Monster

23 9 0
                                    

Hari ini hari ke 4 aku di tinggal oleh orang tuaku.Aku tak masalah jujur hanya saja aku merasa sepi.

Pukul 23.30 aku terbangun dari tidur dan tak bisa tidur lagi.Aku tak tahu mengapa,perasaanku cemas.Tapi aku menghilangkan perasaan itu dengan membuat secangkir susu coklat hangat dan membaca buku di meja belajar.

Selang dua puluh sembilan menit ponselku berdering,aku ambil ponselku yang ada di atas kasur dan memunculkan nama 'Gabriel'.

Dengan cepat aku menjawab panggilannya.

"Hal—"

"Help me please leyna!"

"Kamu kenapa?!rey rey!"

"Tolong ak—ARGHH!!!"

Lalu,telepon itu mati.Aku yang panik langsung lari keluar rumah dan menuju rumah Gabriel.

Baru saja aku membuka pintu rumahnya suara teriakan Gabriel yang terdengar marah memekik telingaku.

"REY!"teriakku.Aku berlari cepat menuju kamar Gabriel.

Kubuka pintu kamarnya.Aku terkejut bukan main,kamarnya sudah seperti kapal pecah.Kaca lemarinya ia pukul dan tangannya berdarah hebat.Di kepalanya pun terdapat luka yang cukup besar dan kupikir itu karena ia membenturkan kepalanya ke dinding.

"Kamu kenapa rey?!"pekikku menghampiri gabriel.

"PERGI LO!PERGI!!!"bentakan itu mengejutkanku namun tak membuat niat ku urung untuk menyelamatkannya.

"Kamu kenapa!"ucapku.

"PERGI LO!!!"ku lihat Gabriel semakin mengamuk lalu ia memukul kepalaku dan aku terbentur dinding cukup kuat.

Tapi aku tak menyerah aku tetap akan menolong Gabriel."KAMU KENAPA GABRIEL?!"kini aku yang membentak.

"LO SIAPA BERANI BENTAK GUE HAH!"lalu Gabriel kembali memukulku,kepalaku pusing tentu saja.

Meski pusing aku tetap bangkit.Aku yakin sekali kalau ini bukan Gabriel.Lalu ini siapa?apa Gabriel kerasukan?

"KAMU SIAPA!"bentakku.

"LO GAK PERLU TAU!GAUSAH BERLAGAK PAHLAWAN!"Gabriel mengambil serpihan kaca dan menodongnya ke leherku.Aku berjalan mundur sampai akhirnya aku menabrak dinding.

Saat Gabriel ingin melukai leherku aku lebih dulu berjongkok dan alhasil serpihan kaca itu mengenai dahiku.

Tak di pungkiri air mataku jatuh ketika darah dari dahiku mengalir.Aku memandang Gabriel lekat lalu memeluknya.

Awalnya ia memberontak sambil sesekali memikul tubuhku tapi aku memeluk lebih erat dan Gabriel mulai melemas.

Aku yang sadar hal itu langsung membawanya ke atas kasur.Wajah Gabriel sangat pucat pasi bagai mayat hidup.

"L-le-y."suara Gabriel bergetar dan itu membuatku menangis.

"Kamu kenapa rey?"tanyaku masih dengan air mata yang deras.

Gabriel tersenyum."Don't cry ley please.Aku baik - baik saja."jawabnya.

Mendadak aku naik pitam.Apa katanya tadi?baik - baik saja?!tangan dan kakinya babak belur tak terkecuali wajahnya dan ia berkata baik - baik saja?stupid boy.

"Kamu gak baik - baik aja rey!"bentakku.

Lagi - lagi Gabriel tersenyum."Aku tidur dulu,selamat malam.Aku mohon kamu jangan pergi temani aku disini."aku mengangguk lalu Gabriel menggenggam tanganku erat.Ini seperti kejadian 1 bulan lalu.

Aku memandang wajah Gabriel yang tampak lemah.Aku tidak tahu ia kenapa karena gabriel tak pernah bercerita.

Ku fikir aku akan bertanya esok pagi saja dan ku pilih menelungkupkan wajahku di pinggir kasur lalu aku terlelap.

Kita pernah ada ✓जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें