6

14.2K 645 61
                                    

Sejak kejadian tadi sore, fikiranku susah untuk melupakan kejadian bersama Daffi, sekalinya hanya naik motor vespa tapi perasaan yang dulu sudah hilang untuknya tidak bisa lagi ku ciptakan, padahal aku merasakan nyaman dengan keberadaannya kemarin. Dari mengerjaiku di toko bunga, hingga mengantarku yang di turunkan mendadak oleh Gattan. Fikiranku semakin melayang-layang anehnya, memori di otakku nggak lagi memutar Flashback.

Gattan membuka pintu dengan perlahan, melihatku yang masih duduk termenung di depan kaca, dia meletakan handphone di meja samping ranjang, lalu berjalan memutar ranjang lalu menempatkan tubuhnya di posisi yang baik untuk memejamkan mata. Rasa ingin memijiti-nya pasti selalu menjadi impian yang selalu ada di benakku.

"Ly.. Nanti kalau ada telpon angkat aja, bilang aku lagi tidur" Katanya dengan nada lemas.

Aku mengangguk tanda mengerti.

Di peluknya guling, lalu menghadapkan tubuhnya ke jendela. Aku masih mau mengingat masa SMA-ku yang indah bertabur ke nakalan. Tapi inti fikiranku masih saja tidak tega melihat Gattan yang lelah. Ku ambil handphone Gattan di meja, saat menyalakan handphone, layar terkunci dan aku tidak tahu apa pola yang mengunci handphonenya. Kurang ajar! nih orang kayanya waswas banget biar gue nggak buka-buka privasinya. Pikirku.

Terbesit di fikiranku, bahwa ada yang dia sembunyikan di belakangku, namun aku selalu mencoba untuk tidak memikirkan hal bodoh yang akan memicu pertengkaran di antara aku dan dia. Tapi semuanya tidak bisa' seakan terus-terusan menerpa fikiranku dengan pemikiran yang negatif tentangnya.

Beberapa menit aku meletakan kembali handphone di meja. Handphone itu getar dan ada panggilan masuk. Dengan nama panggilan 'Diana', setahuku Diana adalah sekretarisnya dan ada apa dia menelephone di malam-malam begini? apa penting? setelah seharian Gattan bekerja, masih ada kerjaan lagi.

Aku mengangkat panggilan dengan perasan super penasaran. Aku keluar kamar supaya tidak terdengar Gattan.

"Hallo"

"Hallo, Gattan.. kamu dimana? aku butuh kamu" serunya seperti orang panik dan dengan nada melas.

"Kamu siapa?" Tanyaku sambil mencoba tenang. Gimana nggak panas, kalau tiba-tiba bicara tentang keberadaan Gattan. Dan seharusnya dia nggak langsung memanggil nama Gattan, jelas-jelas Gattan atasannya seenggaknya tambahkan panggilan pak.

"Gattan, plis tolong aku! Aku butuh banget" Katanya tanpa menjawab pertanyaanku.

"Gattan udah tidur! lagian kamu siapa? tiba-tiba telepon minta tolong"

"Bangunkan Gattan sekarang! Saya butuh dia"

Duh! Ni orang udah gila ya? Seenaknya.

"Anda nggak berhak ngatur. Lagian kalo minta tolong ya telpon polisi bukan suami saya" Bibirku sudah tidak bisa terkontrol lagi, perasaan panas ingin terus nerocos dengan kata-kata kasar.

"Oh, pasti kamu Lily! Sebaiknya kamu cepat bangunin suami kamu, sebelum dia kehilangan dan menyesal karena kehilangan saya!" Cetusnya dengan pede.

Yaallah, apalagi ini.. apa sih maksudnya sungguh aku tak bisa lagi berfikir, sepertinya pemikiran ini sudah buntu karena kecemburuan.

"Saya ingetin sekali lagi ya, wahai sekretaris! Suami saya jelas tidak akan menyesal karena kehilangan kamu. Memang kamu siapanya?"

Kini inti pikiranku terhenti, bibirku tercengang tak habis bibir ini ingin teruz mengeluarkan celotehan tajam yang menyakitkan.

"Oh, kalau gitu liat saja nanti!"

Aku mencoba untuk tidak berkata kasar dengannya. Sabar...sabar...

Aku Patung BagimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang