Shock

18 9 0
                                    

Bel pulang berdering nyaring,kali ini aku tidak pulang bersama Gabriel karena aku harus ke rumah sakit untuk mengecek keadaan kepalaku.Karena akhir - akhir ini kepalaku terasa sangat sakit dan tubuhku lemas.

"Ley yakin kamu gak mau ditemenin?"

"Gak Rey!udah ya aku matiin"

"Yaudah deh"

Panggilan terputus.Aku keluar dari kelas dan bergegas menuju halte depan sekolah karena tidak mau ketinggalan angkot.

Setelah aku sudah menemukan angkot yang memang tidak terlalu penuh,aku langsung menaikinya dan pas sekali angkot itu berjalan.

Sepanjang jalan aku was - was sekali takut dengan apa yang di tuturkan dokter Andi nantinya.

Beberapa menit kemudian aku tiba di rumah sakit langsung saja aku menuju ruangan dokter Andi.

Tok tok tok

Aku mengetuk pintu ruangan dokter Andi dan terdapat balasan dari dalam.

"Masuk."aku langsung membuka pintu  ruangan dokter Andi.

"Eh kamu?Billa ya?ada keluhan apa?"tanya dokter Andi ketika aku sudah duduk di kursi.

"Kepala saya sering banget nyeri terus pusing badan saya juga lemas dok,obat saya juga habis."ucapku.

"Apa kamu terlalu sering menggunakan gadget?itu bisa berpengaruh dan untuk obat saya akan buatkan resepnya lagi lalu kamu bisa ambil di apotik."aku mengangguk.

"Iya dok akhir - akhir ini aku sering marathon drama korea."Dokter Andi hanya geleng - geleng kepala.

"Jangan terlalu lama dan jaga kepalamu baik - baik jangan sampai terjadi benturan lagi karena bisa mengakibatkan kanker otak."aku yang mendengarnya menegang.

"Kamu gak perlu takut,saya akan jadi dokter pribadi kamu jadi kalau kamu ada keluhan segera datang kemari."Lanjut dokter Andi dan aku hanya mengangguk.

Dokter Andi tampak menuliskan sesuatu di kertas dan kuyakin itu adalah resep obatku."Ini resepnya."aku menerimanya dan tersenyum.

"Terimakasih dok saya permisi."dokter Andi hanya tersenyum lalu aku keluar dari ruangannya dan berjalan menuju apotik.

Butuh 15 menit untun menunggu obatku datang.Selepas mengambilnya aku langsung mencari angkot di depan rumah sakit.

Cukup lama aku menunggu namun angkot tak kunjung datang.Kuputuskan untuk naik ojek  online saja.

Beberapa menit kemudia ojek online yang ku pesan datang.Dan aku langsung meninggalkan area rumah sakit.

Aku melihat kekanan dan kekiri jalanan sangat ramai sekarang tapi beruntungnya tidak macet.

Saat sedang menatap kosong ke arah kiri aku tak sengaja melihat ayahkku yang sedang tertawa bahagia dengan seorang gadis seumuranku meski lebih tua sedikit dan tentunya aku mengetahui gadis itu.Gadis yang pernah tertawa bahagia bersama Gabriel.

"Mas berhenti ya."aku menepuk - nepuk bahu supir ojek.

"Lho kenapa neng?tujuannya masih jauh."balas supir ojek.

"Ada perlu mas!udah berhenti!nanti saya kasih tip."aku langsung berlari menuju tempat aku melihat ayahkku dan gadis itu.

Ku lihat mereka masuk ke salah satu cafe dan aku mengikutinya berpura - pura tak tahu bahwa aku bertemu mereka.Tampak jelas mereka bercanda ria di salah satu kursi sebelum akhirnya mereka memesan.Kuputuskan untuk memesan terlebih dahulu lalu mencari tempat duduk yang dekat dengan ayahkku dan gadis itu.

Samar - samar ku dengar percakapan mereka dari sela - sela kebisingan sore kota ini.

"Papah tau gak sih?"tanya gadis itu.

Papah?.Batin ku.

"Apa sayang?"balas ayahku.

"Aku suka sama adik kelas tau!"ucap gadia itu seraya meminum minumannya.

"Wah anak papah sudah besar!siapa dia?"

Jleb.

Anak?bukannya anak papah cuma aku?.Batinku.

"Gabriel pah!"

Sakit rasanya hatiku.Penuturan mereka membuat air mataku jatuh,rasanya baru kemarin aku bahagia dan ah bisa di bilang aku jatuh cinta dengan Gabriel tapi nyatanya ada orang lain yang juga menyukainya.Dan perkataan ayahku juga melukai hatiku.

Segera saja aku meninggalkan cafe.Untung saja tadi wajahku di tutupi oleh buku jadi mereka tak mengetahuinya.

Aku berjalan gontai menuju halte menunggu angkot siapa tahu ada yang lewat.Kepalaku kembali terasa sakit dan nyeri ketika mengingat percakapan tadi.Fikiran negative tentang ayahkku mulai berhamburan.

Langit mulai gelap,sunset sudah tampak jelas di ujung kota.Ku hembus nafas letih dan kuputuskan untuk menghubungi Gabriel.

"Kenapa leyna?sudah pulang belum dari toko buku?"

"Rey jemput dong nanti aku kirim lokasinya."

"Oke,hati - hati disana."

Dan panggilan pun terputus selepas mengirimkan lokasi pada Gabriel aku duduk bersandar di kursi halte.

Tak lama Gabriel tiba dengan senyum manisnya yang selalu terpancar dan selalu membuatku tersenyum.

"Katanya ketoko buku kok ada disini?"tanya Gabriel.

"Tadi mampir ke cafe itu sebentar."katakku sambil menunjuk cafe yang sempat ku singgahi.

Gabriel hanya mengangguk dan aku langsung naik ke atas motornya lalu kami berlalu meninggalkan halte.

Semilir angin sore dan pancaran jingga dari sang mentari membuatku sedikit menepis fikiran buruk tentang ayahku.

Mungkin dia kenal dekat dengan papahku,tapi untuk apa?ah sudahlah.batinku.

•••

EY YOW! VOTMENT! VOTMENT!




Kita pernah ada ✓Where stories live. Discover now