1. Si Bedul

28 2 0
                                    

Amarahku memuncak, setelah habis-habisan kena ceramah panjang mommy. Kesialan pagi ini sangat tak berhujung, kayla berlari keluar rumah dengan derai air mata meski lebih banyak dongkolnya daripada sedihnya. Bukannya mengintropeksi diri malah nama si bedul terus terngiang dalam pikirannya. Kasian sekali si bedul, bakal kena amukan singa.

Si bedul, bukan nama sebenarnya. Itu hanya panggilan yang dibuat oleh kayla karena rasa tidak sukanya lebih tepatnya rasa iri nya yang mendalam karena selalu di nomor duakan oleh mommy dan papi gara-gara bedul lebih pintar dan juga lebih rajin. Meski bedul satu tahun lebih tua darinya, tapi kayla tidak mau bersikap hormat padanya malah memberikan nama panggilan yang jelek. Namun bedul alias Rahman Adipati Jay tidak memperdulikan sifat kayla yang menurutnya masih kekanak-kanakan.

Rahman yang sedang menyiram kebun di halaman samping rumah, melihat tingkah kayla dari kejauhan hanya bisa menggeleng-geleng kepala. Bedul melakukan itu bukan untuk menjadi laki-laki bermulut besar, itu demi kebaikan kayla. Dia sebenarnya ada rasa sejak pertama ia menginjakkan kakinya di rumah ini, rasa yang harus ia singkirkan dan hanya bisa menjaga kayla dari jauh meski kayla sepertinya sangat benci pada dirinya. Ia pun tak tahu mengapa kayla begitu membencinya.

Sejurus kemudian rahman hanya bisa berdiam diri di tempat kala kayla sepertinya sedang berjalan tergesa-gesa menuju ke arahnya. "Mampus kau man!" cuit rahman dalam hati rasa ingin kabur saja namun itu tidak gentle sekali. Pegangan pada selang air pun mengetat, berpegangan pada selang bukan pilihan yang bagus tapi dari pada terlihat gemetar lebih baik seperti itu.

"Hey, bedul beneran mulut loh ember bocor ya? Sejak kapan lo tahu gue pacaran sama imron hah? Padahal temen-temen aku juga kagak ada yang tahu tuh, loh dasar penguntit! Cerocos kayla yang tak dapat ditahan lagi kayla melihat bedul yang ternyata tetap santai saja menyiram bunga.

Rahman hanya sekedar melirik ke arah kayla, dia berniat tidak akan merespon amukan kayla. Karena percuma, kayla juga tidak akan mendengarkan alasannya.

"hey, kalo diajak ngomong jawab dong. Loh nggk punya mulut, didepan aku sok cool banget loh. Di belakang aku mulut loh yang bocor itu kemana-mana."

Setelah dirasa sudah cukup menyiram bunga dan untuk menghindar dari kayla, rahman pun pergi begitu saja ke arah belakang rumah. Kayla hanya bisa melongok, dengan sigap ia mengejar bedul namun na'as kaki kayla malah tersandung batu.

Brukkk .. Aaww

"Kay, kamu nggak apa-apa?"

"Ayo berdiri, aku bantu obatin lutut kamu itu berdarah"

"Loh nggk usah pura-pura baik, lihat ya mulai sekarang jangan ikut campur dengan urusan aku lagi. Fokus aja tuh sama kuliah loh, dan cewek-cewek loh tuh. Minggir...!"

Rahman Adipati Jay punya tampang yang tak bisa diremehkan, itu salah satu keunggulannya selain ia pintar. Hampir setiap minggu, para gadis yang satu kampus dengannya akan datang ke rumah untuk belajar desain grafis, meski itu hanya alasan saja. Gadis-gadis itu sengaja datang hanya untuk pdkt dengan rahman, dengan membuat private belajar dengannya. Rahman tidak menolak, toh rezeki ia pun dibayar tiap bulan karena memberikan private tersebut. Lumayan membantu uang kuliah. Rahman memang kuliah dengan beasiswa penuh namun ongkos jalan dan sebagainya ia tak mau merepotkan bapaknya, sehingga ia melakukan berbagai kerja part time salah satunya private.

Terpincang-pincang kayla berjalan menahan ego untuk tidak menerima bantuan dari rahman, sebetulnya kakinya sunggu sakit sepertinya ini harus diurut.

Benar saja, malamnya kayla meminta pak jay memanggil tukang urut langganan keluarga. Kakinya terlihat seperti gajah dan berwarna ke ungu-unguan.

"Lama sekali pak jay ini, aku sudah tidak tahan. Sakit, perih mom" kayla tak bisa menahan tangisannya, mommy nya mencoba menghibur. Ia juga kasihan, meski pagi tadi ia sudah memarahinya habis-habisan. Namun seorang ibu tetap tidak bisa melihat anaknya kesakitan seperti ini.

Big MomWhere stories live. Discover now