malam

2.9K 272 5
                                    

Malam itu seluruh penghuni mansion terpanah dengan penampilan luar biasa para petinggi mafia berbahaya itu. Dimana mereka semua berpakaian elegan dan menawan.

Tidak luput satu perhatianpun dari setiap inci tubuh-tubuh menawan disana. Pusat perhatian tertuju pada mereka. Terutama pada pria jakung yang paling mencolok disana. Pria dengan iris kelam itu melangkah arogan memasuki mansion.

Wajah nya tampak tenang, matanya elok menulusuri tiap tamu yang menurutnya pantas mendapat perhatianya. Saat ini dapat dipastikan bahwa para wanita sibuk menjerit dan berbisik.

Terlihat beberapa wanita yang tidak sengaja menumpahkan air yang mereka pegang. Mereka seolah tak peduli karena tetap terfokus pada jelmaan dewa disana.

Aroma wine dan mint yang menyeruak membuat siapapun yang menhirupnya tidak akan pernah melupakan wangi pejantan itu. Sehun kini asik melihat beberapa wine dan minuman beralkohol yang tersedia diatas meja. Tampak beberapa wine ternama dan langka berjejeran siap memenuhi rongga mulutnya pada pesta meriah ini.

"Astaga kau lihat itu, aku bahkan rela memberikan apa saja walau hanya untuk berdiri disampingnya"

Wanita dengan pakaian hitam bertabur riasan mewah itu berbicara dengan nada centil. Ia merasa tak berdaya melihat ketampanan pria-pria disana.

"mereka seperti titisan dewa-kyaaaa" Pekikan demi pekikan terus terdengar. Membuat pria-pria tampan yang di bicarakan itu mendecih tidak suka.

"ck, pesonaku memang tidak bisa terelakan" jongin dengan telaten menepuk pakaian miliknya. Menyeringai ketika mendengar pekikan itu semakin kencang.

"Hah, terserah kau saja" sehun memincingkan mata ke arah wanita-wanita disana. mendelik tidak suka. Apa daya,hal itu hanya menambah pekikan semakin kencang.

Mereka memanglah wanita elite dan terpandang.Tapi yang namanya naluri  wanita jika sudah melihat pria tampan di hadapanya mau bagaimana lagi?

"cobalah tersenyum," suho dengan senyuman simpul hangat miliknya kali ini membuat ruangan semakin di penuhi bisikan dan teriakan. astaga pria-pria ini sungguh kelewatan.

Pria tinggi dengan tinggi dengan setelan tuxedo navi itu masih dengan wajah datarnya mencari sosok yang mengundangnya hari itu.

Hanya wajah datar, tidak ada ekspresi apapun disana. Sorot matanya tenang meneliti. walau hanya wajah datar, tapi tatapan penuh harapan dan damba terpancar kepadanya. Siapa yang tak mengenal seorang Park Chanyeol?

Dapat dikatakan diacara ini, dialah sang tamu istimewa. Pemimpin kelompok mafia terkenal itu sungguh elok untuk dilihat. Manik matanya yang kelam, bibir kissable, kedudukanya sebagai seorang pemimpin,wajah tampan dan rahang yang tegas. Diikuti banyak kelebihan yang ia miliki. Sempurna sudah.

Tertangkap sesosok oleh indra penglihatanya. Sosok itu mendekat dengan senyuman mengembang di wajahnya.

" Selamat datang di mansion keluarga steve tuan ku yang agung" ucapnya seraya membungkuk. senyuman lebar tak berhenti menghiasi wajah tampanya.

"Astaga ini adalah sebuah penghormatan bahwa kau sedang berada di acara ku malam ini tuan," masih dengan celotehan dan bungkukan sopan. Pria itu kini berdiri tegap. Memberikan tangan untuk sekedar bersalaman.

"Aku harap pesta ini tidak mengecewakan"

Chanyeol dengan wajah tenang menerima sambutan itu. menyambut jabatan tanganya.
Seraya berkata penuh dominasi dan ketenangan. Membuat steve dengan cengiran lebarnya mengangguk mantap. mengatakan bahwa kau tidak akan menyesal telah datang ke pesta ini.

Steve mengajak rombongan itu berkeliling di mansion miliknya. Berbicara tentang beberapa hal terkait bisnis. Suho kini tengah sibuk berbicara dengan beberapa kolega kenalan miliknya  membahas kontrak baru dan memperluas jaringan publik miliknya.

Jongin dan sehun kini sibuk memburu wine langka yang jarang sekali ditemukan. Meneguk elite wine itu sembari bercengkrama dengan para petinggi dari mansion dan kelompok lainya. sehun tkdan terlalu banyak berbicara karena ia lebih suka bertarung. Berbeda dengan jongin yang sekarang sudah sampai pada kalimatnya yang keseratus.


Flashback
Pada malam hari pukul 20.15

"Haelmeoni, dimana eomma dan baekhyun?"

Kyungsoo tengah sibuk berlarian mencari eomma dan baekhyun. Seusai makan siang tadi kyungsoo sibuk menghabiskan waktu dengan buku pengetahuan miliknya.

Wanita tua itu,mendesah pelan. Melihat bulan purna dilangit. menatapnya penuh harap dan do'a yang ia panjatkan. Berharap sesuatu yang buruk tidak terjadi.

kyungsoo tetap sibuk mencari kesana kemari. melupakan tumpukan buku yang belum selesai ia baca. Seingatnya baekhyun berteriak akan menemani eomma membeli bahan masakan untuk makan malam. Tapi hingga saat ini mereka tak kunjung kembali.

Baekhyun berlari-lari kecil mengikuti langkah sang eomma. Kaki pendeknya amat lelah. pasalnya ua telah berlari lebih dari satu jam lamanya. Ini bukan pasar kota, baekhyun merasa asing dengan tempat ini.

"E-eomma ini dimana? B-baekiie ung.. Mau pulang"

Baekiie memeluk pinggul wanita  itu, merintih meminta pulang. Tubuhnya benar-benar lelah sekarang. Baekhyun sudah tidak mampu lagi berlari. eomma nta tidak mungkin lagi menggendongnya. Tubuhnya sudah bertambah besar dan berat tentu hal itu akan membuat eomma nya kesulitan.

Wanita itu berusaha memapah baekhyun kecil yang terlihat kelelahan. selang beberapa meter mereka melangkah. Kedua orang itu terjatuh.

"Eomma-!!"

"Baekhyun!"

Wanita yang sedari tadi memgangi baekhyun kini terjatuh diantara semak-semak. Kaki nya tergelincir Sedang tangan nya berusaha meraih beberapa ranting disana. Menarik tubuhnya untuk naik.

"Hiks.. E-eomna bertahanlah"
Baekhyun sesegugukan berusaha mencari akar pohon dan mendekatkanya pada wanita itu.
Entah bagaimana caranya tiba-tiba saja wanita itu terjatuh ke dalam jurang hingga tak terlihat lagi.

"Eomma..!!" baekhyun berteriak histeris. ia ketakutan sekarang, tubuhnya menggigil. ia hampir kehilangan kesadaran. Bibir mungilnya tak berhenti bergumam.
Ia sungguh ketakutan. Tubuhnya bahkan sudah sangat dingin. rasa lelah membuatnya kehilangan kesadaran.

"Hyung.. Hiks.. Haelmeoni.. Eomma"
Baekhyun sesegukan diujung kesadaranya. sebelum matanya menutup terlihat siluet yang mendekat. hingga kesadaranya benar-benar hilang.

"Aku akan mencari baekhyun!"
Kyungsoo dengan gesit dan penuh cemas segera mengambil tas dan beberapa peralatan yang di bawanya. Wanita tua itu mendekati kyungsoo.

"Jangan lakukan, hari sudah gelap. Kau akan tersesat di hutan"
Wanita tua itu mencoba menenangkan kyungsoo. Terlihat cairan bening telah menetes di pelupuk matanya. Wanita tua itu memegang lembut bahu kyungsoo.

"Aku harus kesana hael-"

"Kau tak bisa, ini sudah malam kyungsoo! Tetaplah disini"

"Baekhyun pasti kedinginan, disana gelap hael. aku mencemaskan eomma ku dan baekhyun!"

" sudah terlambat, kau tak bisa-"

"Kau tau apa hah!? kau hanya wanita tua yang tidak kenal dengan keluarga ku- hiks.. Maafkan aku"

Hening,

Tidak ada suara kecuali isakan kyungsoo. ia tak mungkin berdiam diri sedangkan baekhyun bisa saja kedinginan dan menangis atau yang terburuk adalah pingsan. Firasatnya sudah tidak karuan sedari tadi.

Hal buruk pasti telah terjadi

Wanita tua itu kembali menatap bulan. Takdir, Kau sungguh tak pernah mengingkari janjimu. mata pudar kelabu itu terpejam sesaat. Ia menarik nafas pelan dan menghembuskanya.

"Aku tau kau mengkhawatirkan mereka.. Tapi tenanglah. Kau tidak bisa keluar dari hutan jika gelap"

Wanita tua itu kembali ke kamarnya meninggalkan kyungsoo yang terisak dengan tangisnya. Ia mencemaskan baekhyun dan eommanya. Bagaimaba bisa ia tidak melakukan apa-apa.

Udara terasa malam itu, bulan menjadi saksi tentang apa yang terjadi hari itu. Takdir tak pernah ingkar.

.
.
.
.
.
.
.

To be Continue

Paradise SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang