[Flashback]

877 134 10
                                    

Junhee menatap puas reaksi Yeji setelah membuka paket darinya. Bukan apa-apa hanya boneka kelinci lucu dengan sedikit darah di bagian tangannya. Tidak masalah seharusnya, tetap boneka kelinci lucu.

Yeji menerima pemberiannya. Junhee tersenyum membayangkan hari-hari yang akan datang saat ia bersama Yeji nanti. Jalan-jalan mengelilingi pusat perbelanjaan, pergi ke kafe tiap saat, dan tentu saja ia akan memberikan lebih banyak lagi kado saat hari itu datang.

Junhee merebahkan badannya pada kasur empuknya. Ia sudah selesai mengemas kado barunya. Satu set kuku palsu yang cantik untuk Yeji, pujaan hatinya.

Perlahan tapi pasti, Junhee yakin bahwa Yeji akan melihat ketulusan hatinya dan mencintai si pengirim tanpa nama yang selalu mengirimkan hadiah pada gadis itu.

***

Junhee menatap ke arah Ryujin dengan pandangan marah. Sial ia dijebak. Padahal belum waktunya ia menampakkan diri, dan belum saatnya cintanya akan dibalas.

"Seharusnya kau tidak menangkapku sekarang. Padahal tinggal sedikit lagi kau bisa bertemu denganku karena aku akan segera berpacaran dengan Yeji."

Ryujin menatap Yeji yang tampak amat sangat marah. Gadis itu bergetar. Ia takut, trauma, namun juga sangat marah akan apa yang selama ini selalu menghantuinya.

"Kau akan segera membusuk di penjara, lihat saja."

Junhee tertawa. "Kau bukan yang pertama, dan coba saja kalau kau bisa dengan agensi payahmu itu."

Yeji mengepalkan tangannya. Pria di hadapannya jelas tau bahwa agensinya yang sekarang tidak akan melakukan apa-apa untuk menghalangi Junhee. Posisinya sebagai trainee mengharuskannya untuk menjaga nama baik dan tidak terlibat dalam hal seperti ini. Bahkan sekalipun terlibat, mereka akan menghapus semua jejak yang ada bukan menyelesaikannya.

"Kau!"

Junhee berdecak pelan. "Ah kau tak asik. Padahal aku bisa menjadi pacar yang baik bagimu dan memberikanmu banyak hadiah."

Yeji menarik kerah Junhee. Ia sudah tidak peduli lagi seberapa kacaunya dirinya dan seberapa dalam trauma yang ada. Ia ingin menghabisi orang di hadapannya. Orang yang memberikan mimpi buruk padanya.

"Aku tidak memiliki kuasa apapun untuk menangkapmu sekarang. Tapi nanti bila aku melihatmu beraksi lagi...aku akan menangkapmu. Bagaimanapun caranya."

Junhee menatap remeh Yeji. Gadis lemah seperti Yeji mau menangkapnya? Begitu katanya?

"Oke coba saja. Aku sudah tidak tertarik memilikimu, aku lebih tertarik melihat bagaimana kau bisa menangkapku nanti."

***

"Lo mau masuk kepolisian?"

Junhee mengangguk. Menjadi polisi berarti ia akan terbebas dari 'diselidiki' dan Yeji tidak akan bisa menangkapnya.

Pria yang berhadapan dengan Junhee itu tampak berpikir keras. Ia berusaha mengingat semua koneksi yang ia punya, ia berusaha mengingat siapa di antar teman atau saudaranya yang memiliki koneksi di kepolisian.

"Bisa nggak? Ada koneksi nggak?"

"Ah gue inget ada. Beres udah lo besok tinggal ke kantor polisi dan lo bakal di jelasin posisi lo."

Pria itu menepuk pundak Junhee, "Kalau mau pangkat lain, lo tinggal telpon gue lagi. Biasa asal ada uangnya, bisa gue atur."

Junhee tersenyum miring. Target selanjutnya akan menjadi target yang mudah. Dengan sedikit operasi dan make up, Junhee yakin Yeji tidak akan bisa menangkapnya.

A/n : aku bingung mau bikin flashbacknya gimana :3 yang jelas ini alasan Yeji bilang kayak gitu di part sebelumnyaa
______________
Sharkyylava
28/04/2020

Her Diary | (G)I-DLE ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora