"Kau, Michell," tukas Steven tak mau kalah.

"Sudah-sudah, sarapan dulu, Nak."Jordan pun angkat bicara, mengakhiri perdebatan anaknya. Membuat Steven dan Erlina tertawa-tawa kecil.


"Aku ke kamar duluan ya, Mah, Ayah, Chell." Steven beranjak dari duduknya setelah ia merasa sudah kenyang.

"Steven, duduklah dahulu. Ayah dan mamah ingin bicara denganmu dan Michell," imbuh Ameera. Ia menoleh ke suaminya memberi isyarat agar berbicara.

"Ekhem, pertama ayah ingin memberitahu kalian, kalau ayah dan mamah akan berbulan madu ke London selama satu bulan," ungkap Jordan. Membuat Steven dan Erlina menatap Jordan dan Ameera tak percaya.


Apa aku tak salah dengar, apa mereka tak malu dengan umur?, batin Steven seraya menatap Jordan dan Ameera bergantian.

Apa yang ada dipikirkan mereka, mengapa begitu serius jika hanya ingin membicarakan bulan madu? Dan mengapa begitu lama?, batin Erlina.

"Ekhem." Dehaman Jordan yang mampu membuyarkan lamunan Steven dan Erlina. "Yang kedua, ibu ingin mengatakan sesuatu padamu Michell," ucap Ameera dengan nada seriusnya.


"Aku, Bu?" Ameera pun mengangguk sebagai jawaban, "ibu ingin kau memanggil ibu bukan ibu lagi. Namun, seperti Steven memanggil ibu, yaitu mamah," ungkap Ameera.


"Namun mengapa, apa ibu tidak nyaman jika aku memanggilmu, Ibu?" tanya Erlina dengan nada cemasnya. "No, ibu hanya merasa jika waktunya sudah tepat untuk menjadi keluarga seutuhnya. Ibu tidak mau ada perbedaan di antara keluarga kita, meskipun itu hanya sekedar panggilan sehari-hari," tutur Ameera.


" ... " Erlina hanya diam seraya menunduk mencerna perkataan Ameera. Sedangkan Ameera dan Jordan takut jika Erlina menolak.


"Ok, aku sih fine-fine saja jika harus memanggil mamah," ucap Erlina membuat Ameera menghembuskan nafas lega.

"Terima kasih, Michell." Ameera menggenggam erat tangan Erlina yang berada di atas meja, Erlina pun mengangguk.

"Baiklah, itu saja yang ingin mamah dan ayah bicarakan dengan kalian," imbuh Jordan. "Terus untuk apa aku di sini," sarkas Steven, ia pun melenggang pergi menuju kamarnya yang berada di atas. Sedangkan Jordan, Ameera, dan Erlina terkekeh mendengar ucapan Steven.


🗽🗽🗽


Bruk

"Aduh, ah tuan maaf saya buru-buru,"
ucap wanita itu ketika tak sengaja menabrak seseorang. Ia hendak pergi jika, lelaki yang ditabrak nya itu tidak menahannya.

"Ada ap ... tuan?" Wanita itu terkejut ketika melihat siapa yang ditabraknya. "Kau tak apa?" tanya laki-laki itu.


"Tidak, Tuan, saya minta maaf. Tadi saya tidak sengaja menabrak, Tuan. Saya permisi," ucap Wanita itu.

"Tunggu, Karina!" panggilnya ketika Karina hendak pergi. Karina membalikkan tubuhnya,  "Ada apa, Tuan?" tanyanya dengan nada cemas. Ya, Karina takut jika ia harus tertinggal bus.


"Bisakah kita bicara sebentar?" tanya lelaki itu. "Na---namun, bagaimana ya, Tu ... "


"Amarlic, panggil aku Amarlic, Karina. Bukan tuan, aku bukan majikanmu, Karina," protes Amatrlic dengan nada datar.

"Hmm, baiklah, Amarlic. Maaf, sepertinya saya harus pergi sekarang juga," tolak Karina. "Why?" tanya Amarlic seraya menaikkan sebelah alisnya.


"Aku akan tertinggal bus, aku harus pergi," ucap Karina. Ia pun hendak pergi jika tangannya tidak dicekal oleh Amarlic.

"Aku akan mengantarmu, maaf karena aku, kau harus tertinggal bus," ucap Amarlic melembut, dengan kedua matanya yang menatap dalam manik Karina.

"Ah, tidak, Amarlic. Ini bukan salahmu," sanggah Karina. Ia memutuskan kontak mata mereka. "Duduklah dahulu, Karina!" Titah Amarlic.


Karina duduk di sebelah Amarlic yang sudah duduk terlebih dahulu, "memangnya kau ingin pergi ke mana?" tanya Amarlic seraya memandangi Karina yang sedang menunduk mengayunkan kedua kakinya.

Karina menoleh sekilas, "aku ingin pulang," jawab Karina.  "Hmm, bukannya kau tinggal di rumah dekat halte waktu itu?" tanya Amarlic lagi.


"Ya, rumahku di situ. Namun, aku harus bekerja di Universitas Bogota---imajinasi sendiri, sehingga aku menyewa apartemen terdekat di sana," terangnya.

Karina beranjak dari duduknya. "Aku pergi dahulu, Amarlic," Pamit Karina. Ia pun melenggang pergi. Amarlic pun melakukan hal yang sama.


"Eh, Amar ... lic, what are you doing?" tanya Karina terkejut ketika ada ada tangan besar yang merangkul pundaknya.  "Aku hanya mengantarmu pulan," jawab Amarlic dengan santai.


"Hmm." Kedua pipi Karina pun memerah tanpa disadari.

🗽🗽🗽


"Ah, Amarlic, terima kasih banyak sudah mengantarku,"ucap Karina ketika sesampainya di apartemen Karun.

"Sama-sama, aku pulang dahulu. Jika, kau membutuhkan sesuatu, ya"ucap Amarlic, tadi mereka sempat bertukar nomor ponsel.

"Baiklah, aku masuk dulu"ucap Karina, hendak pergi tetapi ditahan oleh Amarlic.

"..."Karina mengernyitkan dahinya.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?,"tanya Amarlic dengan hati- hati.

"Mengapa kau menanyakan itu?"bukannya menjawab, Karina bertanya balik.

"Hmm, karena kurasa aku tak asing melihat wajahmu"jawab Amarlic, dengan senyuman hangatnya.

"Aku rasa kau lupa denganku Amarlic....



Wah wah....ada apa inii...
Apa mereka pernah ada sesuatu dimasa lalu...

Tunggu kelanjutannya ya
Dikit lagi konflik guys...
Jangan lupa vomment nya readers

Salam
AuthorSecret185111😚🎉

My Conglomerate Husband (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang