PDKT?

939 67 0
                                    

3 chapter menjelang tamat ya readers, jadi disini cuma 40 cerita..

............

Seorang gadis dengan tinggi sekitar 172 cm terlihat tengah menunggu kedatangan seseorang di suatu cafe.

Sepi memang, hanya 5 orang di dalam sana.

'' Sooyoung-ah!''

Gadis itu berbalik dan menemukan orang yang mengajaknya bertemu, lalu tersenyum.

'' Sudah lama?''

Sooyoung menggeleng, lalu laki laki itu mengajaknya untuk duduk dan memesan sesuatu.

'' Apa kau sudah minta izin pada appa mu, Soobin-ah?'' tanya Sooyoung.

Soobin tersenyum mengatakan bahwa ia belum minta izin, tapi ibunya yang memberikan izin padanya.

Soobin dan Sooyoung akhir akhir ini dekat, setelah insiden Jungkook naik pitam kala itu, tak membuat Soobin kapok, dia terus gencar mengejar Sooyoung.

'' Sooyoung-ah, aku ingin mengatakan sesuatu padamu..''

'' Ya?''

.

.

.


'' Aish, kemana sepatuku?''

Pagi ini Taehyung kalang kabut mencari sepatunya yang sudah dipersiapkan semalam di dekat pintu, dia akan menjadi seorang presdir di perusahaan hiburan milik keluarga sepupunya hari ini, tapi sepatunya hilang entah kemana.

Yeonjun yang ikut mencari itupun masih setengah sadar dari tidurnya, masih juga belum ketemu.

Taehyung hampir saja menyerah jika tak melihat sosok bocah kecil yang tengah berjalan terengah engah ke arah dapur,  itu Hyunwoo.

Pantas saja sepatunya hilang sebelah, kaki bocah itu mendapatkan hak kakinya atas sepatu itu. Taehyung mengambil sepatu nya yang dipakai Hyunwoo lalu memasangnya segera.

Merasa harta nya diambil sang ayah, Hyunwoo berjalan ke arah Taehyung yang tengah fokus memakai sepatunya itu dan..






PLAK!

PLAK!






Hyunwoo menggempur bahu serta punggung sang ayah dengan botol susunya.

'' Tatatata! Tatta!! Tatata!'' Hyunwoo mengacungkan jarinya ke wajah Taehyung seolah meminta kembali harta hitam tadi.

'' Anak durhaka,'' ucap Taehyung menggendong Hyunwoo dan meletakkannya di dalam sebuah lingkaran bermain.

Hyunwoo tak bisa keluar, melihat sang ayah pergi membawa sepatu itu, Hyunwoo melompat lompat dan menangis,

'' Paaaaa! Pappa!!''

Heena yang melihat itu mencoba menenangkan, dan memberikan sebuah pisang pada anaknya, akhirnya anak itu diam juga.

                              -oOo-

'' Jika appa mu melarang, sebaiknya jangan dulu Soobin-ah..'' ujar Sooyoung.

'' Tapi kita bisa tetap ada hubungan, tanpa satupun yang tau..''

'' Tapi saran ayahmu lebih berarti, lebih baik pikirkan lagi..''

Soobin terdiam total mendengar ucapan calon kekasihnya itu, Sooyoung menyandang tas nya dan berdiri sambil menepuk bahu Soobin.

'' Kalau tidak ada lagi yang penting, aku pulang dulu..''

Soobin menahan tangan gadis itu dengan cepat, '' Biarkan aku mengantarmu..''

.

'' Banyak sekali tawaran pekerjaan, mana satu yang harus kuambil?''

Jungkook sibuk melihat lihat email yang masuk kepadanya berisikan tawaran pekerjaan bergengsi di Korea Selatan. Contohnya saja Aktor, Model, sampai menjadi CEO Agensi hiburan besar.

'' Ambil saja sesuai kekuatanmu, jangan yang mudah lelah,'' ucap Ji Eun.

Jungkook masih bingung, semua tawaran itu bagus dan tak satupun yang merugikan bahkan waktu bekerja yang terbilang normal.

Jungkook menutup layar tablet nya lalu menghidupkan televisi, pikirannya sedang campur aduk antara memilih bekerja di perusahaan atau via telepon saja.

Anaknya idol, istrinya Solois, sedangkan dirinya sendiri pensiunan dengan gaji besar. Sempat berpikir untuk tak bekerja lagi, tapi dirinya terlampau pembosan yang handal.

Membahas anak, Jungkook tiba tiba saja terpikirkan Soobin, kemana anak itu?

.

.

'' Appa yakin bekerja dari rumah saja?''

Taehyun meletakkan teh hangat di meja kerja sang ayah, studio lebih tepatnya.

Yoongi mengangguk sambil melihat ke arah monitor komputernya, yang sudah mulai menghasilkan suara suara atau rythm yang enak didengar.

'' Kau tau kenapa appa memilih di rumah saja?''

Taehyun terdiam seraya berpikir,

'' Karena appa terlalu tua untuk bekerja di perusahaan..''

'' Itu baru anakku!''

Haerin yang mendengar percakapan unfaedah suami dan anaknya itu hanya geleng geleng kepala, lama lama anaknya juga ikut berpikir diatas rata rata seperti suaminya.

Di lain sisi, 

Jimin tengah sabar menghadapi pertengkaran 2 bayi kembarnya sesaat ditinggal Yura ke rumah sang nenek.

Ingin rasanya mengumpat tapi tak bisa, astaga..

" Tolong bantu appa,"

Kedua bayi itu malah hanya melihat,  lalu lanjut berdebat lagi.

Jimin memijat pelipisnya,  dirinya bangkit dan akhirnya membawa kedua bayi bontot itu ke keranjang yang berbeda.







Big Hit Family Story Donde viven las historias. Descúbrelo ahora