[ Part 29 - Katining ~ Jernih ]

2.3K 172 18
                                    



Di ujung malam di antara lelap dan sadar

Mulailah sekarang bernyanyilah bersamaku

Di ujung malam di antara gelap dan sadar

Mulailah sekarang menarilah bersamaku

Sunyi ini merdu seketika

---

Keysa memandangi lelaki yang sedang berlutut di samping nisan sambil memegangi serangkaian bunga putih. Rayn menengadah dan tersenyum pada Keysa sebelum menghela nafas panjang, menguatkan diri untuk flasback ke masa lalu...

Rayn meletakkan rangkaian bunga mawar putih di atas sebuah nisan yang juga berwarna putih.

Warna kesukaannya...

Lelaki itu tersenyum pedih, sudah tiga tahun berlalu dan semua berjalan begitu cepat.

"Maafkan aku, baru bisa mengunjungimu, tiga tahun ini, aku meninggalkan Indonesia karena harus melewati masa-masa tersulit dalam hidupku, tapi, untungnya semua pulih dengan baik, kuharap, kau tidak marah, kau harus bahagia di Surga, walaupun semuanya belum selesai, tapi kuharap semua yang kulakukan, kau anggap cukup untuk penebusan dosaku, karena meragukanmu, karena meninggalkanmu dan karena tidak mempercayai cintamu yang tulus. Tapi bagaimanapun kisah kita di masa lalu, semua itu kusyukuri karena aku menjadi seperti sekarang, aku tidak boleh menyesali lagi yang sudah terjadi dan harus terus berjalan...tapi, kau akan selalu mendapat tempat di hatiku, aku tidak akan pernah melupakanmu..."

Rayn memandangi nisan itu sejenak.

"Sudah lega?" wanita cantik di sampingnya tersenyum menenangkan sambil memegangi bahu Rayn.

Rayn mengangguk. "Ya..." lalu berdiri dan memandangi wanita di sampingnya. "Ya ampun, kau kan tidak boleh kecapekan, apa dari tadi kau berdiri di sini menungguku?" Rayn meraih saputangan di saku jasnya dan mengelap keringat yang bermunculan di dahi wanita itu penuh kasih sayang.

"Aku tidak apa-apa..."

"Tapi..." Rayn mengelus lembut perut membuncit wanita itu, sudah memasuki masa akhir kehamilan, hari perkiraan lahirnya tinggal menunggu waktu saja.

Dari USG nya, diperkirakan bayinya perempuan. Sebenarnya, karena trauma di masa lalu, Rayn bahkan tidak memikirkan jika dia akan mengulangi siklus menyedihkan yang dia lalui bersama Nila dulu, tapi bagaimana dia bisa mengelak? Wanita ini begitu keras kepala untuk hamil.

Lelaki itu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

"Hei, dimana dia?"

Wanita itu berdecak kesal.

"Lihat di bawah pohon beringin itu, dia sedang 'berbicara' dengan seorang kakek tua..."

Rayn menghela nafas seraya menggelengkan kepala. "Sampai kapan dia akan seperti itu?"

Wanita di sampingnya tertawa kecil. "Dia masih kecil, jangan menyalahkannya, lagipula itu sudah keturunan, nanti kita akan memberi pengertian kepadanya..."

"Karena itulah aku paling tidak suka mengajaknya ke makam atau tempat-tempat sepi, selalu seperti ini..." lelaki itu berjalan menuju ke pohon beringin besar di tengah makam, memperhatikan seorang anak lelaki berusia dua tahun dengan lucunya duduk di bawah akar besar beringin dengan posisi yang nyaman dan tampak berbincang asyik dengan seseorang di sampingnya.

"Abby..." sapa Rayn kepada anak lelaki itu. Berharap memutuskan perbincangan keduanya. Anak lelaki itu menoleh, rambul ikalnya bergoyang-goyang menggemaskan.

Borneo DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang