19. Sisi Tergelap

Start from the beginning
                                    

Namun, saat sedang asyik-asyiknya mereka bercengkrama, datang seseorang yang tiba-tiba bicara pada Lova. “Kamu ditunggu sama Kak Arvin di kolam renang.”

Lova langsung terdiam. Apakah ini bagian dari kejutan yang disiapkan Arvin? Belum sempat Lova bertanya, orang itu sudah berlalu begitu saja. “Aku pergi dulu. Kak Julian baik-baik di sini. Jangan sampai berantem sama orang lain gara-gara lidah jahat Kak Julian itu.”

“Lova.” Julian menahan kepergian Lova dengan mencekal pergelangan tangannya. “Kayaknya itu bukan Arvin, deh. Lo gak usah pergi.”

“Kak Arvin mau kasih aku kejutan, Kak. Masa iya aku enggak pergi? Makanya, cepet cari pacar, biar tahu momen romantis kayak gimana.” Lova merasa puas bisa mengejek Julian seperti ini. Laki-laki itu sudah menghempaskan tangannya. Bahkan mengusirnya dari sana. “Haha .... Ini karma namanya, Kak.” Lova tertawa, sambil berlalu pergi dari sana.

Sepanjang perjalanan menuju kolam renang, Lova bergumam, menyanyikan lagu boyband Korea idolanya. Ya, hanya bergumam, karena Lova tidak menghafal liriknya. Saat sampai di gedung renang, Lova celingak-celinguk, berharap tidak ada yang melihatnya. Setelah dipastikan tidak ada siapa-siapa, Lova melepaskan sepatu hak tinggi yang sedari tadi menyiksa kakinya. Dia juga sedikit menarik ikatan rambut supaya saraf di kepalanya tidak pecah. Setelah nyaman, barulah Lova masuk.

Ternyata, bukan Arvin yang ada di sana. Melainkan Tamara. Gadis itu melambaikan tangan pada Lova sambil tersenyum lebar. Sambutan yang sangat hangat, tetapi Lova tidak membutuhkan itu. Dia berniat lari, keluar dari gedung, tetapi seseorang malah menguncinya dari luar.

“Hey! Sini, dong. Arvin mau kasih hadiah istimewa buat lo,” teriak Tamara. Dia tertawa kencang saat Lova menatapnya dengan penuh ketakutan. “Sini, gue enggak bakal apa-apakan lo, kok. Gue mau beresin masalah kita sampai kelar.”

“Kak, aku mohon.”

“Tenang, gue enggak bakal celakakan lo kayak kemarin. Gue sadar sekarang, gue enggak bisa balikan lagi sama Arvin. Gue cuma mau ngobrol aja sama lo.” Wajah menyeramkan Tamara berubah menjadi lebih tenang. Dia mengangguk puas saat Lova melangkah mendekat. “Sini, duduk samping gue.” Tamara menepuk-nekuk bagian kosong dari bangku yang sedang dia duduki.

Tidak ada pilihan lain kecuali mengikuti kemauan Tamara. Semakin cepat urusan mereka selesai, semakin cepat Lova bisa keluar dari sana. “Ada apa, Kak?”

Pandangan Tamara berpusat pada air kolam renang yang tampak begitu tenang. Kepalanya memutar kembali kebersamaan dengan Arvin sekitar 3 tahun yang lalu. Di saat mereka masih sangat belia, tetapi pura-pura mengerti apa artinya cinta, pengorbanan, bahkan patah hati. Masa di mana Tamara merasa sangat bahagia bisa menjadi kekasih Arvin saat begitu banyak gadis yang menginginkan posisi itu. Namun, tidak seindah itu kenyataannya.

“Ada banyak banget perbedaan dari cara Arvin memperlakukan gue sama lo. Dan yang gue lihat, dia begitu memuja lo, dia enggak membiarkan lo terbebani hal kecil atau terluka karena hal besar. Dia antar jemput lo sekolah, bawa-bawa lo ke tempat latihan basket, bahkan bisa sangat cemburu sama Julian yang sahabatnya dari kecil.” Tamara menoleh, mendapati Lova sedang mendengarkan ceritanya. “Tapi, sama gue ... dia enggak semanis itu.”

“Kenapa?” Begitu kata itu keluar, Lova langsung kembali menutup bibirnya. Dia merasa bodoh, mengutuk rasa pemasarannya pada cerita Tamara. Mau bagaimana lagi? Lova benar-benar ingin tahu.

Tamara tersenyum miring. Terkadang, dia mengasihani diri sendiri yang masih saja mengharapkan Arvin setelah dicampakkan. “Mungkin, karena cuma gue yang suka sama dia. Gue yang ngajak jadian, yang inisiatif kasih surprise, yang selalu datang ke mana pun tempat dia berada. Sementara Arvin ... dia enggak peduli.”

Erotomania [Tamat]Where stories live. Discover now