***

Alan terlihat begitu khawatir. Dia berulang kali mencemooh dirinya sendiri. Saat melihat ada begitu banyak telpon dari Ara yang tak terangkat. Kini, ke khawatirannya semakin memuncak. Saat Alan tau bahwa Ara tidak jadi datang ke acara meet & greet itu. Dimana Ara sekarang? Apa Ara baik-baik saja?

Alan terdiam sejenak, tatapannya beralih pada boneka Teddy yang baru ia beli lagi untuk Ara. Setelah melihat boneka itu, Alan seperti mendapat jawaban tentang keberadaan Ara sekarang.

'Ara pasti ada disana.'

'Tunggu gue Ra, gue pasti dateng buat lo.' Setelah bermonolog, Alan bergegas pergi menuju tempat yang ia yakini sebagai tempat Ara berada sekarang.

***

Alex masih diam. Padahal ada begitu banyak pertanyaan didalam benak nya. Ara itu seperti udara, terasa tapi tak tersentuh. Bahkan untuk berada didekat Ara saja, Alex sudah merasa tak sanggup. Ada banyak hal yang dia takut kan, itulah mengapa Alex tetap diam.

"Gue tau tentang persahabatan kalian dari Aletta. Aletta cuma cerita kalo kalian pernah sahabatan. Dia gak cerita hal buruk kok." Ara berinisiatif memberitahu hal yang sudah dia ketahui. Karena sedari tadi Alex hanya diam. Padahal Ara yakin Alex tengah penasaran.

"Gue gak ada tanya apapun. Dan gak berniat tau apapun dari lo."

"Tapi pertanyaan lo itu tercetak jelas dimuka lo Lex." 

Alex dengan cepat mengalihkan pandangannya dari Ara. Alex sadar sekarang, Ara itu kan bercita-cita jadi penulis. Alhasil dia bisa membaca raut wajah Alex.

Keheningan pun terjadi cukup lama. Alex masih berkutat dengan pikirannya, dia bimbang apakah dia harus bercerita atau tidak pada Ara.

"Kalo lo mau cerita. Cerita aja, waktu gue luang kok." Lagi-lagi Alex dibuat terkejut atas sikap Ara. Lihat, Ara bahkan bisa tau tentang apa yang tengah dia pikirkan.

Alex menarik napas panjang. Dia sudah memutuskan untuk bercerita pada Ara. Entah ini tindakan bodoh atau apa, yang jelas saat ini Alex merasa bahwa Ara bisa dipercaya untuk berbagi beban yang masih tersimpan rapi didalam hati dan pikirannya.

"Gue, Agam sama Kiran itu sahabatan. Kita sahabatan sejak TK, selama ini persahabatan kita itu deket banget. Kita selalu kemana-mana bertiga persis kayak lo sama Alan. Selama kita bersahabat, semuanya berjalan baik-baik aja. Tapi masalah mulai timbul saat kita mulai masuk SMA. Selama ini Agam selalu keliatan paling kuat diantara kita bertiga. Dia gak pernah ngeluh, dia paling pengertian, dan dia paling bisa diandelin." Alex menjeda sesaat, dia melihat respon Ara yang begitu terlihat fokus menyimak ceritanya. Ternyata Ara benar-benar pendengar yang baik.

"Hari itu, waktu kelas XI gue terpilih buat jadi ketua basket dan ketua osis. Seperti biasa kita bertiga ngerayain kemenangan gue. Agam juga keliatan seneng, walaupun nyatanya dia kalah dari gue. Waktu itu gue ngerahasiain sesuatu dari mereka, gue mau bikin kejutan tentang gue yang udah jadian sama cewek yang selama ini gue suka."

Ara yang memang sedari tadi memperhatikan Alex. Mulai melihat perubahan raut wajah pada lelaki yang duduk disebelahnya itu. Ara mencoba menguatkan Alex dengan menepuk pundak Alex pelan. Dia juga tersenyum penuh ketulusan, membuat Alex kembali terlihat tenang.

Alex lanjut bercerita, "Waktu kita asik bercanda, Nayla masuk secara tiba-tiba sambil bawa kue buat gue. Gue tentu seneng banget, gue ngehampirin Nayla dan gue ngerangkul dia sambil bilang kalo Nayla itu pacar gue. Agam sama Kiran keliatan kaget banget. Kiran bahkan sampe nangis dan Agam dengan tiba-tiba nonjok muka gue. Gue yang gak ngerti apapun akhirnya balas marah dan nonjok Agam."

Ara merespon, "Jadi, sejak saat itu kalian mulai musuhan?"

Alex mengangguk, "Waktu itu gue masih gak ngerti kenapa semua jadi berantakan. Tapi lambat laun gue tau satu hal, ada nya rahasia dalam persahabatan kita, itu yang bikin semuanya hancur. Kiran ternyata diem-diem suka sama gue, dan Agam juga diem-diem suka sama Kiran. Tapi, Agam lebih milih ngalah, karena waktu itu gue pernah bilang kalo gue suka sama Kiran. Agam gak tau kalo gue juga milih ngalah biar Agam sama Kiran. Ribet kan Ra?"

Ara mengangguk setuju, "Jadi, intinya kalian terlibat cinta segi tiga?"

"Bukan cuma segi tiga, tapi segi empat. Karena ternyata Agam suka sama Nayla."

Jawaban Alex membuat Ara sedikit tercengang. Kalau dipikir-pikir dia sangat beruntung karena selama ini sahabat sekaligus temannya hanya Alan. Jadi ...  Ara tidak perlu menjalani nasib serumit Alex.

"Oke gue paham, Agam jadi benci sama lo karena lo selalu dapetin hal yang Agam mau?" Alex mengangguk setuju, "Terus, gimana sama Kiran? Dia sama lo masih sahabatan?" Ara kembali menatap Alex, dia sangat penasaran dengan nasib Kiran. Karena Ara yakin Kiran lah yang paling tersakiti.

Alex mengembuskan napas kasar, "Ini hal yang paling bikin Agam benci sama gue, bahkan gue juga benci sama diri gue sendiri. Setelah pesta itu hancur, Kiran lebih milih buat pulang sendiri. Agam udah coba buat nganterin Kiran, tapi dia gak mau. Padahal sebenernya dia maunya gue yang nganterin dia. Tapi karena kebodohan gue yang gak peka tentang hancurnya Kiran. Dia jadi korban pemerkosaan, dan sekarang Kiran yang rapuh udah meninggal." Alex tertunduk lesu, sepertinya dia jadi memikirkan tentang hal menyakitkan itu lagi. Bahkan, sekarang Alex mulai sedikit terisak.

Ara jadi merasa bersalah, dia mencoba menenangkan Alex dengan menepuk pundak Alex pelan. "Lex, katanya kalo cowo nangis itu hidung nya jadi mekar loh." Alex dengan cepat menghapus air matanya. "Ra, hidung gue beneran mekar?" Alex menatap Ara seraya memegang hidungnya.

Ara langsung tertawa saat melihat wajah Alex yang ketakutan. "Tenang Lex, santuy, jangan gampang ambyar gitu dong. Muka lo lucu banget soalnya."

"Jadi, lo ngerjain gue Ra? Wah, lo udah salah ngerjain orang tau." Alex langsung menggelitik Ara. Ara semakin tertawa dia bahkan dengan cepat berlari guna menghindar dari kejailan Alex. kemudian mereka berdua berakhir dengan asik berlarian.

***

Sorot dengan kilatan amarah itu menatap tajam dua orang yang sedang asik berlari sambil bersenda gurau. Tangannya mengepal kuat, raut wajahnya menyiratkan amarah yang dalam. Dia sedari tadi berdiri menyaksikan kedekatan antara Alex juga Ara. Hatinya memanas, perasaan tidak suka itu seakan menguasai dirinya. Dia mencengkram erat boneka Teddy bear pink yang dia bawa.

Setelah menyalurkan sedikit amarah nya, dia dengan cepat menghempaskan boneka itu ke rerumputan hijau. Lalu, ia memutuskan untuk meninggalkan taman dengan diselimuti rasa kesal dan amarah.

***

Aduh ada yang marah nih?

siapa ya kira-kira?

pasti tau lah si kang ngambek siapa yaa kan. :D

Oh, ya Happy weekend, walaupun sekarang weekend atau enggak sama aja :"

ALANARA [ SUDAH TERBIT ]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα