7. Masalah

5.9K 855 59
                                    

Melimpahnya segara, tidak semelacak afeksiku
Luasnya antariksa, tak mampu mengembari renjanaku
Coba kau tanyakan pada kalbumu,
adakah sanubari yang mendamba lebih dari hamba?
Bila sedia, kuasa kau rampas atmaku dari raganya
Biar aku lipur bersama hawa dalam nadimu

Kira-kira, begitulah puisi yang tertulis di buku tugas bahasa Indonesia milik Lova. Rasanya, dia mau menghilang dari muka bumi saat guru tersenyum penuh arti padanya sekitar beberapa saat yang lalu. Tidak lupa dengan kalimat godaan yang terlontar untuk Lova.

Beda kalau anak muda lagi kasmaran, ya, tugas sekolah aja akan terasa begitu manis.”

Baiklah, ini memang tidak sepenuhnya salah Arvin. Ini juga salahnya yang terlalu asyik dengan hadiah dari Arvin, sampai lupa tugas sekolah. Lova menyerahkan buku tugas begitu saja pada Arvin, sedangkan dia malah sibuk membuka album boyband idolanya. Arvin sama sekali tidak mengeluh, dia malah terlihat senang mengerjakan tugas Lova. Bahkan, dia juga menawarkan diri untuk mengerjakan semua tugas Lova untuk ke depannya. Tugas matematika mendapatkan nilai sempurna, dan itu membuat Lova sangat senang. Namun, untuk tugas bahasa Indonesia ini, Lova rasanya mau pulang saja. Dia juga tidak bisa marah pada Arvin, jelas-jelas Lova sudah dibantu laki-laki itu.

“Wah ... Kak Arvin bisa seromantis ini juga, Va?” tanya Agus sambil terus aja memandangi buku tugas Lova. Huruf tulis tangan Arvin bahkan lebih rapi dari milik Lova. “Udah bintang di lapangan basket, pintar di bidang akademik, selera sastra juga tinggi banget lagi. Kalau dia bisa main gitar, udah jadi paket lengkap, tuh,” komentar Agus dengan menggebu-gebu. Dia tidak menyadari bahwa sahabatnya tengah memasang wajah masam sekarang.

Lova geleng-geleng kepala. Dia memang membenarkan perkataan Agus, tetapi tetap menggelikan saja. “Kamu itu cowok, lho, Gus. Jangan puji-puji cowok lain kayak gitu, aku geli dengernya.”

“Enggak apa-apa kali aku puji cowok lain. Emang cewek aja yang boleh puji-puji sesama jenis? Kalian curang!” Agus mendelik. Kemudian, menutup buku Lova dan menyimpannya kembali di atas meja. Sekarang mereka duduk berhadap-hadapan, sementara siswa yang lain sibuk dengan kegiatan mereka sambil menunggu bel istirahat berdering. “Kan, kamu bilang kalau kalian enggak melalui masa pendekatan, main jadian gitu aja. Tapi, kamu ada perasaan sama Kak Arvin, gak?”

“Emang, kalau pacaran harus ada perasaan gitu, ya?” Lova malah balik bertanya. Ini pengalaman pertamanya menjalin hubungan. Dan Lova harus mendapatkan pengalaman itu dengan laki-laki yang tidak dia kenal sebelumnya. “Kan, kamu tahu aku enggak pernah suka sama lawan jenis. Buat sekarang, aku jalani aja dulu sama Kak Arvin. Dia baik, perhatian, enggak pernah macam-macam juga. Ya ... biarpun kadang suka nyebelin, sih.”

Saat ini, guru bahasa inggris tidak bisa masuk dikarenakan sakit. Jadilah para siswa diberi tugas untuk menulis cerita yang akan dibacakan pada pertemuan selanjutnya. Untuk sekarang, biarkan mereka menikmati kebebasan dulu. Tugasnya akan dikerjakan di rumah, lalu bersiap untuk menghafalnya. Dan karena itulah, tidak ada yang memperhatikan perbincangan Lova dan Agus. Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang sibuk dengan ponsel, sibuk membicarakan sinetron yang sedang banyak digandrungi ibu-ibu, ada beberapa juga yang sedang mengerjakan tugas.

Dan saat Agus hendak menjawab perkataan Lova, datang seorang kakak kelas menerobos masuk. Tanpa mengetuk pintu, tanpa permisi—jauh-jauhnya mengucapkan salam—dia malah bediri di depan kelas sambil mengedarkan pandangannya ke semua siswa. Dan ajaibnya, semua orang langsung menghentikan kegiatan mereka, fokus pada kakak kelas itu.

“Di sini ada yang namanya Lova?”

Kepala Lova menengadah saat namanya disebut.  Hanya sedetik, karena dia segera menunduk dan mengambil sebuah buku untuk menutupi wajahnya. “Gawat, itu sahabatnya Kak Arvin,” gumamnya, bicara sendiri. Dia pernah melihat laki-laki itu bercengkrama dengan Arvin beberapa kali.

Erotomania [Tamat]Where stories live. Discover now