kepingan 07

1K 153 35
                                    

"Jeon Jungkook!" teriak gadis bergigi bengkok itu menggedor pintu kamar mandi dalam kamar Jungkook. Sebab, Yiseul memang telah menaruh sedikit curiga bahwa Jeon sialan itu tak meminum obat yang ia berikan dengan baik setiap hari, itu hanya satu-satunya asumsi miliknya, yang bisa menjadi penyebab sintingnya otak pria itu.

"Jungkook! Apa tidak cukup membuat alarm kebakaran rumah berbunyi, memainkan lagu konyol di tengah malah, dan kau ... Ya! Kau berbicara dengan siapa di dalam kamar mandi? Kau membawa seorang gadis? Di dalam sana? Kau benar-benar membuatku gila, Sinting!" Yiseul tidak bisa menahan intonasinya dan alhasil kini meledak-ledak seperti permen seribuan yang ketika kau makan akan menimbulkan sensasi letupan dalam mulut.

Pasalnya, kemarin sekali Yiseul menitipkan pesan pada Jungkook agar ia mematikan kompor setelah terdengar bunyi peluit dari ketel untuk merebus air itu—yang tandanya air sudah masak. Yang Yiseul temukan ketika ia masih menyirami halaman dan mencabut rumput malah suara alarm kebakaran dari dalam rumah, membuat perempuan itu lari terbirit dan menemukan Jungkook yang berusaha menepis asap-asap konyol yang memenuhi ruang.

Sudah, rasanya Yiseul ingin ke surga saja hari ini jika tempat itu benar-benar ada.

"Keluar dari sana dan jelaskan semuanya padaku, Jung!"

Dengan berteriak pun, Jungkook masih tak menghiraukannya. Atau mungkin ada hal lain yang membuat Jungkook tak mau membuka pintu dan menemui Yiseul. Sungguh, Yiseul juga inginnya bodo amat pada si Jeon Tolol satu itu, apalagi jika mengingat Yoongi yang dengan tak peduli meninggalkannya sendirian. Terkadang, hal itu yang membuat gadis itu bertanya apa pria berkulit pucat itu benar-benar kakaknya?

Namun setelah beberapa menit Yiseul berkacak pinggang di depan pintu kamar mandi, ia menemukan Jeon Jungkook yang membuka pintu—dengan rambut dan baju yang basah kuyup. Ia memutar bola matanya tak percaya, melihat tingkah kikuk pria di depannya yang bahkan tak mengatakan sepatah kata pun. Justru Jungkook terlihat seperti waspada, beberapa kali ia melihat sekeliling ruang dengan raut gelisah.

Hal itu membuat Yiseul dengan reflek ikut melihat sekeliling ruang juga, memastikan bahwa benar-benar tidak ada apa-apa di sana.

Karena gadis itu yakin bahwa tak ada apapun di sana, ia hanya mengendurkan bahu tak acuh dan mulai memiliki niat menggebu untuk mempertanyakan beberapa hal pada Jungkook, "Jeon Jungkook! Coba jelaskan padaku apapun yang—" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Jungkook menarik Yiseul dengan cepat. Membuat tubuh kurus itu kini berada di belakang punggung yang juga tak kalah kurus milik Jungkook. Napas pria itu sedikit memburu, itu membuat Yiseul tambah tak mengerti apa yang terjadi. "Jung, a-apa yang—"

"Berhenti! Lethe, aku peringatkan kau untuk berhenti!" teriak Jungkook cukup keras sambari menjulurkan tangannya kedepan layaknya tanda untuk menghentikan perbuatan seseorang.

Yiseul hanya terdiam, pasalnya ia bahkan tak melihat siapapun di depan sana—di rumah itu benar-benar tidak ada siapapun selain mereka berdua. Tetapi Jungkook masih saja seperti menghalanginya dari seseorang.

Tak lama kemudian pria itu mendorong Yiseul dengan kuat, tubuhnya limbung ke samping, membentur tembok dengan keras sampai perempuan itu rasanya mau pingsan saja daripada melihat lebih lanjut tingkah sinting Jungkook. Untuk memastikan kepalanya tidak berdarah, Yiseul mengusap berkali-kali pada bagian yang sepertinya akan cukup memar.

Dan kau tau? Jungkook hanya diam dan melihat Yiseul limbung.

"Tolong aku, Berengsek!" bentak Yiseul pada Jungkook yang hanya diam mematung. Pasalnya, kepala gadisniu benar-benar pening—semoga saja tidak amnesia.

Sebelum memapah Yiseul, pandangan Jungkook sempat mengelilingi ruang, setiap sudut, setiap jengkal. Sampai akhirnya membawa Yiseul ke kamar dengan susah payah—tubuh kurus Jungkook memang terlihat lebih ringan dari Yiseul.

"Tinggalkan aku di sini, aku okay," ujar Yiseul setelah dirinya sudah duduk di ranjang dan bernapas lega karena kegilaan Jungkook sudah mereda.

"K-kau perlu obat?"

"Tidak. Keluar dari kamarku selagi aku masih meminta dengan baik, jeon."

Gertakan Yiseul memang selalu lebih menyeramkan dari kutukan nenek sirhir. Oleh sebab itu Jungkook segera pergi dan menutup pintu kamar Yiseul sepelan mungkin.

Ia segera mengunci pintu, mengambil sebuah kertas robek yang Yiseul temukan di kamar Jungkook. Sebenarnya Yiseul tidak terlalu yakin, tetapi apa salahnya mencoba. Itu hanya kertas kecil, bahkan tulisan yang terbaca hanya sebatas tulisan: nkook, receipt, dan zofrenia.

Yiseul memantapkan jari-jarinya untuk menekan pada papan keyboard apapun kata kunci yang ada di kertas, ia hanya ingin tau bagaimana cara menghadapi si sinting yang tinggal di rumahnya—tidak lebih dari itu.

Dan ketika mesin pencari mulai mencoba menemukan artikel-artikel dari kata kunci 'zofrenia', di sana Yiseul menemukan beberapa artikel tentang skizofrenia paranoid. Gadis itu buru-huru menjelajahi salah satu situs yang membahas tentang hal itu, dan seketika itu juga Yiseul hanya stagnan.

Ia bahkan tak tau apa-apa tentang hal ini, dan setelah sedikit mencaritahu, Yiseul sedikit dapat menangkap mengapa Jungkook bersikap seperti tadi. Itu semua karena dia tidak bisa membedakan mana yang halusinasi dan mana yang nyata.

Jeon Jungkook, dia mengidap skizrofrenia paranoid?

[]

________

Nah, beberapa ada yang betul menebak kalau Jungkook gak bisa bedain mana yg nyata mana yang halu.

Jadi, Lethe itu halu?

Ya ... idk.
Bisa saja malah Yiseul yang halu( ꈍᴗꈍ)
Atau ... Bisa aja mereka semua, kecuali Jungkook yg halu.

Kkkk。◕‿◕。

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asylum In SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang