Borneo Darkness

9.3K 534 20
                                    


Kegelapan Borneo

Kepekatan dan kegelapan hutan Borneo

Menyembunyikan kecantikan legendaris

Sang Panglima dengan kekuatan magis

Dengan bulu-bulu burung Kuau menghias

Menaungi aura sang ratu hutan

Yang menjadi pelindung sukunya

Dalam kearifan tak terperi

Hingga suatu hari

Ketamakan membuat sang pelindung

Kehilangan kekuatan dan kesucian

Menjadi manusia biasa

Yang akhirnya mengenal pedih rasa

Juga rasa sakit karena cinta nan fana

---

Rayndra memandangi Diandra tak berkedip. Diantara tubuh-tubuh molek wanita yang menari di sekelilingnya, memperlihatkan setiap lekuk tubuh mereka yang menggiurkan dan begitu sempurna menikmati musik yang disajikan. Wanita-wanita kalangan atas yang terpilih memasuki klub elite ini memang sangat berkelas, tapi hati Rayn tetap hampa. Berapa wanita yang pernah ditatapnya di ranjang? Dengan balutan gaun tidur sutra atau lingrie buatan perancang mode terkenal tetap tidak membuatnya bahagia.

Diandra begitu berbeda, wajah jelitanya tertutupi topi hitam dan tubuh seksinya terbalut jacket kulit yang sopan, sekilas Diandra seperti lelaki ramping yang asyik memainkan biola sambil menghentakkan kaki, berdansa sesuka hatinya mengikuti irama yang dimainkannya. Carlos, si DJ mengimbangi permainan biola Diandra yang membius. Rayn mengakui kejeniusan Diandra memadukan alunan biola dengan gerak dance yang lincah, ditambah kolaborasi menakjubkan bersama Carlos, musik malam itu sempurna menggoyang klub dan membuat hampir semua tamu berdansa.

Kecuali Rayn, dengan kesendiriannya...

Walaupun wajah rupawannya bagaikan magnet untuk para wanita yang sesekali menggoda dan mengerumuninya, Rayn hanya menanggapi mereka dengan dingin. Akhir-akhir ini, bahkan sudah beberapa bulan dia enggan menyentuh wanita. Bosan. Kenikmatan yang itu-itu saja. Terlalu standar dan membosankan. Ataukah dia sekarang sudah berubah menjadi gay? Dia tidak perduli setelah menjalin hubungan dengan wanita lalu diputuskannya begitu saja, air mata tidak lagi mempengaruhinya. Kehidupan hedonisme yang dijalaninya, terasa begitu membosankan.

Diandra menghentikan permainan biola dan tariannya saat musik Carlos berakhir. Mendapat tepuk tangan meriah dari para penikmat dunia gemerlap, gadis itu tersenyum singkat dan melambai kecil pada Carlos sebelum menghampiri Rayndra.

"Cukup terhibur?" tanya Diandra. Rayn hanya mengedikan bahu, bosan.

"Ambil liburan, lupakan pekerjaan, kau sepertinya memiliki gejala stress?" Diandra meraba dahi Rayn dan tangannya ditepis pria itu.

"Ayo pulang, pertunjukanmu sudah selesai, bukan?" Rayn menggandeng lengan Diandra dan menyeret gadis itu pulang.

"Ish, kau selalu menyuruhku pulang, tapi kau sendiri tidak pernah pulang. Sangat ironis, kau masih marah dengan Papa karena keputusan beliau?" Diandra memandang Rayn tajam.

"Bukan urusanmu..." Rayn tersenyum dingin. Memandang wajah yang hampir serupa dengan wajahnya itu dan mengelus lembut pipi Diandra. "Tugasku hanya menjagamu dan melindungimu, tapi bukanlah tugasmu mengurusiku..."

Diandra mencebik dan memasuki mobilnya yang serupa dengan mobil Rayn yang terparkir di sebelahnya. BMW Silver bertuliskan plat B 413Y G1RL itu tak lama meluncur meninggalkan Rayn yang tersenyum miring. Setelah melihat mobil saudara kembarnya menjauh, Rayn membuka pintu mobilnya dan tak lama BMW bernomor B 4D 130Y itu meluncur menyusul mobil Diandra. Pulang ke Almahendra Residence, kompleks apartemen mewah milik keluarganya.

Lelaki bertubuh sempurna itu meneguk sampanye dengan kesal, malam begitu dingin, tapi dia tidak memiliki hasrat menghabiskan malamnya dengan siapapun.

Bahkan apartemen mewahnya terasa begitu kosong dan dingin. Gemerlap ribuan lampu kota di bawah sana tidak menghiburnya. Hatinya pekat.

---

Borneo DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang