[ Part 16 - Mahapa ~ Memakai ]

5.3K 417 57
                                    


Malam jangan berlalu

(Jangan datang dulu terang)

Telah lama kutunggu

('Ku ingin berdua denganmu)

Biar pagi datang

Setelah aku memanggil

Terang

Aih! Pencuri kau, terang

Terang

---

Rayn berencana membawa Nila menuju ke rumahnya, rumah yang sangat indah dan modern, karena Almahendra merupakan perusahaan pengembang software, maka hampir seluruh bagian rumah dilengkapi perintah keamanan menggunakan software yang tersambung di ponsel Rayn yang hanya bisa terbuka dengan sidik jari lelaki itu. Almahendra Estate terdiri dari puluhan rumah modern khusus untuk para kalangan atas dan pebisnis kelas dunia. Segala kenyamanan tersedia, jarak yang dekat dengan bandara, hypermall dan tempat hiburan juga pantai membuat kawasan itu merupakan hunian yang terbilang lux di Jakarta.

Dia sudah tidak mood untuk mampir ke restoran, mungkin nanti dia akan memesan ke restoran miliknya dan memilih sistem hantar. Hatinya sedang sangat kesal. Walaupun dia bisa bersikap tenang, tapi kelancangan Karina cukup mengesalkan.

Dua orang petugas keamanan membukakan pintu gerbang dan Rayn membawa Nila masuk. Pintu rumah terbuka saat terkonfirmasi sidik jari Rayn dan lelaki itu segera memesan makanan dari restoran di wilayah komplek Almahendra.

"Ini kamarmu..." Rayn membawa Nila ke sebuah kamar yang sangat indah dan terkesan feminin.

Nila hanya memandangi kamar itu dan bersikap acuh.

"Kau tidak menyukainya?" tanya Rayn heran. Begitu banyak barang mewah di kamar ini dan semuanya limited edition. Tempat tidur berlapis sutra, warna-warna pastel dan baby pink lembut biasanya membuat para wanita mendesah terpesona. Rayn membawa Nila ke wardrobe kamarnya dan memperlihatkan koleksi pakaian, sepatu, perhiasan dan segala assesories lainnya.

"Ini semua milikmu, pakailah sesukamu..."

Nila hanya memandangi semuanya tanpa minat.

"Sepertinya sangat sulit membahagiakanmu ya?" tanya Rayn.

Nila memalingkan wajahnya.

"Kebahagiaan untukku sederhana, kau bisa memberikannya setiap saat dan tidak membutuhkan biaya yang banyak..." gerutu Nila.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Rayn penasaran.

Nila menunjuk dada Rayn dan memandangi lelaki itu. "Kau, aku hanya butuh kau, tapi kau tidak bisa memberikannya, bukan? aku benci Jakarta! Aku lebih suka saat kita berada di tengah hutan, hanya ada kau dan aku, sehingga kau tidak memikirkan yang lain, hanya aku, dan kau saja Rayn...setelah melihat kau begitu jahat pada nona tadi hari ini, aku takut, kau akan melakukan hal yang sama padaku. Semalam aku melihat kemarahanmu, mungkin nanti aku akan melihat kebencianmu. Aku lelah..."

Rayn menatap Nila lekat. "Yang kulakukan demi kebaikanmu. Aku hanya ingin melindungimu, Nila. Aku bilang jangan berfikir konvensional, jika kau mencintaiku lalu apa? Jika cinta telah hilang, maka habislah. Jika kau terhenti pada satu rasa sakit, maka kau akan berhenti untuk mencoba rasa yang lain. Cinta hanya salah satu dari banyak hal yang bisa kita rasakan. Dalam kemarahan, kebencian, ketidakpuasan yang kau rasakan padaku, akan memberimu banyak pelajaran. Jangan berhenti di satu tempat saja. Cobalah mengenaliku, dengan berbagai rasa yang bisa kau nikmati, karena kebencian, terkadang memberi rasa yang kuat lebih dari cinta, kemarahan, memberikan rasa yang lebih nikmat dari sekedar cinta..." Rayn membawa Nila berdiri ke depan cermin dan membalik tubuh Nila menghadap ke cermin, Rayn memeluk Nila dari belakang.

Borneo DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang