Rahasia

30.8K 3.2K 146
                                    

Sebelum baca ini, aku mau ngucapin banyak terima kasih buat teman-teman yang udah doain aku lolos PTN *di chapter kemarin aku minta doa hehe. Bersyukur banget aku lolos di salah satu PTN di Surabaya, tapi jangan tanya PTN apa yaa, rahasia aja. Terus aku mau minta maaf ga update lama banget (as always) dikarenakan ya begitulah lika liku hidup ribet banyak urusan rasanya sampai capek banget astaga, ih apasik. Udah ya itu aja openingnya wkwk.

Silahkan membaca chapter ini. Big love.

***

Kelas pertama ditutup tanpa kesan, sudah biasa bagi Nara. Jika yang lain akan merasa lebih baik untuk mata kuliah tertentu, Nara tidak. Ia bahkan tidak memiliki mata kuliah favorit sejak memasuki dunia perkuliahan. Langkahnya beriringan dengan Anya menuju kantin fakultasnya, berniat mengisi perut dengan soto segar yang menjadi kesukaan kebanyakan mahasiswa di kampusnya.

"Eh, tugas yang tadi tuh kapan terakhir dikumpul?"

Anya menghela napas panjang, "lo tuh kebiasaan banget, baru juga keluar kelas udah lupa deadline tugas."

Nara meringis, "ya abisnya kelas ngebosenin, mana tahan gue dengerin dosen."

Sesampainya di kantin, suasana sudah cukup ramai. Mereka mengambil meja asal, di mana saja yang penting kosong pasti diserbu.

"Lusa, jangan nggak lo kerjain. Galak tuh dosen."

Nara cemberut, "duh banyak banget cobaan kuliah. Mending gue di rumah aja, udah nikah juga." Gerutunya.

Anya tertawa meledek, "pikiran lo makin gesrek aja sejak nikah, nggak ada semangat suksesnya sama sekali, heran gue."

Lalu Anya bangkit, memesan soto untuk mereka berdua. Tidak lupa es jeruk spesial untuk Nara tercinta.

Sembari menunggu, Nara melihat-lihat sekitar. Belum tamat menilik seluruh penjuru, matanya menangkap sosok Adit berjalan ke arahnya dengan senyum yang masih sama seperti terakhir kali dilihatnya. Nara hanya diam, membiarkan lelaki itu kian mendekat tanpa sibuk menebak apa yang akan ia lakukan. Iya, memang setidak peduli itu dirinya.

"Pagi banget, gue kira lo bakal ke sini agak siang." Ucap Adit membuka percakapan, sembari duduk di kursi sebelah kiri Nara tanpa izin.

"Mau apa ke sini?" Tanya Nara menautkan alis tidak terlalu suka dengan keberadaan Adit di dekatnya.

"Langsung aja, nih? Padahal gue tadinya mau ajak ngobrol dikit sih. Biar makin kenal."

Lelaki itu terkekeh. Pelan. Tapi terdengar bermaksud.

Nara mengalihkan pandang ke arah Anya yang masih terlihat sibuk mengantri untuk dua mangkuk soto mereka.

"Ra? Halo?" Adit melambaikan tangan ke muka Nara.

"Buruan deh nggak usah lama-lama."

Dan Nara makin tidak menyukai ekspresi yang tercetak di wajah Adit. Seakan siap menampar Nara dengan sebuah fakta asing yang mungkin benar-benar bisa menghancurkannya.

"Lo pernah dengar nama Bella?" Satu pertanyaan untuk memulai semuanya.

"Kenapa sama Bella?" Tantang Nara.

"Rakan dan Bella.. Kedengaran akrab di telinga gue sama teman-teman SMA dulu. Nggak ada yang nggak tahu soal pasangan itu."

"Bisa langsung ke intinya aja?" Potong Nara.

3600 Seconds from MerapiWhere stories live. Discover now