*SUARA DIBUTUHKAN SILAKAN MEMAKAI EARPHONE*
Sent!
Namun itu hanya dalam angan-angan saja tak berani kukirim kan. Aku malah menjawabnya dengan
"ah mana ada orang yang lebih banyak batangan semua daripada yang manis."
Ya aku pengecut sih, tapi sudah-lah itu bukan gayaku. Tapi memang benar kalau dibandingkan tahun lalu tahun ini rata-rata sekolah menerima 70% siswa pejantan dan 30% betina. Berbeda pada tahunku sebelumnya yang berbanding terbalik dengan kenyataannya sekarang. Memang Tuhan sedang bercanda pada angkatan terbaru ini.
"But btw Big Bro.."panggilan akrabku olehnya-Kuharap sih panggilan kesayangannya "ada waktu luang kah? Aku mau ngomong sesuatu."
*MUSIC MENEGANG*
Sensasi apa ini? Aku belum pernah merasakan rasa ngilu yang sedahsyat ini dalam hidupku. Rasanya ada dorongan hebat dalam diriku untuk segera mematikan hp pura-pura sedang menuju ke-arah pulang dan tidak menjawab pertanyaan itu darinya. Rasanya campur aduk bahkan adukan dari kue mocha kalah dengan perasaanku saat ini. Linglung dan penasaran menghantuiku saat ini.
Antara harus kujawab?
Apa harus kudiamkan?
Kukeluarkan sebuah benda kecil yang sering kupakai ketika memilih jawaban dalam matematika. Benda itu sangat mujarab buatku pribadi karena dia berhasil melewati lingkaran setan remedial dalam pelajaran matematika itu.
Koin 500 rupiah berikan aku jawaban garuda untuk menjawabnya dan 500 untuk mematikan hp dan pulang.
Tos
Koin itu melayang jauh di udara berputar sekali, berputar dua kali, berputar tiga kali, dan mendarat tepat di cengkraman tanganku yang menutupnya sambil kututup juga mataku.
"Ah sepertinya pulang saja ah!"
Namun Garuda berwarna emas menarik bokongku agar tetap menempel pada kursi yang sama.
YOU ARE READING
Kepingan Kenangan
רומנטיקה"Gak cuman mie instan yang spesial. Kamu juga bisa kok!" Yak itu aku Bobby remaja 17 Tahun tinggi besar seperti Shaquille O'Neal. Salah satu pemain legendaris NBA. Tahun ini aku akan lulus tapi gara-gara pandemi ini kelulusanku tertunda. Mau tidak...