Macem-macem

35.4K 3.4K 117
                                    

Surpriseeeeeee
Hehe

Long time no update:"
Enjoy :*

***

"Aku nggak kasih izin kalau Minggu depan kamu ikutan muncak ke Semeru."

Rakan mengangkat sebelah alisnya.

"Penanggungan, Ra."

Nara mendecak. "Ya terserah mau Semeru kek, Penanggungan kek, pokoknya kamu nggak boleh ikut."

"Ra.."

"Titik."

Rakan menatap Nara yang mondar-mandir memindahkan pernak-pernik dari gudang untuk dipajang di ruang tengah.

Sejak kepindahannya, ada beberapa perintilan yang belum sempat ditata dengan rapi. Hanya dibiarkan tergeletak di gudang bawah tangga.

"Sabtu berangkat, Senin malam udah sampai rumah kok. Beneran nggak bohong."

Nara menghentikan kegiatannya, melempar tatapan jengah pada Rakan.

"Kalau Sabtu berangkat, nggak usah pulang aja sampai Sabtu depan, Sabtu depannya lagi, depannya lagi, terus sampai-"

"Yaudah, iya nggak jadi berangkat. Astaghfirullah."

Rakan melempar tubuhnya ke atas sofa, menelusupkan kepala di sela-sela bantal, enggan mendengar lanjutan kalimat Nara yang pasti berujung ambekan dari gadis itu.

Tidak ada suara, Rakan sekali nyebut Nara pasti diam. Tapi ringsutan kecil di ujung sofa cukup meyakinkan Rakan bahwa gadisnya itu sudah duduk di dekat ujung kakinya.

"Aku tuh ngelarang kamu bukan tanpa sebab."

Rakan mengangkat kepala, sebelum selanjutnya membalikkan badan menunggu kelanjutan perkataan Nara.

"Beberapa hari ini bimbingan skripsi terus kan? Sampai malam terus kan? Pulang-pulang suntuk, capek, badan panas, makan nggak keurus. Padahal sendirinya selalu ingetin aku buat nomer satuin makan."

Rakan masih setia menatap Nara. Ia tidak marah, hanya sedikit kesal dengan sikap Nara yang selalu terlihat kekanakan. Coba saja gadis itu menjelaskan alasannya baik-baik seperti saat ini, ia tidak perlu repot-repot menaruh jengkel sedari tadi.

"Sekarang aja udah mulai panas lagi, tadi juga bilang pusing. Aku cuma nggak mau kamu makin sakit."

Rakan tersenyum di sudut bibirnya. Nara terlihat menggemaskan dengan jemari kecil yang mulai memainkan ujung kaosnya.

"Toh kalau mau muncak pas skripsi udah beres, atau pas bener-bener waktunya memungkinkan, aku nggak bakal larang kamu kok."

Rakan bangkit mendudukkan dirinya, sedikit mendekat pada Nara.

"Jangan marah." Cicit gadis itu.

Hembusan napas panjang Rakan menyapu sisi kanan Nara.

"Enggak. Aku nggak marah."

Nara menoleh dalam sepersekian detik. Memastikan ucapan Rakan yang ia yakini tidak jujur.

"Nggak jadi maksudnya." Dan senyum itu sudah kembali merekah.

"Tadinya mau marah, tapi nggak jadi soalnya kamu bilang nggak mau aku makin sakit."

Nara memutar bola mata, "ya emang aku ngelarang kan ada alasan."

Rakan tersenyum lebar, "Iya, iya."

Tangannya menyingkirkan anak rambut Nara yang jatuh menutupi wajahnya.

3600 Seconds from MerapiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang