22. Relax Time

137 27 2
                                    

07.12 pm

Jisung sedang berkutat dengan beberapa kertas di hadapannya, bukan kertas-kertas tugas. Melainkan, beberapa kertas berisikan lirik-lirik lagu yang telah ia tulis beberapa waktu lalu.

Kertas demi kertas ia perhatikan, indah juga kalimat yang ia buat saat itu bersama Ara. Adapun yang ia buat sendiri dikhususkan kepada Ara. Rasa nya ia rindu, saat dimana ia menghabiskan waktu dengan Ara. Walau kesehariannya lebih sering beradu mulut. Tapi itu adalah poin kerinduan yang sebenarnya.

Bayangan Ara tak pernah hilang, jujur Jisung sangat ingin sekali bertemu dengan Ara. Tetapi rasanya sangat sulit, bagaimana harus memulai nya kembali. Ia sendiri pun tak mengerti bagaimana ia terjebak bersama wanita bernama Heejin itu sekarang. Sangat dilema, pikiran juga hatinya tak seirama. Sebagian ingin melihat dan bertemu Ara kembali, tetapi sebagian mengahalangi langkahnya tersebut.

"Argh!" decak Jisung merasa frustasi.

Now, what should i do?

Jisung berjalan menuju balkon kamarnya, tak lupa membawa gitar yang terletak didekat pintu balkon. Kamarnya yang langsung mengarah ke jalanan itu membuat suasana malam terasa begitu sunyi. Saat membuka pintu, langsung terlihat bagaimana keadaan langit yang dipenuhi kerlap kerlip bintang memancar ke permukaan komplek perumahan Jisung.

Ia bersandar di kursi gantung membentuk ayunan yang sangat minimalis untuk bersantai. Dengan gitar yang ia bawa, Jisung pun mulai memainkannya dengan memetik beberapa senar, mengalun dengan sangat berirama. Jisung sangat lihay memainkan alat musik gitar tersebut, beberapa chord ia tekan menghasilkan alunan nada yang indah. Sambil menyuarakan beberapa lirik yang ia ciptakan itu berhasil membuat lagu yang sangat harmonis untuk didengar.

Ara benar, Jisung sesungguhnya si pengatur suasana sebenarnya. Tidak untuk orang lain saja, bahkan untuk dirinya sendiri.

---

Angin yang berhembus di malam ini, terasa sangat dingin sampai menembus ke dalam tulang. Tetapi tidak masalah, hembusan angin tersebut tidak cukup sakit untuk dirasakan dibandingkan dengan keadaan yang saat ini.

Memandang halaman kosong, di teras rumah. Ara membayangkan bagaimana berkesannya seorang Han Jisung yang setiap saat selalu datang hanya untuk mengajak nya bersenang-senang. Datang selalu disaat yang tepat, seperti ditakdirkan untuk menjadi penghibur dan pengobat luka Ara.

Terbayang, bagaimana jika saat itu tidak ada Jisung. Mungkin saat ini ia tak bisa menikmati indahnya alam semesta yang luar biasa ini.

Tetapi sang pencipta itu memang adil, ia begitu merasa bersyukur dapat menikmati ini semua hanya karena seorang Han Jisung. Iya, Tuhan memang sangat adil. Adil juga jika saat ini adalah saatnya Ara yang tidak harus lagi bergantung padanya. Sudah cukup 8 tahun ini Tuhan beri Han Jisung untuknya. Sudah cukup 8 tahun ini ia merasa terlindungi setelah bertemu Jisung.

Tapi kenapa? kenapa hanya sekedar 8 tahun? apa Ara terlalu egois jika menginginkan waktu lebih banyak lagi untuk bersama Jisung?

Tak sadar, satu tetes air mata jatuh di pipinya. Dada nya sedikit terisak sekarang, harus sampai kapan ia tak dikenali oleh Jisung. Seburuk itukah keadaan saat ini?

Ara terus berpikir, kesalahan apa yang ia buat selama ini. Hingga Tuhan sangat adil membagi kesedihan padanya yang sangat berlarut. Tak henti-henti kekecewaan yang terus menghampirinya. Apakah ia tak berhak berbahagia? jika tak berhak, mengapa saat itu Tuhan memberi nya kesempatan untuk hidup?

Me After You | Han Jisung ft. 00LinerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang