[10] kamar emily

43 10 30
                                    

"My mom is really nice, I'm not lying,"

Dari tadi, Emily berusaha meyakinkan Andy yang masih berdiri di depan pintu rumahnya dan belum mau masuk.

"Gapapa nih, beneran?"

Emily mengangguk mantap. "Mom!"

"Em, malu ah."

Emily tidak menggubris penolakan Andy. Ia tetap menarik tangan Andy agar mengikutinya masuk ke dalam rumah. Kalau mau, tenaga Andy bisa lebih kuat dari Emily, tapi Ia akhirnya pasrah menuruti keinginan gadis itu.

"Mom, this is Andy," ujar Emily cepat, padahal ibunya baru saja muncul di pintu dan belum mengucapkan sepatah katapun.

Andy tersenyum kikuk pada wanita di hadapannya. Berumur, tapi kecantikannya tidak pudar. Mungkin itulah alasan utama kenapa anak gadisnya bisa secantik ini.

Mrs. Backwell menekuk alisnya, memasang wajah serius, membuat tubuh Andy semakin bergetar hebat dan berkeringat dingin. "Why did you bring a blond-haired guy here, Emily?" tanyanya dengan nada yang cukup tinggi. Sudahlah, nyali Andy sudah sangat ciut sekarang ini.

Emily ikut-ikutan mengerutkan dahinya. "Why, Mom? What do you mean?"

Mrs. Backwell malah terkekeh geli. "No, no. I'm sorry. He's... really gorgeous he reminds me to my ex." Ia melanjutkan tawanya semakin keras. "Jangan terlalu serius. Sana masuk, Mom buatin snack, ya."

Andy menghembuskan napas lega, sementara Emily tersenyum menahan tawa dengan telapak tangan yang menutupi mulutnya. "C'mon Andy, I told you to have no worry about her."

Andy mendongakkan kepalanya menatap langit ketika Mrs. Backwell sudah masuk ke rumah. "She's really...."

"Freak, I know," potong Emily sambil terkekeh. Gadis itu menatap Andy sebentar dari samping. Ibunya benar, ternyata Andy memang cakep.

Emily tidak ingin berlama-lama di luar, jadi Ia menarik tangan Andy dan mengajaknya ke kamar.

"Welcome to my bedroom!" seru Emily ketika membuka pintu kamarnya. Tampaklah kamar yang tertata rapih dengan nuansa biru dan merah muda. Gadis itu langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas king-sized bed putihnya. "What are we gonna do, Andy."

Bukannya menjawab, Andy malah membuka sweaternya, membuatnya tak sengaja menampakkan perutnya ketika kausnya ikut-ikutan terangkat.

Emily memalingkan wajah, pura-pura tidak melihat, namun diam-diam membatin. Even his belly is so gorgeous.

"What ya doin, Em?" tanya Andy. Gilirannya untuk terkekeh saat ini. Cowok itu ikut-ikutan merebahkan dirinya di samping Emily yang terduduk. "You don't like my belly, huh? You don't wanna see it?"

"No, Andy. No," tolak Emily seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia memalingkan tubuhnya dan tiduran membelakangi Andy.

Andy melipat lengannya ke atas, menjadikan kedua telapak tangannya sebagai tumpuan kepalanya. Ia tersenyum. "What about my back?"

Emily melempar guling ke wajah Andy, membuat cowok itu meringis walau tidak sakit. "I said no!"

"Tapi kalau misalnya gue luka gimana?" tanya Andy. Guling yang dilempar Emily malah dipeluk olehnya. Kini Ia pindah posisi dari telentang jadi menyamping, menatap punggung Emily. Tangannya terulur untuk memainkan rambut keriting gadis itu. "Tetep gamau liat juga? Ga bakal lo sembuhin?"

Mendengar kalimat itu, barulah Emily memutar tubuh jadi bertatap-tatapan dengan Andy. "Emangnya lo mau ngapain, huh? Fight people?"

Andy menggeleng. Matanya terfokus pada iris Emily yang bersinar di penglihatannya. "Make a happy ending."

maksudnya gimana bang 😔
galpok akumah, "even his belly is so gorgeous" 😭

yaudah pokoknya, try to believe
andy will
"make a happy ending"
amen

vomments :*

EM(ILY) • andy struckerWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu