Pelukan hangat 2

13.5K 538 80
                                    

Aku tidak tahu sampai sekarang aku harus bagaimana? Aku kuat aku sanggup! Aku berusaha untuk tidak gagal lagi dalam mengambil keputusan.

Tok!!!tok!!!tok!!!

Siapa malem-malem kesini? Batinku.

Aca keluar dari kamarnya untuk membuka pintu, kaget saat melihatku yang malah melamun dan bukannya membukakan pintu.

"Malah bengong! Bukain dong kak!" Ujar Aca

"Siapa ? Ini jam berapa?"

"Mana gue tau, lu lagi malah bengong doang disini ampun deh"

Aku menggeleng dan duduk di sofa, tanganku meraih remote TV dan Aca membukakan pintu. Aku tidak mau tahu siapa tamunya. Lagian kenapa heran biasanya Naufal datang semalam ini hanya untuk mengantar makanan untuk Aca.

Salah satu alasan yang membuat aku iri sekali dengan Aca karena dia selalu di perlakukan seperti benar-benar jauh layaknya pacar.

Okey. Kembali ke awal, ini karena aku dengan Aca punya wajah dan sifat yang berbeda dan dia beruntung aku tidak.

"Bang Gattan' ada apa malem-malem kesini?" Ujar Aca kaget melihat kehadiran Gattan.

Sekarang tepat pukul 11:57 dan Gattan datang semalam ini ke rumah Aca? Untuk apa? Pikirku.

"Ca, Lili ada? Bener apa yang lu bilang tadi ? Lily belum pergi kan?" Tanya Gattan dengan wajah panik.

"Ada kok dia, sutttt!! Jangan bilang kenceng-kenceng!" Aca menginjak kaki Gattan dengan sengaja.

Gattan mengangguk.

"Yaudah tunggu sini dulu, gue panggilin" ujar Aca.

Salah gak sih Gattan kesini semalam ini mau bertemu Lily? Kenapa gak dari siang waktu aku bilang Lily mau pergi. Apa benar, bahkan mungkin sampai detik ini sepertinya Gattan tidak pernah menganggap serius Lily. Aku salah gak ya? Berniat mempersatukan kakak lagi. Pikir Aca.

"Kak! Ada Gattan" ucapku

Aku yang sedang menonton tv langsung menoleh ke arah Aca. Aku pikir yang barusan ketok pintu itu Naufal, makanya tadi waktu pintu di ketok dia buru-buru membukakannya.

"Gattan? Ngapain Gattan?"

Jantungku langsung berdebar kencang, aku tidak tahu mengapa tapi aku kaget waktu Aca bilang ada Gattan. Rasanya aku gugup untuk menemuinya.

"Mana gue tau! Udah sono temuin dulu"
Aku berjalan menemui Gattan. Langkahku terasa sangat biasa namun hatiku berat sekali.
Gattan langsung menatapku yang berdiri tepat di samping dirinya duduk.

"Li!"

Aku menaikan kedua alisku, wajah cemberutku benar-benar pekat dalam tatapan Gattan.

"Aku tau kamu gak akan pernah bisa maafin aku, bahkan sampai detik ini. Aku paham kesalahan yang aku buat ini begitu besar, terlalu sering nyakitin hati kamu, tapi Li... aku mau memperjuangkan semua, aku mau mempertanggung jawabkan semua kesalahanku. Aku gak mau harus pisah sama kamu... plis... plis izinin aku buat memperbaiki semua ini" Ujar Gattan, sambil melutut di depanku.

"Kamu gak perlu ngelakuin ini aku udah maafin kamu, terima kasih sudah ada niatan untuk memperbaiki semua ini. Tapi aku gak bisa kalau harus terus sama kamu" jawabku tanpa menatap arah Gattan.

Aca mengintip ke arahku yang bahkan tidak membangunkan Gattan yang berlutut di depanku.

"Aku janji aku akan ngelakuin apa aja yang kamu mau, aku turutin semua yang kamu minta. Plis Li... aku udah salah, aku salah menilai kamu selama ini, aku salah memperlakukan kamu selama ini"

Aku mengulurkan tanganku kepada Gattan, pada dasarnya Gattan tidak boleh berlutut di depanku. Aku mencintai dirinya dan aku gak mau orang yang aku cintai lemah di depanku.

"Udah malem lebih baik kamu pulang aja, aku udah anggap masalah ini selesai. Dan terima kasih udah mau datang semalam ini hanya untuk minta maaf" ujarku lalu meninggalkan Gattan.

Gattan menarik tanganku lalu memelukku erat tangan kirinya erat mengusap rambutku, "aku tahu aku salah besar sama kamu. Tapi plis kasih aku kesempatan aku janji aku gak akan ngelakuin hal itu lagi. Aku gak mau kehilangan perempuan yang tulus sayang sama aku. Aku minta maaf Li..." Ujar Gattan sambil menangis lirih terdengar di telingaku.

Kalau laki-laki sudah menangis apakah dia masih bermain-main? Kata orang jika laki-laki berani menangis depan perempuan berarti dia tulus menyayangi perempuan itu dan benar-benar takut kehilangan.

"Aku udah maafin kamu, udah ya... udah malem gak enak kalau ada orang liat kita peluk-pelukan di luar gini" Kataku melepas perlahan pelukan Gattan.

Gattan mengusap air matanya lalu terdiam menatapku.

"Lebih baik kamu pulang, udah malem soalnya"

Gattan meraih tanganku lalu menciumnya tanpa ragu. Mungkin ini pertama kalinya aku di perlakukan seperti ini oleh laki-laki yang sangat sangat aku sayangi. Ternyata rasanya luar biasa bahagia.

"Besok pagi sebelum kerja aku kesini, jangan menghindar ya Li, aku sayang kamu..." ujarnya sambil masih erat memegangi tanganku.

Aku mengangguk mengiyakan, padahal aku masih sangat merasa masalah kemarin mengganjal di hatiku. Tapi aku sedikit merasa luluh dengan perlakuan Gattan barusan.

Setelah mobil Gattan sudah tidak terlihat aku mengambil barang-barang yang Gattan bawakan, dia membawa martabak keju, bunga mawar dan satu kotak yang terbungkus kertas berwarna pink dengan ukuran yang mini.

Aku tidak mengerti dia dapat ide darimana datang kesini membawakan makanan dan juga barang seperti ini, bahkan selama jadi istrinya aku belum pernah di beri bunga.

Aca menghampiriku dengan raut wajah tersenyum.

"Cie...cie abis di datengin pangerannya nih! Kak... bagi dong martabaknya" ledeknya sambil merangkulku berjalan ke arah meja makan.

"Pangeran kemaleman"

"Seneng kan lu ? Munafik banget sih kalo gak seneng. Ini martabak boleh dimakan gak? Apa mau di awetin buat kenang-kenangan?"

"Makanlah!"

Aca mengambil piring untuk martabak sedangkan aku masih melihat apa yang Gattan bawakan untukku.

"Yakali gitu kak mau di musiumkan! Nanti judulnya martabak keabadian. Suamiku yang baru saja meluluhkan kembali hatiku. Hahaha!!! Eh tapi ya kalo diliat-liat Gattan tuh tipe cowok yang mau minta maaf ya? Berarti dia bener-bener tulus minta maaf kali ini!" Celoteh Aca sambil mengemil martabak.

Ternyata Gattan memberikan aku kotak perhiasan mini berbentuk hati, yang isinya kalung berlian.

"Aaaaanjayyy! Gilaa di kasih berlian nih! Gattan duitnya banyak ya? Kali-kali traktir dong makan bareng sekeluarga!"

"Lu kenapasih ca? Ngawur banget! Iyalah dia ngasih berlian nyogok gua kan lagi marah. Eeeh! Tapi ya! Masa tadi dia nangis tau pas meluk gue! Menurutlu dia tulus gak sayang sama gue? Eh maksudnya minta maaf ke gue?"

Aca mengangguk.

****

Aku Patung BagimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang