[ a c a r a k e l u a r g a ]

758 50 6
                                        

4. Acara Keluarga

Akhir pekan ini, keluarga besar Andin akan berkumpul di rumah. Sudah seperti kegiatan rutin mingguan, bahkan saat Andin belum lahir pun acara kumpul keluarga ini sudah ada. Selain melepas rindu, acara itu sebenarnya lebih bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan. Biasanya keluarga yang lain akan tiba di rumah jam sepuluh nanti.

Dan coba tebak apa yang Andin lakukan sekarang?

Bukannya membantu orang rumah menyiapkan makanan atau apa pun itu, Andin malah berkeliling tidak jelas dengan mobil kesayangannya yang diberikan Andre sebagai hadiah.

Omong-omong, sudah berapa lama sebenarnya Andin berkendara? Setelah melihat jam berapa sekarang, Andin menghela napas gusar. Sudah jam sebelas ternyata. Kurang lebih sudah dua jam ia kabur rupanya. Dan tidak heran lagi ada beberapa panggilan tak terjawab dari Mama, Papa, dan Alvin.

Lagi, Andin mengembuskan napas keras. Hah ... sepertinya ia harus mempersiapkan diri untuk dimarahi lagi. Sebenarnya ... ini rahasia, ya, kalau Andin sebenarnya tidak anti pada acara keluarga itu, bukan. Ia hanya ingin membuat Maria berbicara padanya. Dan berbicara versi kami berdua itu adalah Maria akan memanggil Andin agar ke ruang kerjanya lalu mengomeli Andin dengan raut jengkelnya.

Andin tertawa kecil. Cuma itu agaknya yang bisa ia lakukan agar Maria mau berbicara padanya, karena setiap kali ia mencoba mengajak berbicara, Maria selalu acuh dengannya. Itu membuat Andin bingung sekaligus sedih. Ia tidak tahu di mana letak kesalahannya sehingga diperlakukan begitu.

Merasa lengan lelah dan lehernya agak pegal, Andin akhirnya memutuskan menghabiskan waktu akhir pekannya dengan nongkrong di sebuah mini market. Kalau minggu lalu ia menghabiskan waktu di rumah Wulan.

Andin keluar dari mobil sembari merentangkan tangan. “Haaah, capeknya ....” ia kemudian berjalan masuk ke mini market itu. Lumayan ramai juga. Andin mengarahkan kakinya menuju rak makanan ringan, setelah itu beralih menuju tempat minuman dingin.

Sambil menunggu gilirannya untuk membayar, Andin mengeluarkan ponselnya dari saku hoodie. Ia kemudian mengikutsertakan diri dalam obrolan teman-temannya di grup chat. Membahas tentang betapa malasnya mereka bergerak dari kasur.

Andin berdecak pelan. Hal tidak penting seperti itu dibahas juga. Ketika gilirannya tiba, ia meletakkan barang yang diambilnya tadi lalu membayarnya. Andin segera menyingkir untuk mempersilakan orang di belakangnya maju.

Mengecek lagi ponselnya memeriksa apakah ada panggilan tak terjawab lagi dari orang rumah, ia jadi tidak memperhatikan langkahnya dan tidak sengaja menabrak seseorang yang baru saja memasuki mini market.

“Duh, sorry. Gue enggak memperhatikan jalan tadi.” Andin mengangkat kepalanya, menatap si korban yang ternyata seorang laki-laki.

Laki-laki itu mengedikkan bahu. “It’s ok.” dia kemudian berlalu dan menghilang di balik rak makanan.

Andin mendesah pelan, ikut mengedikkan bahu. Ia menarik pintu kaca di depannya ingin segera duduk di sebuah meja bulat dengan lindungan payung warna-warni di atasnya, dan ada tiga kursi yang mengelilingi.

Andin meletakkan barang belanjaannya di atas meja itu, juga ponselnya yang kembali berdenting pelan pertanda ada chat masuk, lalu duduk. Begitu sibuk mengisi perutnya dengan makanan ringan itu, Andin sampai tidak sadar dengan kursi sebelah sudah ada yang mengisi.

“Ngemil di pagi hari?”

“Ha?” Andin segera menatap orang di sebelahnya, lalu mengangkat sebelah alis. Laki-laki yang tadi. “Oh, ini sudah siang, btw.”

IF [FIN]Where stories live. Discover now