Kepingan 03

2K 288 36
                                    

Kendati sering disuruh menghapal bagaimana cara gravitasi bumi bekerja, Yiseul selalu memiliki pemikiran-pemikiran di luar nalar tentang berbagai macam hal, seperti mengapa jatuh itu ke bawah dan terbang ke atas, bagaimana bernapas menjadi bakat alami, dan tentang bagaimana bisa dia menjadi adik seorang Min Yoongi? Okay, tentu saja selain karena benih papanya.

Sebenarnya gadis itu memang agak merasa ganjal ketika Yoongi menawarkan, "Mau dibuatkan roti dengan rasa apa?" Alih-alih menjawab roti dengan cokelat seperti kesukaannya setiap pagi—Yiseul malah memilih strawberi sebagai yang ia inginkan. Membuat dia menelan roti buatan Yoongi yang ternyata berisi saus cabai dan wasabi; hal nomor dua yang paling dibenci Yiseul, yang pertama tentu saja Yoongi. Katakanlah ini salah Yiseul yang mempercayai makhluk pucat itu, atau tidak—Yiseul tidak ingin salah jika lawannya Yoongi. Jadi, mari anggap saja semua salah Yoongi atau gadis itu akan mengamuk dan melempar kita ke antariksa.

Demi Plankton dan Neptune, Yiseul benar-benar ingin memasukkan Yoongi ke dalam sedotan dan membuangnya di laut tetapi, ia urungkan karena akan menjadi pencemaran laut akibat sampah plastik. Ya—sampah, satu kata yang paling menggambarkan Yoongi dalam pikiran Yiseul.

Mari lupakan kejadian menyebalkan pukul tujuh tadi, kini Yiseul lebih tertarik memikirkan apa yang ia lihat semalam. Bayangan Jungkook yang terlihat tengah berlatih dansa di kamarnya, tersorot lampu tidur oranye terang yang membuat bayangan pria itu menembus helai gorden tipis; bayangannya terlihat jelas. Seperti tengah berdansa dengan seorang wanita, lalu akan terkekeh beberapa saat kemudian dengan lirih. Ada suara desusan sedikit, tetapi Yiseul memilih tak hirau. Mungkin dia akan mengajak wanitanya ke prom.

Ketika ia membuka pintu kamar, tepat sekali Jungkook tengah berjalan di sana, sepertinya hendak menuju dapur. "Hai, Jung. Eh, kau akan menghadiri prom dengan kekasihmu ya? Ayo mengaku!"

"Prom? Tidak, 'tuh."

"Aku melihat bayanganmu dari jendela kamar, seperti ini tadi malam," jelas Yiseul sambil memperagakan gerakan dansa yang Jungkook lakukan dengan ekspresi wajahnya yang kuno—sangat kolot. Menegakkan tubuhnya, lalu seolah-olah memegangi pinggang seseorang dan menari-nari tidak jelas arahnya. Yiseul memang tidak pandai.

"Kau melihatnya? Maaf lupa memberi tahu, tetapi tadi malam Lethe kemari. Apa tidak apa-apa membawa pacarku kemari? Maksudku—kami tidak melakukan apapun, kok. Ya, hanya sebatas yang kau lihat. Dia suka berdansa."

"Eh? P-perempuan? Kau membawanya k-ke dalam kamar?" tanya Yiseul terbata.

Wajah Jungkook kelewat inosen, tetapi suara dari belakang punggung mereka yang menggelegar itu mengejutkan.

"Sedang membicarakan apa?"

"Pacarku,"ucap Jungkook polos.

Sontak Yiseul terbelalak, dan mengharap respon baik dari sang Yoongi yang seolah-olah baru keluar dari singgasananya di alam baka.

"Pacarmu? 'Duh, Yiseul pasti sangat sakit hati."

"Eh? Jaga mulut sialanmu itu, Yoongs!"

Namun, tidak heran jika Yoongi malah hanya mengangkat bahunya sedikit lalu menurunkannya lagi seperdetik kemudian. Berjalan meninggalkannya seolah tidak ada apapun yang terjadi.

"Sebaiknya jangan katakan apapun soal kekasihmu pada Yoongi atau kau akan menjadi manusia rebus, Jeon Jungkook-ssi." Nadanya penuh penekanan, memperingatkan Jungkook dengan cara yang cukup halus walaupun sorot matanya sama tajamnya dengan Yoongi—memang mengerikan.

"Ya, lagi pula aku sangat mencintai Lethae."

"Siapa pula yang bertanya?"

"Aku memberitahumu."

Yiseul tiba-tiba terkekeh, memikirkan Jungkook yang mungkin menganggap serius ucapan Yoongi barusan.

"Jangan dengarkan Yoongi, dia itu sinting."

[]

Asylum In SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang