[ Part 22 - Mahilung ~ Merawat ]

1.3K 115 2
                                    


Kita tak semestinya berpijak diantara

Ragu yang tak berbatas

Seperti berdiri ditengah kehampaan

Mencoba untuk membuat pertemuan cinta

---

Nila memandangi matahari yang mulai terbenam dibalik cakrawala. Warna tembaga menghiasi lautan dan membuatnya terpana takjub, ini kedua kalinya dia melihat lautan, tapi yang pertama kalinya melihat laut secara langsung dari jarak yang dekat dan dia menaiki sebuah kapal yang disebut 'yacht' oleh Harris.

Rayn memandangi sosok Nila dari belakang, dibalut sundress warna salem membuat gadis itu tampak cantik sekaligus rapuh, mempesona, rambutnya yang panjang terkadang terhempas angin dan memperlihatkan leher jenjangnya yang menawan, menawan untuk dicium dan dikecup, tak tahan, Rayn mendekati Nila dan memeluk istrinya dari belakang.

"Apa yang kau pikirkan?" gumam Rayn sambil mencium wangi anggrek dari ceruk leher istrinya.

Nila mendesah geli, berusaha melepaskan diri, tapi pelukan Rayn semakin erat. "Wangi tubuhmu membuatku tenang, sekaligus gila, kecanduanku pada tubuhmu begitu mengerikan, Nila..."

Nila berdecak sebal dan melepaskan diri, Rayn terkekeh lalu melepaskan istrinya.

Gadis itu memandangi Rayn dengan seksama, tapi lagi-lagi tatapan elang Rayn membuatnya berpaling.

"Masih kalah?" Rayn meraih dagu Nila. "Panglima, kau benar-benar kehilangan kekuatanmu..."

"Ya, memang, tapi sepertinya itu hanya denganmu, selama ini semua lelaki selalu takut dengan tatapan mataku, oh, ada satu lelaki aneh, lelaki yang kau pukul di bioskop, sepertinya dia tidak takut padaku, bolehkah aku..."

Mata Rayn menyipit posesif. "Tidak! Jangan coba-coba bereksperimen sembarangan, cukup Harris saja yang kau jadikan korban, bersyukur dia tidak terjerat pesonamu, dan tentang Bhumi, jauhi dia!"

"Kenapa? Sepertinya dia orang yang baik..."

"Baik?"

"Hmm...waktu dia melihat tanganku memerah karena terikat besi waktu itu, dia terlihat khawatir, dengan orang yang tidak dikenal saja dia perduli, bukankah itu berarti dia baik?" tanya Nila.

Rayn terkesiap. "Apa waktu itu dia memegang tanganmu?" dipegangnya pergelangan tangan Nila.

"Ya, kami berkenalan dan bersalaman, kenapa?" Nila heran dengan reaksi Rayn.

Lelaki itu bergumam marah. "Jangan sembarangan berkenalan dengan orang asing! Lagipula Bhumi bukan orang yang bisa dipercaya..."

Dahi Nila mengernyit, "Bukanlah dalam pelajaran Sosiologi diajarkan bahwa..."

Rayn mengeluh dalam hati mendengar kepolosan Nila. Duh! Jika tidak hati-hati mengawasi istrinya, pasti orang bisa menculik Nila hanya dengan memberinya sebuah es krim.

"Aku juga berkenalan dengan Bintang, Thomas dan Billy, aku bisa bertanya pada Bintang tentang beberapa Universitas yang bagus, sepertinya Bintang anak yang ceria dan pandai, bukankah memiliki banyak sahabat itu bagus?"

"Baiklah, kau boleh bersahabat dengan anak-anak SMA itu..." Rayn tiba-tiba merasa tua, menyadari dibalik kedewasaan istrinya sebenarnya gadis itu baru berusia 17 tahun, seumuran dengan Bintang dan kawan-kawannya. "Tapi, jauhi Bhumi, aku tidak percaya padanya..."

"Tapi..."

"Jangan membantah, ah, sudah hampir petang, sebaiknya kita makan malam, sepertinya seafood yang dimasak Ernest telah siap...setelah itu mandi,"

Borneo DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang