24. Talking Time

132 28 16
                                    

Semakin hari tak ada kejelasan antara Jisung dan Ara. Bukan karena keadaan, tetapi diantaranya tidak ada yang pernah memulai nya kembali. Jisung dan Ara, masing-masing memiliki rasa rindu yang mendalam dibenaknya. Ada rasa gengsi, juga rasa masa bodoh atas perasaan mereka masing-masing. Jika dikulik lebih dalam, rasa gengsi itu hanya beberapa persen saja dibanding rindu nya.

Entahlah, mereka pun tak tahu harus seperti apa. Diantara keduanya, haruslah ada satu yang menjadi penengah jika ingin baik-baik saja.

Malam itu, Hyunjin menghubungi Lino. Ia sudah lama memantau Jisung. Dan saatnya untuk memberi informasi pada Lino sesuai dengan keinginan Hyunjin yang akan membantu hubungan Jisung dan Ara membaik.

Karena perang dingin yang terjadi ini cukup tidak mengenakkan hati Hyunjin.

Kemudian, Lino dan Hyunjin kini sudah berada di warung angkringan dekat perempatan komplek. Ngga jauh-jauh, karena mereka menyesuaikan budget untuk nongkrong juga.

"Jadi gimana?" Lino membuka suara saat setelah meneguk kopi hitam yang ia pesan barusan.

Hyunjin sedikit kikuk, ia harus merangkai beberapa kalimat untuk dapat menjelaskan informasi yang ia selidiki selama ini.

"Gini bang, gue yakin kalo emang Jisung duluan yang buat Ara sama dia renggang." kata nya dengan hati-hati.

Lino fokus memperhatikan Hyunjin sekarang.

"Soalnya, gue liat-liat nih dia emang deket sama cewe. Mungkin bener si Ara juga cemburu. Tapi yang bikin gue heran, si cewe ini kaya yang niat gitu buat manas-manasin Ara."

"Bejat juga nih cewek." sahut Lino sambil mengupas kulit kuaci di mulutnya.

"Iya bang, kalo kata adek gue sih ya si cewe ini tu kaya punya kelainan gitu." lanjut Hyunjin.

"Adek lo temenan sama si cewek ini?" tanya Lino di sela-sela cerita Hyunjin.

"Iya, dia satu tim cheers sama Yeji."

Lino terdiam, sedikit mengingat sesuatu soal cheers.

"Terus yang lebih parah, si cewek ini pernah ngelabrak Ara ternyata bang. Gue ga sengaja denger kemaren pas Ara ngobrol sama temennya di ruang osis." Hyunjin menjelaskan sedetail-detailnya.

Sambil menyeruput kopinya lagi, Lino sedikit mendelik mendengar ucapan Hyunjin. Bisa-bisa nya ada yang melabrak adik kesayangan satu-satunya itu.

"Jin, ini sih udah bejat banget. Adek gue salah apa coba?"

"Ga ngerti gue juga, terus kita mesti gimana bang?"

Lino menghela napas sekilas, memperhatikan jalanan di pinggirnya yang cukup lowong itu. Hatinya tak tenang, pikirannya pun juga mengikuti kata hatinya.

"Lo tau siapa cewe itu?" tanya Lino yang mulai menatap Hyunjin serius.

Gemetar, Hyunjin merasa seperti seorang tersangka yang tengah di interogasi saja.

"Jangan gitu muka lo, gue deg-degan." katanya.

Lino pun memalingkan wajahnya, tak jadi menatap dengan keseriusan.

"Yaelah." decih Lino.

Hyunjin cuma nyengir kuda.

"Gue tau bang.. ah lo,"

"Yaudah sok, siapa?" Lino siap mendengarkan.

"Kalo ga salah nama nya tuh Heej--"

"Eh, bang Lino! gue nyariin lo ke rumah." Jeno tiba-tiba datang menghampiri Lino dan juga Hyunjin yang membuat omongannya terputus.

Me After You | Han Jisung ft. 00LinerWhere stories live. Discover now