Tujuh

28 3 0
                                    

Selamat hari rabu untuk momen yang baru. Hari ini aku memang tidak ke kantor, aku ke kantor hanya beberapa hari saja dalam seminggu. Saatnya aku bersantai di rumah, dikamar kesayanganku. Aku memang typical orang yang agak mageran dikit, karena ya aku selalu bermanja ria dengan Kasur kesayanganku.

Aku teringat saat aku berduaan hanya dengan Rangga tanpa ada siapapun disana. Saat aku berjalan berdua Bersama dengannya, saat aku makan di lesehan dengannya, saat aku menikmati teh hangat dengannya berdua di pinggir jalan. Jika aku memilih untuk egois , aku bisa tapi aku tidak ingin persahabatanku dengan mereka akan hancur nantinya.

Awalnya aku memang berniat ingin memperjuangkan cintaku, tapi pada saat Rangga bercerita tentang hatinya yang sangat mencintai Raya , aku menjadi cukup tau diri disini, aku tidak mungkin memaksakan apa yang memang bukan untukku. Dan aku lebih memilih untuk menyimpan rasaku selama bertahun-tahun ini.

Ah sudahlah aku tidak ingin membahas itu lagi, itu terlalu menyakitkan bagiku. Kalian terlalu sayang jika hanya mendengarkan keluh kesahku yang sangat membosankan ini.

“Mel, turun sebentar yuk. Papa pengen bicara sama kamu.” Kata mama. Aku buru-buru keluar dari kamarku, dan menyusul mama yang sudah berjalan menuruni anak tangga.

“Ada apa Pa?” tanyaku pada Papa.

“Duduk Mel!” aku menurut saja,lalu aku duduk disamping Mama.

“Assalamualaikum,Om Tante maaf Raya lama, tadi macet soalnya.” Lho, tiba-tiba Raya datang dengan buru-buru,ada apasih sebenarnya.

“Waalaikumsallam, gapapa Raya. Silahkan duduk nak. “ kata mama.

Raya tersenyum kearahku, ia mengusap punggung tanganku. Aku hanya membalas dengan senyuman saja, karena aku tidak mengerti apa maksud semua ini.

“Begini Mel, Papa dan Mama telah setuju untuk menjodohkan kamu dengan Rangga” kata kata papa berhasil membuatku tersedak ludahku sendiri. Apa maksud papa ini, sedangkan didepanku ada Raya, dan dia hanya menganggukkan kepala dengan senyuman yang tidak seperti sedang ada beban di hidupnya.

“Kamu pasti kaget Meli, tapi ini semua sudah papa dan Om Hans rencanakan sejak kalian masih kecil.” Lanjut papaku dengan tenang.

“Tapi bagaimana dengan Raya” cicitku pelan dengan air mata yang menggenang di pelupuk mataku.

“Papa dan Om Hans sudah tau bahwa Raya sudah memiliki kekasih sejak dulu dan mereka berdua saling mencintai. Kami tau semua itu. Raya sendiri yang menceritakannya, bukan begitu Raya??” kata papa, dan Raya mengangguk.

“Iya Mel, bener kata Om Rendra, lagian kekasihku mengajakku menikah beberapa bulan lagi, dan orangtua kami sudah menyetujuinya, tapi aku tidak tau bagaimana reaksi Rangga jika sudah mengetahui hal ini, aku akan menceritakan secepatnya. Kareana aku juga tak tega menduakan perasaanku dengan orang lain. Kamu pasti ngerti Mel, dan aku percaya Rangga suatu saat pasti nerima kamu.”

Kalimat demi kalimat Raya mampu membuat pertahananku hancur seketika , air mata yang menggenang di pelupuk mataku akhirnya mengalir tanpa jeda. Ternyata begini masalahnya, aku tidak akan tau bagaimana reaksi Rangga saat mengetahui dirinya akan dijodohkan denganku, pasti dia akan sangat marah. Terlebih dia akan sangat terpuruk setelah mengetahui fakta bahwa Raya telah menyelingkuhinya selama bertahun-tahun ini. Aku tidak mengira jika masalahnya akan serumit ini yatuhan.

"Mel,jangan nangis ya sayang.." gumam Mamaku,ia memgusap lembut punggung tanganku.

"Meli gak bisa terima perjodohan ini Ma,Pa. Meli gak mau ngerusak hubungan mereka." Kataku dengan suara serak .

Raya mengusap bahu ku.

"Ini real gak ada istilah kamu ngerusak Mel,aku yang salah. Dan aku yang merusak hubunganku sendiri. Your my bestie, aku mau lihat kamu bahagia Mel." Kata Raya. Aku memejamkan mataku.

"Baiklah. Meli mau dijodohin sama Rangga." Ketiga orang itu tersenyum lega. Raya memeluk tubuh Melia.

"Makasih Mel, semoga aja setelah dia tau yang  sebenarnya tentang gue. Dia gak terlalu sedih karena ada lo disisinya. Gue yakin lo bisa bikin Rangga bahagia."

Aku mengangguk mengerti. Ah aku tidak mengerti jika jalan kehidupanku seperti ink. Sudahlah aku tak ingin membahasnya lagi.

Biar tuhan yang mengatur semua prosesnya. Aku hanya berdo'a agar semuanya tetap baik-baik saja.




To be continue...

Tentang Sebuah Rasa [[On Going]] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang