Dua

37 3 0
                                    

Mencintai dalam sepi dan rasa sabar mana lagi yang harus ku pendam dalam mengagumi dirimu. Melihatmu genggam tangannya nyaman di dalam pelukannya.


••



“Mel, gue ke hotel sebentar ya ada yang ketinggalan. Lo dululan aja nanti gue nyusul.’’ Kata Farah.

Pagi ini kita sedang berada di Bali. Awalnya aku  menolak mentah-mentah untuk ikut Bersama Raya dan Rangga,tetapi Raya tetaplah Raya yang mampu membujukku dengan seribu caranya. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut Bersama mereka dengan syarat Farah diizinkan ikut bersama kami.

“Jangan lama Far!” kataku.

Farah hanya mengangguk mengiyakan perkataanku dengan acungan jempol.Sebenarnya aku bingung kepada Raya, setiap mereka akan weekend pasti selalu mengajakku. Setiap aku tanya tetapi balasannya tetap sama, Raya selalu menjawab “Gue rindu masa-masa kita Bersama. Jadi gue ajak lo!” aku sebenarnya bingung tetapi aku tidak mau memikirkannya, jadi yasudahlah aku hanya menganggukan kepalaku sebagai jawaban.

Saat sudah di tepi pantai, aku mendengar suara bariton yang sudah tak asing lagi untukku. Suara yang sangat aku rindukan, suara yang selama ini aku ingin mendengarnya, suara yang dulu sering menggangguku, mengusiliku. Aku melirik ke kanan dimana suara itu terdengar.

“Sini!” katanya, disampingnya terdapat wanita cantik yang sedang memasang senyumannya. Aku mengangguk dan membalas senyumannya, lalu aku berjalan kearah mereka.

“Meliii!! Gue udah lam gak ketemu lo, makin cantik aja temen gue yang satu ini.”

Temen. Oke Mel,gausah berharap dia bilang kamu dianggap lebih dari temen, gila aja dia nganggap kamu lebih dari temen bisa-bisa kamu ngerusak hubungan sahabat kamu sendiri.

“Apa kabar Mel?” tanya nya lagi saat aku hanya membalasnya dengan kekehan saja.

“Baik. Kalian gimana? Bokap nyokap sehat?” balasku.

“Alhamdulillah kami semua sehat.” Balas Rangga.

“Gimana keadaan Mama Ivana ,Mel?” kini giliran Raya yang bertanya.

“Alhamdulillah mama sehat Ra. Lo tumben ada waktu liburan, caffe lagi kehandle?” balasku pada Raya.

“Lagi kangen aja. Ada asisten gue tenang aja.” Katanya. Aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.

“Mel,mau kan lo fotoin kita?” tanya Rangga padaku.

“Boleh. Siniin kameranya.” Balasku. Raya memasang wajah ragu nya,aku aneh melihat tingkah Raya yang sedikit tidak biasanya dari dulu.

Cekrek….

Cekrek……

Cekrek……..

Tepat tiga kali Raya meminta untuk berhenti, dia menghampiriku. “Lo sama Rangga juga harus foto. Sini,gue fotoin.” Katanya. Aku menatap bingung kea rah Raya , Raya hanya tersenyum. Rangga melambaikan tangannya,aku pun menghampirinya.

Pose pertama, Rangga merangkul bahuku dengan posisi aku tersenyum kearah Rangga.

Pose kedua, Rangga mengacak rambutku dengan posisi aku tertawa lepas.

“Udah ya.” Kataku.
Rangga hanya mengangguk lalu mengacak rambutku pelan.

“Ngga,Mel.. aku ke sana sebentar ya. Pengen ngantri pipis.”

“mau aku temenin ? maksudku ,aku anter?”

“Eh gak usah,kamu disini aja temenin Meli. Aku sebentar kok. Tunggu ya Mel.”
“Hati-hati Ra.”

“Oke!!”

Dan akhirnya aku disini Bersama seseorang yang teramat ku sayangi.

“Kapan lo nikah Mel?” tanya Rangga.

Menyebalkan.

“boro-boro nikah,pacar aja gue gak punya. Aneh lo.”

“selo dong sis! Hahaha…”

“tapi Mel, kalo seandainya gue ngelamar lo gimana?” tanyanya.

Aku tersedak ludahku sendiri. Tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak.

“yakali Mel, gue becanda elahhh. Lagian gue kan punya Raya.” Balasnya.

Jika kalian bertanya ini rasanya sakit atau tidak, jelas aku akan menjawab tidak. Karena aku sudah terlalu sering mendengar dan  menyaksikan kemesraan keduanya. Ini lebih sakit dari apapun. Rasanya aku juga ingin melupakan rasaku ini,ingi menghilangkan rasa lebih dari sekedar sahabat ini kepadanya.

Jika aku memilih egois, aku bisa. Tetapi aku tidak ingin persahabatan kami hancur hanya karena sebuah rasa yang tidak pasti yang dimilki oleh diriku. Benar, perempuan itu mudah rapuh. Pernyataan semacam itu tidak aku salahkan. Banyak orang-orang menganggapku perempuan yang sangat Tangguh, sangat kuat. Padahal, pada kenyataannya itu semua hanya fikiran mereka saja tentangku. Pada kenyataannya akupun sama seperti seorang perempuan pada umumnya. Jika ditorehkan luka oleh seseorang aku pun pasti menangis. Memang benar,sebelum Raya mencintai Rangga, aku sudah lebih dulu mencintainya. Tapi yasudahlah aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk mereka berdua.

Selebihnya,aku tidak tau harus melangkah kemana. Antara memperjuangkan atau melepaskan.

To be continue.

Tentang Sebuah Rasa [[On Going]] ✓Where stories live. Discover now