TERDENGAR

898 53 28
                                    

Kini ketiga anak itu kembali memikirkan perkataan abangnya tadi,

Memangnya bang Saaih bisa menjadi kapten team?

Pertanyaan itu selalu terngiang di kepala Muntaz, Saleha dan Qahtan, entah dari mana keraguan itu berasal.

Tiba-tiba...

"Hey, kalian ngapain ngelamun?"tanya Fateh membuyarkan lamunan adik-adiknya

Sontak ketiga anak itu tersadar.

"Ahh bang Fateh ngagetin aja"kesal Saleha

"Ya maaf Sol, lagian kalian sih ngapain ngelamun berjamaah?"Fateh masih tetap bertanya

"Kita lagi mikirin something bang"jawab Muntaz memegang dagunya

"Lha, mikirin apaan?"tanya Fateh penasaran

"Bang Muntaz jangan kasih tau ya, bang Fateh kepo tuh"cegah Saleha

"Yee, biarin. Mending tanya Qahtan aja"balas Fateh tak peduli

Saleha hanya membuang muka.

"Qahtan, what do you think?"tanya Fateh lembut

"About bang Saaih, when him become a captain team"jawab Qahtan polos

"Why you think about it?"heran Fateh karena adik-adiknya memikirkan hal yang dirasanya tidak penting

"Hmm, because we were worried about bang Saaih when he was captain team"Qahtan kembali menjawab

"Why you worried guys? Bang Saaih will become good captain"Fateh menolak pemikiran adik-adiknya itu, karena ia rasa abangnya Saaih akan jadi kapten yang baik

Muntaz, Saleha dan Qahtan hanya terdiam.

"Sudah sudah, buang pikiran itu dari kepala kalian. Please, positive think"pinta Fateh pada adik-adiknya

Ketiga anak itu mengangguk dan tertunduk.

"Ok, kalau gitu bang Fateh ke dalem dulu"kata Fateh sembari berbalik

"Hah"Fateh terkejut saat ia berbalik

Muntaz, Saleha dan Qahtan sontak mendongakkan kepalanya.

"Hah"ketiga anak itu pun juga ikut terkejut

Semuanya terpaku dengan tatapan tajam dari orang yang berdiri di ambang pintu. Mungkin dia sudah mendengar pembicaraan diantara mereka.

"Bang Saa-"

"Sst...Stop"Saaih memotong ucapan Fateh

Lalu Saaih berbalik, masuk ke dalam rumah  yang disebutnya sebagai rumah rahasia oleh dirinya itu.

Fateh, Muntaz, Saleha dan Qahtan mengejar Saaih. Ternyata Saaih masuk ke dalam kamarnya dan mengunci kamar tersebut.

Sementara Fateh dan adik-adiknya masih berusaha menggedor-gedor pintu kamar Saaih. Berharap Saaih akan membukanya.

"Bang Saaih, buka pintunya bang"sahut Fateh sambil menggedor-gedor pintu kamar Saaih

"Please bang, open the door"timpal Muntaz

"Guys, can you stop it. I wanna alone!"seru Saaih dari dalam kamar, ia butuh waktu sendiri saat ini

Keempat anak itu paham, mungkin ini memang bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan masalah ini.

Akhirnya mereka meninggalkan tempat itu, kecuali Muntaz yang benar-benar merasa bersalah.

"Bang Saaih, I will not go before you open the door"kata Muntaz masih bersikeras

ABOUT GEN HALILINTAR [END]Where stories live. Discover now