?

Kalau begini ceritanya, mana mau Kak Tara bertemu lagi dengan Rena meski untuk sekadar bercengkerama sosial.

Namun Tara malah terkekeh kecil. Meski itu bukan kekehan yang sampai ke mata, tapi itu cukup membuat Rena sedikit lebih tenang. Balasan Tara membuat Rena teringat kalau dia punya satu karakteristik yang sangat melekat erat kepadanya;

✔ Senandung Usang | salicelee.Where stories live. Discover now