04. Jotaro Joestar

411 38 12
                                    

Akhir pekan kembali datang. Seperti biasa, Dio kembali membaca buku sambil rebahan di tempat tidur.

Dari sana dia bisa mendengar tuan Joestar yang sedang memarahi seseorang.

"Huh pasti itu Jotaro, dan sebentar lagi dia akan kembali dihukum kesini" Dio sudah bisa menebak apa yang akan terjadi.

Ya, dari tiga Joestar bersaudara. Adik bungsu mereka yang paling bermasalah, Jotaro Joestar. Jonathan bercerita bahwa ibu mereka, Mary Joestar meninggal dunia saat Jotaro berusia 3 tahun.

Jotaro tumbuh menjadi anak yang tertutup, dingin dan tidak seekspresif dua kakaknya. Maka dari itu, anak-anak lain sering menggangunya dan tentu saja Jotaro melawan balik hingga mereka babak belur, entah dari siapa dia belajar berkelahi. Akhirnya, Jotaro benar-benar dijauhi dan lebih sering menyendiri.

Baik tuan Joestar maupun Jonathan sudah sering menasihatinya, bahkan berbagai hukuman tidak dapat membuatnya jera. Dia seolah tidak peduli pada kata-kata mereka.

"Aku sudah tidak tau lagi cara menghadapi adikku itu. Padahal aku sangat menyayanginya" begitulah kata Jonathan saat mengakhiri ceritanya.

Padahal Dio tahu betul apa yang anak ini butuhkan. Bukan sekedar kata-kata dan hukuman, melainkan sebuah pengakuan dan perhatian dari orang sekitar.

"Huh, anak yang malang. Mungkin dia adalah mangsa pertamaku. Mangsa yang rapuh dan lemah akan menjadi langkah yang sempurna" Dio mengambil pisaunya dan keluar secara diam-diam.

Dia berjalan menuju kamar kosong tempat biasanya Jotaro dihukum. Dibukanya pintu secara pelan.

"AHA KENA KAU!" Namun tak ada orang disitu.

"Eh... Aneh? Aku sangat yakin dia masuk kesini" Digeledahnya kamar yang sudah lama ditinggalkan itu. Namun hanya debu dan barang-barang antik yang ada.

"Semua ini tidak berguna! Kemana dia?" Diperiksanya sampai ke langit-langit dan jendela, akhirnya dia menemukan sesuatu.

"Hmmm... Tali? Dia bunuh diri? T-tidak mungkin! Dia pasti kabur dari rumah" Tali itu menjuntai panjang hingga ke tanah, dan langsung menuju ke hutan. Tanpa pikir panjang, Dio juga keluar lewat jendela.

"Dia pasti tidak jauh. Aku harus mencarinya"

**********

Jotaro sedang bersandar di sebuah pohon besar sambil membaca buku tentang kehidupan laut. Entah sejak kapan dia sangat menyukai lautan dan segala makhluk penghuninya, terutama bintang laut dan lumba-lumba. Dia ingin sekali ke pantai, tapi ayahnya pasti melarang.

Sebenarnya asalan Jotaro selalu berulah adalah, agar dia bisa dihukum ke kamar atas dan kabur kemari. Hanya disinilah dia bisa merasa tenang dan damai. Dan belum ada seorangpun orang yang tau tentang tempat persembunyiannya ini.

"Sudah kuduga ternyata kau kabur kesini" Dio datang mengagetkan Jotaro.

"Yare yare daze, sepertinya aku ketahuan. Jangan adukan ini pada ayah"

"Tidak, aku datang kemari bukan untuk itu"

"MELAINKAN UNTUK MEMBUNUHMU BOCAH!!" Pikir Dio.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Dio duduk disamping Jotaro

"Tidak ada, hanya baca buku saja"

"Oh... Begitu"

"Tunggu. Seharusnya aku bersikap kejam dan menancapkan pisau ke jantungnya. BUKANNYA BERSIKAP RAMAH!" Entah apa yang merasukinya kali ini.

"Hmm... Buku tentang lautan?"

"Ya, aku sangat suka kehidupan bawah laut"

"Kalau begitu kenapa tidak pergi ke pantai saja? Jaraknya tidak begitu jauh dari sini"

Dio dan Tiga Pangeran |Jojo's Bizzare Adventure Genderbent Fanfic|Where stories live. Discover now