"Kalau misal suka sama orang itu, kayanya yang dilihat sifatnya deh," balas Azalea sambil masih memakan roti bakar keduanya.
Carina dan Riska mengangguk. Ia setuju dengan pemikiran Azalea. Beruntung mereka memiliki teman seperti Azalea yang menilai orang berdasarkan sifatnya bukan dari penampilannya saja. Mereka yakin , di sekolahnya dulu, Azalea pasti merupakan salah satu murid yang paling banyak dikenal.
Teng... Teng....
Mereka memberesi makanan mereka lalu beranjak ke toilet. Riska dan Carina mengambil ikat rambut dan menguncir satu rambut mereka. Setelah selesai, mereka bertiga langsung keluar dan menuju ruang laboratorium. Disana mereka menaruh tas mereka kemudian mengenakan jas lab. Azalea hanya mengikuti apa yang dilakukan Carina dan Riska, karena ia masih tidak paham dimana ia harus meletakkan tas ketika sedang berada di ruang laboratorium.
Mereka memasuki ruangan, mengambil kursi dan duduk di meja yang sama. Pak Riko masuk dengan ekspresi bahagianya. Entah ia barusan mendapat apa sampai bisa sebahagia itu. Wajah Pak Riko sangat jarang tersenyum, bahkan ketika murid kelas 11 IPA-1 mencoba membuatnya tertawa, ia sama sekali tidak merespon, malah melanjutkan penjelasannya.
"Pagi semua..." sapa Pak Riko
"Pagi," balas semua siswa malas.
Mereka yakin , Pak Riko akan melakukan hal yang membuat murid malas. Hanya saja sebagai murid hanya dapat menuruti perkataannya itu.
"Kita bikin kelompok ya, untuk tugas kelompok pengamatan sel hari ini. Hasil harus diserahkan ke saya setelah pelajaran ini selesai. Hasil digambar di kertas yang saya berikan. Kelompok saya yang buat nggak boleh ada yang nolak. Satu kelompok tiga orang, masing-masing kelompok satu mikroskop. Baik nomor urut 1-10 maju untuk ambil mikroskop dan kalian sekaligus ketua kelompok. Data nama kelompok kalian masing-masing ada di kertas bapak yang di meja ya. Bapak tinggal dulu ke bawah, saya ada rapat dengan panitia penyelenggaraan pameran sekolah,"
"Oke pakk," sorak seluruh siswa
Semua siswa maju dan melihat daftar masing-masing. Carina dan Riska malas maju karena masih ramai, Azalea akhirnya maju untuk mengambil mikroskop serta melihat data kelompoknya. Carina dan Riska sekelompok sedangkan Azalea akan sekelompok dengan Rizky yang merupakan wakil ketua kelasnya serta Angga.
"Gue nggak sekelompok sama kalian," ucap Azalea sedih.
"Yah... ya udah ke kelompok lo sana,"
"Iya, bye bye,"
Azalea meninggalkan meja mereka dan beranjak ke meja Angga. Rizky sudah disana dengan kertas yang diberikan Pak Riko. Azalea meletakkan mikroskop di tempat yang terkena sinar matahari cukup. Ia mengambil kaca kecil yang sudah berisi bagian sel yang akan diamati oleh kelompoknya, sesuai dengan pembagian Pak Riko.
"Hai gue Rizky, wakil ketua kelas sini," ucap Rizky.
"Gue Angga," ucap Angga juga.
"Azalea,"
Azalea kembali mencari tempat di meja itu yang tepat untuk mengamati. Setelah tepat, ia menjepitkan kaca itu supaya tidak tergeser.
"Yang mau ngamatin siapa dulu nih,"
"Gue duluan aja. Nanti yang gambar siapa?" tanya Rizky.
"Hehe gue nggak deh.. nggak bisa," jawab Angga santai.
"Iya deh, gue aja. Perbesarannya lo yang ngepasin sendiri ya, Riz. Nanti kalau misal udah pasti kelihatan jelas, kasihin gue. Biar langsung gue gambar," jawab Azalea.
"Oke,"
Azalea mengambil kertas yang ada di dekat Rizky. Azalea dan Rizky mulai melaksanakan tugas masing-masing, sedangkan Angga membantu Rizky.
"Udah nih Lea, lihat dulu coba,"
Azalea berdiri dan melihat hal yang diamatinya itu. Ia mulai menggambar lalu mengeluarkan pensil warna miliknya untuk mewarnai gambar sel tersebut agar dapat terlihat lebih mirip dengan aslinya. Ia menggambar dengan teliti dan setelah selesai lalu menunjukkan hasilnya pada Rizky dan Angga. Mereka sudah setuju dan Angga mengumpulkan kertas itu di meja Pak Riko.
Kring....... Kring......
"Ini bel apa?" tanya Azalea.
"Pergantian jam pelajaran,"
"Owh makasih," respond Azalea.
Azalea kembali ke tempatnya lalu membereskan peralatannya. Ia keluar bersama Riska dan Carina lalu menuju ke ruang kelas pelajaran selanjutnya. Amaranth tiba-tiba lewat di depan Azalea. Ia memberikan senyumnya lagi pada Azalea.
"Wihh... senyumin siapa nih, Ranth?" ejek salah satu teman Amaranth.
Azalea membalas senyumnya. Saat ini, Azalea benar-benar yakin bahwa ia sedang menyukai Amaranth yang baru saja ia lihat hari ini. Ia tak dapat menyangkal lagi jika Carina mengejek ia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Amaranth. Azalea menutup wajahnya yang memerah dengan buku tulis tanpa menghiraukan sekitarnya.
Carina seketika mempercepat jalannya dan mengalihkan pandangannya yang awalnya melihat-lihat ke arah cogan, karena melihat guru BK yang sudah menunggu mereka di depan pintu kelas. Mereka langsung cepat-cepat menyalami dan masuk tanpa melihat wajah guru itu.
Thanks buat kalian yang udah baca, yuk vote, coment sama share ke temen-temen kalian untuk ndukung admin biar tambah semangat ya nulisnya. Makasih semuaa❤
YOU ARE READING
Amaranth
RomanceKisah cinta yang terjadi akibat jatuh cinta pada pandangan pertama, antara seorang kakak kelas famous dengan adik kelas yang baru saja menjadi warga sekolah SMA Pertiwi. Ada ketidakyakinan pada diri Azalea untuk menerima Amaranth, karena sikap para...
[chapt.2] Amaranth
Start from the beginning
