CHAPTER 1

258 25 19
                                    

- IT HURTS ME -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- IT HURTS ME -

Ketika Mencintaimu Adalah Luka Untukku

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

[KOMEN KOMEN KOMEN YANG BANYAK]

[MASIH PERCOBAAN NIH, CHAPTER 1 RAME GUE BAKAL LANJUT]

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

- Happy reading -

🌵

❤❤❤


Malam itu cukup dingin karena awan hitam yang menyelimuti langit Jogja. Bulan dan bintang-bintang memilih bersembunyi daripada bersinar.

Di sebuah cafe yang terbilang cukup sepi, terdapat dua orang berbeda ukuran yang sedang duduk berhadapan tanpa ada seorang pun yang ingin memulai berbicara.

Keduanya tengah disibukkan dengan pikiran masing-masing. Sampai-sampai minuman panas yang mereka pesan sejak tadi mulai dingin.

Kinan yang tampak tidak nyaman dengan situasi ini mencoba untuk memulai pembicaraan. Sejak tadi dia sibuk memilin ujung baju yang dia kenakan dengan jari-jari mungilnya. Kebiasaannya saat tengah cemas atau panik.

“Sebenarnya apa yang ingin Cakra omongin ke Kinan?”

Cakra, lelaki yang memiliki tubuh tinggi di atas rata-rata itu menatap lelaki mungil yang duduk di depannya, sedari tadi Cakra  mengalihkan pandangan matanya kesegala arah untuk menghindari bertatap mata dengan Kinan. Setelah beberapa saat hening, Cakra kini mulai mencurahkan perhatiannya kepada lelaki mungil itu.

“Hmmm, aku rasa kita udah nggak bisa.”

“Maksudnya Cakra apa?”  tanya Kinan mencoba untuk menenangkan diri.

Sebenarnya, Kinan tahu ada sesuatu yang nggak beres. Sesuatu yang Kinan takuti selama ini, apalagi saat Cakra meneleponnya tadi dan memintanya untuk bertemu. Kinan merasakan adanya nada yang tidak mengenakkan dalam suara kekasihnya itu.

“Aku... aku udah nggak bisa buat nerusin hubungan kita.”

Cakra menatap mata Kinan yang kini tengah menahan air mata dan hidungnnya yang memerah.

Firasat Kinan terbukti. Dia memang hanya menunggu waktu sampai Cakra membicarakan hal ini. Berat bagi dirinya untuk melepaskan Cakra.

Karena sejujurnya, dia masih sangat menyayangi lelaki itu. Mereka sudah melalui banyak hal bersama. Empat tahun menjalin hubungan bukanlah waktu yang singkat.

Kinan merasakan dadanya begitu sesak ketika Cakra dengan mudahya memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.

“Kalau boleh, Kinan mau tau alasannya?” tanya Kinan. Setetes air mata jatuh dari ekor matanya mengalir cepat di pipinya.

“Aku udah nggak ngerasain getaran yang sama kayak kita pertama pacaran dulu.”

Cakra mencoba meraih tangan Kinan. Namun, dengan cepat Kinan menarik kedua tangannya. Kinan menghela nafas.

Ada satu pertanyaan di benaknya. Dia ingin menanyakannya walaupun mungkin jawabannya akan menyakitinya.

“Kinan mau nanya satu hal sama Cakra.”

“Iya?”

“Apa Cakra masih sayang sama Kinan?” tanya Kinan sembari menatap kedua bola mata yang dulu selalu menatapnya dengan tatapan yang memiliki arti kenyamanan.

Tetapi sekarang kenyamanan itu menguap secara perlahan. Kedua mata Cakra terlihat sangat lelah
Cakra menundukkan kepala. Dia menghela nafas berat, mencoba untuk menjawab pertanyaan lelaki mungil itu dengan sejujur-jujurnya.

“Semakin kesini, perasaan itu udah mulai menghilang.”

Seperti ada batu besar yang sangat berat menimpa dada Kinan, hatinya sakit dan perlahan hancur mendengar jawaban Cakra barusan.

Dia semakin jengah berada di satu tempat dengan Cakra. Dia ingin pergi. Dia ingin berteriak dengan keras untuk mengurangi sedikit rasa sakitnya. Dia tak ingin lagi menatap wajah Cakra.

“Aku minta maaf. Aku benar-be- "

“Gapapa, kalo ini emang yang terbaik buat kita berdua.” Kinan mencoba memasang senyum di tengah tangisannya.

“Maaf, Kinan harus pulang. Udah malam.”

Kinan meraih tas selempang yang diletakkannya di lantai cafe.

“Aku anterin.”

Cakra meraih tangan Kinan yang tengah bangkit dari duduknya.

“Nggak perlu. Kinan bisa naik taksi, kok.” Ujar Kinan tanpa sedikitpun menatap Cakra.

Kinan mencoba melepaskan genggaman tangan mantan kekasihnya itu. Perlahan dia berjalan keluar kafe dan pergi meninggalkan Cakra.

Cakra hanya mampu menatap Kinan yang berjalan pergi tanpa bisa mencegahnya. Dia harus jujur kepada Kinan, juga jujur pada dirinya sendiri.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

🌵

TO BE CONTINUED

TO BE CONTINUED

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Sorry for typo

❤❤❤

Next or Stop or Unpub?
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

IT HURTS MEWhere stories live. Discover now