02. Jonathan Joestar

465 41 15
                                    

Setelah berhari-hari tinggal di kediaman Joestar, Dio akhirnya mulai beradaptasi. Apalagi dengan si sulung Jonathan yang sering mengajaknya berkeliling di sekitar rumah atau kadang sekedar mengajaknya ngobrol santai.

"Lain kali kalau kamu kesulitan panggil saja aku. Asal kamu tahu saja, aku sering melihatmu tersesat hingga salah satu pelayan akhirnya menawarkan bantuan" gelak tawa keluar dari mulutnya. Wajah Dio memanas, rasa malu dan amarah bercampur aduk.

"S-sial, bagaimana bisa si sampah ini tahu. Seharusnya aku yang membuat hidupnya berantakan, bukan sebaliknya!"  Batin Dio.

Tuan Joestar juga memasukkan Dio ke sekolah yang sama dengan Jonathan. Dan tentu saja, Jonathan membantunya dalam beradaptasi.

"Hei... Erina... Ini perkenalkan Dio Brando" Jonathan terlihat girang.

"Oh, anak baru itu ya? Namaku Erina Pendleton. Salam kenal"

"Iya, senang bertemu denganmu" Dio berusaha tampil seramah mungkin.

"Dan aku, Robert E. O. Speedwagon. Kau bisa memanggilku Speedwagon"

"S-speedy? Astaga kamu mengagetkanku saja. Dari mana saja kamu? Aku sudah mencarimu kemana-mana"

"Maaf Joestar-san aku ada sedikit urusan tadi"

"Hei sudah kubilang panggil Jojo saja"

"Ahaha... Baiklah Jojo"

Erina dan Speedwagon adalah teman Jonathan. Sebenarnya dia cukup populer di sekolah, namun hanya kedua orang itulah yang paling dekat dengan Jonathan.

Bel berbunyi, semua murid kembali ke kelas untuk memulai pembelajaran. Kali ini guru yang mengajar ialah pak William Zeppeli.

Selama kelas berlangsung, Dio tidak bisa fokus. Dia terus memikirkan bagaimana cara agar bisa menghancurkan hidup Jonathan sedikit demi sedikit tanpa diketahui.

Hingga tiba-tiba sebuah ide licik muncul dari pikirannya.

**********

"Hai Jojo" "Jojo" "Apa kabar Jojo?" "Selamat pagi Jojo" sapa para gadis penggemar Jonathan.

"Halo semu--"

"Kalian jangan sok ramah sama si penjilat ini!" -student A

"Ya, aku jadi tahu bahwa sebenarnya dia ini cuma memanfaatkan guru untuk mendapat nilai tinggi!" -Student B

"Dengar. Meskipun kau adalah bangsawan sekalipun, seorang penjilat tetaplah sampah!" Ujar anak-anak kelas. Tidak biasanya mereka seperti ini. -Student C

"Hei ada apa ini!? Jojo tidak mungkin seperti itu. Lebih baik kalian tarik kembali ucapan kalian sebelum--"

"Sudahlah Speedwagon, biarkan saja. Semuanya, aku minta maaf jika dahulu aku pernah melakukan kesalahan hingga kalian berperilaku seperti ini. Namun, tentang hal yang kalian sampaikan barusan akan ku tegaskanbahwa aku, Jonathan Joestar tidak pernah sedikitpun berfikiran untuk melakukan hal semacam itu. Terima kasih" lalu Jonathan meninggalkan mereka.

"Speedwagon, ngomong-ngomong apa kamu melihat Dio? Tadi sih dia bilang mau berangkat duluan. Tapi aku tidak melihatnya dari tadi"

"Aku juga tidak melihatnya Joestar-san, mungkin dia di suatu tempat"

"Oh begitu. Akan kucari dia sekarang"

"Joestar-san, apa kau tidak merasa curiga dengan gadis itu? Maksudku, kau baru saja kedatangan orang asing yang masuk ke kediamanmu. Aku hanya takut dia memiliki rencana jahat untuk menjatuhkan keluargamu"

Langkah Jonathan terhenti. Dia terdiam sebentar "Speedwagon..."

"I-iya?"

"Sudah kubilang berhenti memanggilku Joestar-san, panggil Jojo saja. Dan soal itu, tenanglah aku akan baik-baik saja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan, kamu mengerti?" senyum hangatnya merekah.

"M-maafkan aku, J-Jojo. Aku hanya takut hal buruk terjadi padamu. Misalnya seperti tadi"

"Sudahlah, yang tadi tidak perlu dipikirkan. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, Speedwagon" lalu Jonathan pergi. Speedwagon hanya menghela napas.

**********

"Sialan! Bagaimana bisa dia setenang itu!? Padahal aku sudah membayar mereka untuk mengganggu Jojo. Dasar tidak berguna, tidak berguna, TIDAK BERGUNA!!" Dengan kesal Dio menendang batu yang ada didekatnya.

Tiba-tiba seseorang datang dan menangkap batu itu.

"Hahahaha... Dio aku tidak pernah melihatmu semarah ini. Apa ada masalah?" Ternyata itu Jonathan

"E-eh... J-Jojo...?"

"Semoga dia tidak dengar" Dio berusaha tidak terlihat panik.

"Apa yang kamu lakukan disini? Aku sudah mencarimu kemana-mana"

"Tidak ada, hanya menikmati pemandangan taman sekolah. Rasanya nyaman disini" Dio akhirnya bisa lega karena Jonathan tidak mendengar keluh kesahnya tadi.

"Benarkah? Akhirnya ada yang sepemikiran denganku"

"Memangnya kau tidak memberitahu tempat ini kepada mereka?"

"Tidak. Aku selalu kesini sendirian. Kamu tahu, jika aku merasa lelah, kesal, ataupun marah biasanya aku akan kesini dan menenangkan diri. Biasanya aku akan bersantai hingga aku bisa tenang. Apa kamu juga seperti itu"

"Tentu saja tidak. Kau lihat kan aku tadi menendang batu itu?"

"Ohh... begitu rupanya?" dia berjalan mendekati kolam yang tak jauh dari sana. Dan melempar batu tersebut. Benda itu memantul-mantul diatas permukaan air hingga akhirnya tenggelam.

"Lemparannya bagus... WRRYYY!! APA YANG AKU PIKIRKAN!?"

"Apapun yang membuatmu kesal, sekarang sudah kulempar jauh-jauh. Jadi kamu bisa tenang sekarang, Dio" Jonathan tersenyum dan menatapnya hangat. Wajah Dio memanas.

"Hei, apa kamu baik-baik saja? Wajahmu memerah"

"A-apa..?? Aku baik-baik saja"

"WRRYYY...!!! APA YANG TERJADI PADAKU!!?" Perasaannya meledak-ledak.

"Ayo kita ke kelas, sebentar lagi pelajaran akan dimulai" Jonathan meraih tangan Dio, lalu mereka berjalan bersama sambil bergandengan tangan.

Dio merasa dipermainkan. Seharusnya dia yang mengacaukan kehidupan Jonathan dan bukan sebaliknya. Rencananya benar-benar berantakan.

Namun disisi lain, dia tidak mau melepaskan tangan Jonathan. Kehangatan tangannya membuat Dio merasa aman, perasaannya meledak-ledak kacau tak karuan antara kesal, marah, tenang, aman dan canggung.

Mereka tidak berbicara satu sama lain hingga akhirnya tiba di kelas.

To Be Continued

==========================

Dio dan Tiga Pangeran |Jojo's Bizzare Adventure Genderbent Fanfic|Where stories live. Discover now