PART 1

86 12 3
                                    

Happy reading

🎬 🎬 🎬

"Dio! Udah capek! " Gadis itu berkata dengan nafas terengah-engah.

Sedangkan Dio, sang kekasih malah tertawa sambil mempercepat larinya. Kemudian dia menyergap sang gadis dan mereka tertawa bersama.

"Apa aku bilang? Aku bisa nangkep kamu kan?gaya sih, sok minta di kejar. Akhirnya capek sendiri kamunya." Dio mengusap dahi gadisnya dengan lembut,

"Kamu juga nggak mau ngalah. Di pelan-pelanin kek larinya." Si gadis mencebik sebal.

"Iya-iya, maaf. Udah yuk pulang. Udah sepi nih sekolahnya," Ajak Dio.

Kemudian mereka berjalan sambil bergandengan tangan menuju tempat parkir yang ada di dekat gerbang.

Tapi ada sesuatu yang membuat mereka menatap gerbang dengan heran, yaitu sebuah mobil Toyota Alphard hitam dengan enam orang pria sangar di sekitarnya.

"Mereka siapa Di? Penampilan nya kok kayak bodyguard," Gadis putih abu-abu itu bertanya dengan nada takut karena merasa pria-pria kekar itu memandang ke arahnya.

"Udah! , biarin aja. Mungkin mereka bodyguard pak kepsek," Kata Dio menenangkan.

"Dio.." Si gadis mengeratkan pegangannya pada Dio ketika menyadari pria-pria kekar itu berjalan mendekat.

"Nona Violin? " Salah satu di antara mereka bertanya sambil menunjuk gadis yang bersama Dio.

"S-saya? "Gadis tersebut bertanya gugup.

" Iya. Anda harap ikut kami sekarang. "

" Tunggu Pak,"sela Dio.

Semua yang ada di situ memandang Dio.

"Ada apa?!" Salah satu di antara pria tersebut bertanya galak.

"Dia memang bernama Violin. Tapi nama Violin di sini banyak. Mungkin yang Bapak maksud bukan pacar saya ini," Dio mencoba untuk menjelaskan secara baik-baik meskipun dirinya mulai tersulut emosi.

"Anda harap jangan menghalangi tugas kami Tuan Alexander. Kami tahu yang ada di sebelah Anda adalah Nona Violin Stephanie Marvindo," Tegas salah satu pria itu yang Author duga adalah ketuanya.

Dio menoleh saat menyadari Violin berdiri dengan gelisah dan semakin mengeratkan pegangannya.

"Violin.. Kamu kenal mereka?" Tanya Dio lembut.

Violin hanya menggeleng dengan dahinya yang semakin berkeringat.

"Maaf, bukannya melarang. Tapi Violin sendiri bilang tidak mengenal Anda-anda semua," Ucap Dio.

Tanpa babibu, dua pria di antara mereka tiba-tiba mencengkram lengan Dio, dan dua lainnya menggiring Violin menuju mobil.

"Ih! Apa-apa sih?! Gue gak mau ikut! " Teriak Violin sekeras mungkin berharap ada yang mendengar dan menolong mereka berdua.

"Heh! Apa-apaan kalian?! Lepasin Vio-ku!" Kesabaran Dio mulai habis.

Tapi sebelum Dio kembali berteriak, dua pria yang tersisa sudah menghajarnya habis-habisan.

"AKHHH!! " Violin berteriak kaget saat merasakan jarum suntik berisi obat bius menembus permukaan kulitnya.

Dan semuanya berubah gelap bagi Violin.

🎬 🎬 🎬

Violin terbangun dan merasakan kepalanya berdenyut nyeri. Sepertinya dia tertidur cukup lama. Tangannya bergerak memijat keningnya pelan.

Our Happiness (BELUM REVISI)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora