Kepingan 05

2.1K 315 77
                                    

Sedari awal sebenarnya sudah Yiseul sadari bahwa menampung pria Jeon ini bukan ide baik, tetapi mau bagaimana lagi kalau sang mama tetap juga menerimanya di sini dengan segala keidiotan dan kesintingannya yang tak ada baik-baiknya sama sekali-atau ralat, dia kini bisa diajak sedikit berteman.

Pernah suatu kali Yiseul ketakutan setengah mati karena ada seseorang yang melempari kerikil kecil pada jendela kamarnya pada pukul satu malam dan kalian tahu siapa itu? Ya, itu si Jeon Jungkook yang berdiri di seberang sana dengan telanjang kaki dan membawa segenggam batu kerikil. Manusia waras mana yang bertahan di sana dengan udara dingin tengah malam? Yiseul benar-benar tak habis pikir, padahal pria itu bisa mengetuk pintu kamarnya saja untuk bertemu.

"Yiseul, tolong ambilkan mantel dan sepatu. Aku tak sempat membawanya sebab tadi lari terburu-buru. Aku harus mengejarnya lagi, tolong aku kali ini saja."

Mengejarnya? Yiseul sedikit memutar isi kepalanya u tuk menemukan siapa yang Jungkook maksud, sampai pria Jeon itu menyadari bahwa Yiseul tengah mencari tahu arti dari kalimat yang ia lontarkan

"Lethe, dia marah padaku dan pergi."

Sebenarnya Yiseul tak terlalu peduli, namun bagaimanapun, membantu orang sinting sepertinya bukan ide yang terlalu buruk dari pada membiarkan dia mati kedinginan di sana. Yang akhirnya perempuan itu melempar kaus kaki dan sandal miliknya, kemudian melempar jaket tebal milik Yoongi yang tertinggal di kamarnya pada Jungkook lewat jendela kamarnya.

"Thank's!" seru Jungkook yang kemudian langsung berlari ke arah jalanan dengan lampunya yang temaram, semakin jauh sampai raganya tak terlihat kemudian.

Cahaya kekuningan dari lampu jalanan terus memenuhi ruang pandang Yiseul, tanpa disadari perempuan itu menunggu menit demi menit kembalinya Jungkook dengan rasa kantuk yang telah hilang entah ke mana. Memandangi ruang kosong udara di hadapannya tanpa alasan, hingga tanpa di sadari jam dinding menunjukkan pukul empat pagi dan Jungkook masih belum kembali.

Ayolah, bagaimanapun si Jeon Berengsek itu adalah seseorang yang harus Yiseul tetapkan eksistensinya. Sampai suara gesekan sebuah sandal dengan aspal kasar di depan rumahnya menimbulkan berisik, menampilkan sosok Jungkook yang berjalan dengan kakinya yang terseret seolah tak memiliki gairah hidup.

Tiba-tiba napas Yiseul sesak, sepertinya udara dingin memasuki hidungnya terlalu banyak. Membuat dirinya tergopoh-gopoh menuju nakas untuk mencari benda yang menjadi separuh hidupnya saat ini, butiran-butiran seujung kelingking yang membuat Yiseul merasa menang. Ya, hanya merasa, aslinya? Tidak sama sekali.

Sebab eksistensi Jungkook adalah bentuk kekalahan termutlak yang tak pernah Yiseul pahami.

[]

🔓🔓🔓
⚠50 komen + 150 vote untuk update part selanjutnya.

Asylum In SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang