#31

1.8K 114 1
                                    

Aku sudah kembali ke Melbourne. Setelah tertidur selama berjam-jam untuk memulihkan diriku yang terkena jet-lag, aku memilih menghabiskan sisa malamku dengan memandangi kota Melbourne dari balkon kamarku.

Pikiranku mengulang perkataan Theo beberapa jam yang lalu.

"Apa kau keberatan jika mom dan dad berusaha membujuk papa dan mama untuk pindah ke Athena?" manik emeraldnya menatapku lekat.

"Tidak." Aku menggigit pipi bagian dalamku. Berbagai spekulasi mulai muncul memenuhi benakku. "Bagaimana kalau gagal?"

"Ya sudah. Mau bagaimana lagi," Theo mengangkat bahu santai. "Setidaknya kita sudah mencobanya. Aku terpaksa akan mengundurkan diri dari kerajaan dan melepaskan gelar dan hakku sebagai penerus tahta dad."

"Semudah itu?" Aku menatapnya tidak percaya. "Yang benar saja, aku tidak sepadan dengan apa yang kau miliki saat ini,"

"Kau berharga untukku. Gelar dan tahta itu tidak lebih penting dari dirimu, sweet heart. Aku bisa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupmu kalau itu yang kau khawatirkan,"

"Aku tidak berpikir soal itu."

"Lalu apalagi? Keluargaku sudah bersiap dengan kemungkinan terburuknya."

"Aku takut kau akan menyesali ini nanti." Aku menunduk dengan jemari yang saling bertautan. "Kau bisa memikirkannya lagi. Aku tidak pernah memaksamu untuk itu."

"Aku tidak merasa terpaksa, sweetheart. Kau harus ingat, aku bukan orang yang gegabah. Semua sudah kupertimbangkan baik dan buruknya. Aku sudah siap dengan resiko itu, sweetheart." Theo menggenggam tanganku dan berlutut. "Kau tidak perlu merasa rendah diri. Aku mencintaimu, untuk segala hal yang ada padamu."

Aku menghembuskan napas perlahan. Saat ini, kemungkinannya hanya dua.

Pertama, Theo akan melepas gelar kebangsawanan dan juga haknya sebagai penerus tahta, untuk menjadi warga negara asing di Indonesia. Dia hanya akan menjadi warga negara biasa yang berprofesi sebagai dokter ahli jiwa di negaraku.

Kedua, aku akan menyandang gelar sebagai Putri Mahkota jika ternyata kedua orangtuaku menyetujui gagasan pindah ke Athena. Theo akan menjadi Raja di kemudian hari dan aku....

Oh, aku sungguh berharap kemungkinan pertama yang terjadi meskipun itu sedikit tidak adil bagi Theo. Kehilangan haknya sebagai seorang raja, terdengar tidak menyenangkan. Tetapi, gagasan menjadi Ratu Yunani juga tidak pernah terlintas di dalam benakku.

Terlalu berat, kurasa.

Aku hanya ingin hidup normal. Berkecukupan, damai, dan tentram. Menjadi salah satu bagian dari Greek Royal Family mungkin menjadi prestise tersendiri, tapi apakah aku sanggup menerima konsekuensinya?

Secara otomatis, aku akan menjadi public figure. Kehidupanku akan disorot oleh khalayak ramai. Wartawan dimana-mana. Salah bicara bisa jadi trending topic dan ah ya, aku pasti bisa panen hujatan.

Hanya dengan memikirkannya saja membuatku bergidik ngeri. Aku tidak yakin bisa setahan banting itu untuk menghadapi segala kemungkinan buruk yang akan terjadi saat aku benar-benar dinobatkan sebagai Putri Mahkota Kerajaan Yunani.

Semakin malam, udara semakin terasa tidak bersahabat. Aku memeluk tubuhku sendiri, sweater yang kukenakan masih tidak bisa melindungiku dari angin dingin yang menusuk tulang. Kuputuskan untuk kembali ke dalam untuk menyiapkan makan malamku yang sederhana; spaghetti instan.

Besok aku sudah masuk di semester ganjil. Aku sedikit tidak sabar menantinya.

—////—

Crown Prince of Greece (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang