[ Part 14 - Mamparahan ~ Menampilkan ]

4.9K 385 23
                                    


Mengapa takut pada lara

Sementara semua rasa bisa kita cipta?

Akan selalu ada tenang di sela-sela gelisah

Yang menunggu reda

---

Nila memasuki toko buku dan memekik girang.

"Banyak sekali bukunya..."

"Kau boleh membeli apapun yang kau mau..."

Harris menanyakan sesuatu kepada seorang pelayan toko.

"Buku SMA? Sebelah sini tuan..."

Harris membuka tabletnya dan menyerahkan pada Nila, di dalamnya ada katalog buku terbaru dan terbaik untuk anak SMA kelas tiga.

---

Mata Keysa tidak berkedip melihat kedua orang yang baru saja memasuki toko buku. Bahkan orang di sekitar mereka pun bagai melihat sepasang selebriti melihat dua orang yang baru saja masuk.

"Siapa?" tanya seorang pria penasaran.

"Milyuner termuda Indonesia, yang meraih trofi sebagai pengusaha terbaik Asia Tenggara beberapa bulan lalu..."

"Oh, Almahendra Group?"

"Cantik ya gadis yang bersamanya?"

"Hmm, padahal selama ini dia diisukan gay..."

"Tapi gadis itu masih muda, mungkin adiknya..."

"Bisa jadi, mereka memang terlihat seperti kakak dan adik daripada sepasang kekasih..."

"Wah, kita masih ada kesempatan dong," seorang wanita terkikik genit.

Rayn mulai menyadari berpasang mata menatap mereka. Dia memang tidak terlalu suka berada di keramaian.

Seharusnya dia meminta Harris saja yang membelikan buku-buku itu, tapi dia sudah terlanjur berjanji pada Khafi Sulaiman mengantar kemanapun Nila pergi hari ini.

Tapi bersama Nila tidaklah buruk, entah kenapa, tawa ceria gadis itu membuatnya nyaman. Rayn menikmatinya.

Nila memilih buku yang disarankan Harris.

"Benar itu nona muda, yang anda pegang,"

Nila menghitung. "IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris...Agama..."

Setelah semuanya lengkap, Nila memandang Rayn.

"Bolehkah aku membeli novel ayah Khafi suka sekali menghadiahiku novel,"

"Novel apa yang Khafi belikan untukmu?"

"Little house in the praire...versi Indonesia dan Inggris, itu sangat membantuku memahami kedua bahasa itu. Sherlock Holmes, Agatha Christie..."

Rayn tercengang. Ya Tuhan! Ala Khafi!

"Karena kau sudah dewasa sekarang, bukan secara umur, tapi secara kejiwaan, kusarankan kau membaca novel yang lebih ... sesuai..."

Rayn membisikkan sesuatu pada Harris dan membuat sekretaris sekaligus pengawalnya itu memasang wajah tercengang.

"Saat membacanya dan dia tidak mengetahui istilah yang sulit, aku akan menerangkan padanya..." mata Rayn mengedip dan Harris meringis.

Mungkin, Rayn terkena gegar otak sewaktu berada di Borneo, atau pelatihan militer membuat otaknya kacau? Siapa yang tahu? Novel Erotis? Yang benar saja? Tapi Harris tidak mampu membantah.

Borneo DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang